Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

Larangan Pada Hari Suci Saraswati

 


Larangan membaca dan menulis ketika hari suci Saraswati sering menjadi pertanyaan dan perdebatan. Lalu bagaimana sebenarnya larangan ini menurut lontar Sunarigama dan bagaimana petunjuk niskala tentang ini?

Om Awignam Astu Namo Sidham

Umat Hindu di Indonesia dan Bali khususnya, memiliki berbagai jenis perayaan keagaamaan, mulai dari yang kecil hingga yang besar.  Sederhananya, perayaan keagamaan di Bali didasarkan pada dua jenis perhitungan yaitu berdasarkan pawukon  (wuku) dan berdasarkan sasih (bulan).

Salah satu hari besar umat Hindu di Indonesia yaitu hari suci Saraswati yang perhitungannya berdasarkan pada pawukon,  jatuh pada Saniscara Umanis wuku Watu Gunung, yang terjadi setiap 6 bulan dalam penanggalan Kalender Bali yaitu 210 hari. Yang mana pelaksanaan hari suci Saraswati melakukan pemujaan kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati, yaitu penghormatan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan suci.

Hari  suci ini kadang disebut  Rerahinan Penambunan atau lebih dikenal sebagai hari Saraswati. Dirayakan terutama oleh institusi pendidikan, pemerintahan, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan hari Saraswati sebagai hari Pendidikan ala Hindu Nusantara.

Saraswati adalah dewi yang dipuja dalam Veda. Dewi Saraswati tercantum dalam Rg Veda dan juga Purana. Ia adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni. Saraswati juga dipuja sebagai dewi kebijaksanaan.

Secara etimologi, kata "Saraswati" berasal dari kata 'saras' memiliki arti mata air, terus-menerus atau sesuatu yang terus-menerus mengalir, dan 'wati' berarti yang memiliki. Jadi, Dewi Saraswati adalah Dewi yang memiliki pengetahuan yang tidak pernah habis, yang mengalir terus menerus seperti air.

Salah satu hal yang sering dikritik dalam perayaan hari suci Saraswati adalah dilarang membaca dan menulis. Logikanya, dengan larangan membaca dan menulis maka akan semakin bodoh. Logika ini sangat dangkal dan menyesatkan, sebab dilarang membaca dan menulis dalam memperingati hari turunnya ilmu pengetahuan hanya berlaku sekali dalam 6 bulan. Tujuannya untuk memuja dan mengagungkan beliau yang Memiliki Ilmu, Sumber Segala Ilmu.

Larangan membaca dan menulis sebenarnya serupa seperti libur pada hari minggu bagi umat Kristen, karena menurut kepercayaan mereka, hari minggu Tuhan sedang beristirahat (dalam penciptaan alam semesta), maka beliau dipuja dalam kebhaktian, tidak ada aktivitas masyarakat, melainkan memuja beliau di gereja.

Terkait dengan larangan membaca dan menulis, Dalam Lontar Sunarigama, ternyata tidak hanya dilarang membaca dan menulis, akan tetapi juga dilarang mekidung dan membahas atau merenungkan tattwa aksara, seperti disebutkan sebagai berikut :

… tan wenang angreka aksara, amaca, anulis, tuwi makidung muang kekawin, tuwi arerasan saluwiring tatwa aksara suksema, kewalia amuja-muja walinin bhatara Saraswati juga wenang, apan sang pinuja sira amodgalaning sarwa dewa, kewala meneng juga sira ayoga, …. (Sunarigama).

Sederhananya, berdasarkan tuntunan Sunarigama bahwa kita dilarang merajah aksara, membaca, menulis, mekidung dan makekawain, bahkan dilarang merenungkan tattwa suksma aksara suci. Tetapi kita, khususnya pinandita ataupun sulinggih boleh melakukan puja untuk bhatari Saraswati karena itu termasuk amodgalaning para dewa saat ngaturin ida bhatara-bhatari.

Selain hal tersebut, pernah juga mendapat petunjuk dari niskala atau dunia rohani bahwa larangan itu benar-benar tidak boleh dilakukan ketika sedang akan memuja beliau atau akan ngaturin, serta tidak boleh melakukan puja dua kali pada hari itu. Jadi, benar bahwa anggapan boleh membaca dan menulis setelah usai melakukan puja atau selesai sembahyang. Dengan begitu buku-buku juga sebaiknya tidak boleh dibaca jika belum dipercikan tirta wangsuh pada ida bhatara.

Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang dilarang adalah menulis aksara, ngreka aksara, membaca sastra-sastra suci, makidung dan makekawin, serta tidak boleh melakukan puja dua kali dalam hari itu.

Demikianlah uraian singkat tentang larangan membaca dan menulis berdasarkan lontar Sunarigama dan petunjuk niskala, semoga bermanfaat.

Om Shantih, Shantih, Shantih, Om.

0 Komentar untuk "Larangan Pada Hari Suci Saraswati"
Back To Top