Dalam film kolosal Ashoka, salah satu tokoh yang dihormati adalah Rsi
Canakya (Acarya Canakya). Rsi Canakya merupakan seorang Brahmana yang
menjadi perdana menteri di kerajaan Magada. Rsi Canakya juga disebut
dengan nama lain yaitu Visnu Gupta dan Kautilya, pendiri dinasti Maurya
bersama Chandra Gupta.
Sebelum dinasty Maurya berkuasa, dinasti yang berkuasa sebelumya adalah dinasti Nanda. Dinasti Nanda dimusnahkan sampai ke akar-akarnya oleh Rsi Canakya akibat penghinaan yang dilakukan oleh seorang raja dinasti Nanda.
Setelah dinasti Nanda dimusnahkan, kemudian mendirikan dinasti Maurya yang menjadi raja adalah Candra Gupta, raja agung yang berwibawa. Dibawah bimbingan perdana menteri Acarya Canakya kerajaan Magada semakin meluas. Di bawah pimpinan Chandra Gupta dan perdana menteri Canakya, Magada mampu menghalau musuh asing yang dipimpin Alexander Agung dari Yunani. Setelah Candra Gupta, tahta Magada dilanjutkan oleh raja Bindusara, ayah dari raja Ashoka.
Rsi Canakya pada masa hidupnya dipercaya menulis ulang kitab ilmu pemerintahan yang pernah menghilang yaitu kitab Arthasastra. Hingga saat ini kita bisa menemukan kitab yang diyakini ditulis oleh Acarya Canakya yaitu kitab Kautilya Arthasastra. Kitab ini lembarannya ditemukan pada tahun 1905 Masehi. Isi dari kitab ini mirip dengan kitab Dharmasastra, hanya saja isinya tidak teratur. Dalam satu sloka kadang terdiri dari banyak kata, terkadang hanya terdiri beberapa kalimat, sedangkan Dharmasastra isinya teratur yang disusun dalam bentuk prosa.
Selain kitab Kautilya Arthasastra, dikenal pula kitab Canakya Niti Sastra yang dipercaya hasil karya Acarya Canakya. Di dalam kitab Canakya Niti Sastra disebutkan nama kitab ini disebut Raja Niti Samuccaya, namun kitab ini populer sesuai nama penyusunnya, Canakya.
Isi dari kitab Canakya Niti Sastra tidak seberat isi kitab Arthasastra yang membutuhkan kemampuan untuk mengurainya. Jika kitab Kautilya Arthasastra berisi tentang pemerintahan, militer, ilmu magis, hukum pidana, dll, maka kitab Canakya Niti Sastra berisi tentang tata krama atau etika dalam kehidupan sehari-hari. Isinya cukup sederhana dan hanya terdiri diri 12 Adyaya/bab. Besar kemungkinan, kitab Canakya Niti Sastra disadur ketika masa kerajaan Majapahit akhir, populer dengan nama kitab Niti Sastra. Isinya memang agak berbeda, namun esensinya sama.
Ada beberapa kitab lainnya yang diyakini ditulis oleh Acarya Canakya, namun yang populer hanya dua di atas. Di bawah ini saya kutipkan sloka dari kedua kitab tersebut sebagai berikut:
“Jika ( istri ) meninggalkan rumah suami, pergi ke desa lain, denda adalah dua belas pana maupun kehilangan pemberian dan perhiasan” (Kautilya Arthasastra, IV.3.59.16). “Atau jika ia pergi ditemani pria dengan siapa memungkinkan dilakukan hubungan seks, denda akan dua puluh empat pana dan kehilangan semua hak, kecuali pemberian nafkah dan pendekatan selama masa itu” (Kautilya Arthasastra, IV.3.59. 17).
“Pemakaian ilmu sihir pengasih-asih dizinkan terhadap istri yang tidak menyukai (suaminya) atau terhadap gadis oleh peminangnya atau terhadap suami oleh istrinya” (Kautilya Arthasastra IV.XIII.88.9).
Saringlah amerta meskipun ada dalam racun. Ambillah emas meskipun ada di dalam kotoran. Pelajarilah ilmu pengetahuan keinsyafan diri meskipun dari seorang anak kecil atau orang berkelahiran rendah. Dan juga meskipun seorang wanita lahir dari keluarga jahat dan hina, tetapi kalau dia berkelakuan mulia bijaksana, ia patut diambil sebagai istri. (Canakya Niti Sastra I.16).
