Pengaruh Posisi Matahari Terhadap Kesehatan Manusia di Bumi
Tahukah anda, berdasarkan
petunjuk niskala bahwa ternyata posisi matahari ketika berada di belahan
bumi utara atau pun berada di belahan
bumi selatan, akan mempengaruhi kesehatan manusia yang ada di bumi? Lalu apa
saja dampaknya terhadap kesehatan kita?
----
Matahari adalah pusat dari Tata Surya dan merupakan bintang
yang paling dekat dengan Bumi, yang berjarak 150 juta Km, yang mana tarikan
gravitasinya menahan planet yang kita tinggali ini tetap berada pada orbitnya.
Matahari memancarkan cahaya dan panas. Energi matahari inilah
yang memungkinkan kehidupan ada di Bumi. Tanpa adanya panas Matahari, Bumi akan membeku, tidak
akan ada angin, arus laut, atau awan untuk mengangkut air.
Seperti yang kita
ketahui, dari bumi kita melihat matahari terbit di timur dan terbenam di barat.
Akan tetapi banyak yang tidak tahu, bahwa matahari itu juga bergerak dari utara
ke selatan dan juga sebaliknya. Dalam ajaran Hindu hal tersebut dikenal dengan
Istilah Daksinayana dan Utarayana, yang mana daksinayana merupakan malam di
alam dewa dan pintu surga tertutup, sedangkan utarayana merupakan siangnya di
alam dewa dan pintu surga terbuka. Jadi, satu hari di alam dewa sama dengan
satu tahun manusia. Hal inilah yang menjadi dasar mencari Dewasa/pedewasaan
untuk kegiatan keagamaan yang besar atau penting, seperti ngaben masal.
Daksinayana adalah
dimana matahari bergerak dari utara ke selatan selama 6 bulan, Utarayana adalah dimana matahari bergerak dari
selatan ke utara, juga selama 6 bulan, sedangkan ketika matahari berada pada
puncaknya disebut dengan istilah Wiswayana.
Wiswayana dalam
pengetahuan modern dikenal fenomena
ekuinoks atau titik balik Matahari. Ketika terjadi fenomena ekuinoks, Matahari
bersinar tepat di atas kepala, serta panjang siang dan malam nyaris sama di
seluruh dunia.
Fenomena Ekoinoks terjadi dua kali dalam setahun, yaitu di bulan Maret
dan September, sehingga disebut dengan istilah Ekuinoks Maret dan Ekoinoks
September.
Di Indonesia, ekuinoks Maret merupakan pertanda
peralihan musim atau pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau. Sedangkan
ekuinoks September, menjadi penanda peralihan dari musim kemarau ke musim
hujan.
Berdasarkan posisi dan pergerakan
matahari tersebut, ternyata berpengaruh terhadap kesehatan manusia di bumi.
Berdasarkan petunjuk niskala atau dunia rohani, bahwa ketika matahari menjelang
bergerak dari utara ke selatan maka banyak orang yang akan sakit mata atau
telinga. Sedangkan, ketika matahari menjelang bergerak dari selatan ke utara
maka banyak orang akan sakit batuk-batuk.
Sederhananya, penyakit mata
atau penyakit telinga itu akan banyak terjadi sesudah ekoinoks September yaitu pada
bulan September - Oktober, sedangkan sakit batuk akan banyak terjadi ketika
sesudah Ekoinoks Maret yaitu bulan Maret-April.
Hal ini di Indonesia umum disebut musim Pancaroba.
Seperti yang kita
ketahui, memang pada musim Pancaroba itu banyak orang yang mudah jatu sakit.
Sebagaimana dikutip dari situs Orami, dinyatakan bahwa ketika memasuki musim pancaroba, banyak orang yang
akhirnya jatuh sakit. Hal tersebut menjadi tanda berhasilnya virus menyerang
tubuh dan mengalahkan imunitas kita. Penyakit yang sering dialami pada musim
pancaroba seperti; hidung tersumbat, sakit tenggorokan, batuk-batuk, gangguan
sistem pencernaan dan badan lemas.
Jadi, ketika memasuki pergantian
musim, sangat disarankan untuk meningkatkan dan menjaga imunitas agar kesehatan
kita bisa terjaga.