Dari pohon dosa diri sendiri orang mendapatkan buah berupa kemiskinan, penyakit, kedukaan, ikatan, dan kebiasaan buruk. (Canakya Niti Sastra XIV.1)
Orang menjadi utama karena sifat-sifat baiknya, walaupun duduk ditempat yang rendah. Apakah burung gagak bisa disebut sebagai garuda hanya karena ia hinggap di puncak istana yang megah? (Canakya Niti sastra XVI.6)
Sebelum dinasty Maurya berkuasa, dinasti yang berkuasa sebelumya adalah dinasti Nanda. Dinasti Nanda dimusnahkan sampai ke akar-akarnya oleh Rsi Canakya akibat penghinaan yang dilakukan oleh seorang raja dinasti Nanda.
Setelah dinasti Nanda dimusnahkan, kemudian mendirikan dinasti Maurya yang menjadi raja adalah Candra Gupta, raja agung yang berwibawa. Dibawah bimbingan perdana menteri Acarya Canakya kerajaan Magada semakin meluas. Di bawah pimpinan Chandra Gupta dan perdana menteri Canakya, Magada mampu menghalau musuh asing yang dipimpin Alexander Agung dari Yunani. Setelah Candra Gupta, tahta Magada dilanjutkan oleh raja Bindusara, ayah dari raja Ashoka.
Rsi Canakya pada masa hidupnya dipercaya menulis ulang kitab ilmu pemerintahan yang pernah menghilang yaitu kitab Arthasastra. Hingga saat ini kita bisa menemukan kitab yang diyakini ditulis oleh Acarya Canakya yaitu kitab Kautilya Arthasastra. Kitab ini lembarannya ditemukan pada tahun 1905 Masehi. Isi dari kitab ini mirip dengan kitab Dharmasastra, hanya saja isinya tidak teratur. Dalam satu sloka kadang terdiri dari banyak kata, terkadang hanya terdiri beberapa kalimat, sedangkan Dharmasastra isinya teratur yang disusun dalam bentuk prosa.
Selain kitab Kautilya Arthasastra, dikenal pula kitab Canakya Niti Sastra yang dipercaya hasil karya Acarya Canakya. Di dalam kitab Canakya Niti Sastra disebutkan nama kitab ini disebut Raja Niti Samuccaya, namun kitab ini populer sesuai nama penyusunnya, Canakya.
Isi dari kitab Canakya Niti Sastra tidak seberat isi kitab Arthasastra yang membutuhkan kemampuan untuk mengurainya. Jika kitab Kautilya Arthasastra berisi tentang pemerintahan, militer, ilmu magis, hukum pidana, dll, maka kitab Canakya Niti Sastra berisi tentang tata krama atau etika dalam kehidupan sehari-hari. Isinya cukup sederhana dan hanya terdiri diri 12 Adyaya/bab. Besar kemungkinan, kitab Canakya Niti Sastra disadur ketika masa kerajaan Majapahit akhir, populer dengan nama kitab Niti Sastra. Isinya memang agak berbeda, namun esensinya sama.
Ada beberapa kitab lainnya yang diyakini ditulis oleh Acarya Canakya, namun yang populer hanya dua di atas. Di bawah ini saya kutipkan sloka dari kedua kitab tersebut sebagai berikut:
“Jika ( istri ) meninggalkan rumah suami, pergi ke desa lain, denda adalah dua belas pana maupun kehilangan pemberian dan perhiasan” (Kautilya Arthasastra, IV.3.59.16). “Atau jika ia pergi ditemani pria dengan siapa memungkinkan dilakukan hubungan seks, denda akan dua puluh empat pana dan kehilangan semua hak, kecuali pemberian nafkah dan pendekatan selama masa itu” (Kautilya Arthasastra, IV.3.59. 17).
“Pemakaian ilmu sihir pengasih-asih dizinkan terhadap istri yang tidak menyukai (suaminya) atau terhadap gadis oleh peminangnya atau terhadap suami oleh istrinya” (Kautilya Arthasastra IV.XIII.88.9).
Saringlah amerta meskipun ada dalam racun. Ambillah emas meskipun ada di dalam kotoran. Pelajarilah ilmu pengetahuan keinsyafan diri meskipun dari seorang anak kecil atau orang berkelahiran rendah. Dan juga meskipun seorang wanita lahir dari keluarga jahat dan hina, tetapi kalau dia berkelakuan mulia bijaksana, ia patut diambil sebagai istri. (Canakya Niti Sastra I.16).
Dari pohon dosa diri sendiri orang mendapatkan buah berupa kemiskinan, penyakit, kedukaan, ikatan, dan kebiasaan buruk. (Canakya Niti Sastra XIV.1)
Orang menjadi utama karena sifat-sifat baiknya, walaupun duduk ditempat yang rendah. Apakah burung gagak bisa disebut sebagai garuda hanya karena ia hinggap di puncak istana yang megah? (Canakya Niti sastra XVI.6)
Labels:
catatan harian,
diskusi Hindu
Thanks for reading Dua Kitab Karya Acarya Canakya. Please share...!
0 Komentar untuk "Dua Kitab Karya Acarya Canakya"