‘Entah apa yang terjadi hingga aku seperti ini, aku sering memikirkanmu,
bayanganmu selalu hadir menemani hari-hariku, bahkan terkadang hingga
berderai air mata ketika mengingat sikapmu yang selalu mengabaikanku.
Tak mengapa kamu bersikap seperti itu karena aku tulus mencintaimu.
Apapun yang kamu lakukan padaku yang terpenting kamu bahagia, kau
bahagia aku pun senang’ seperti itulah salah satu ungkapkan ketika kita
mencintai seseorang hingga lubuk hati yang terdalam, melebihi dalamnya
lautan. Lebay!
Mungkin sering kita mengatakan bahwa kita tulus mencintai seseorang, akan tetapi pernahkah kita bertanya apakah bukti bahwa cinta kita tulus untuknya? Tak bisa dipungkiri kita sering mengungkapkan rangkaian kata cinta yang dilebih-lebihkan (hiperbola); aku tak bisa hidup tanpamu. Kaulah belahan jiwaku, wantah adi mas jiwatman bli. Tanpamu aku bukan siapa-siapa, seperti rembulan tanpa matahari, kaulah cahaya hidupku.
Mungkin sering kita mengatakan bahwa kita tulus mencintai seseorang, akan tetapi pernahkah kita bertanya apakah bukti bahwa cinta kita tulus untuknya? Tak bisa dipungkiri kita sering mengungkapkan rangkaian kata cinta yang dilebih-lebihkan (hiperbola); aku tak bisa hidup tanpamu. Kaulah belahan jiwaku, wantah adi mas jiwatman bli. Tanpamu aku bukan siapa-siapa, seperti rembulan tanpa matahari, kaulah cahaya hidupku.
Dulu aku sering menggunakan kata-kata hiperbola seperti itu tanpa merasakannya dan banyak gadis termakan rayuan gombal. Akan tetapi setelah dewasa barulah aku tahu makna dibalik kata indah yang terurai, bukan sekedar cinta dalam kata-kata melainkan arti cinta yang bertahta dalam relung hati, cinta yang sebenarnya. Lalu apa ciri-ciri cinta tulus? Berdasarkan pengalamanku mencintai 3 wanita yang pernah aku cintai dengan tulus, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa cinta tulus itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Rasa Hormat
Sejak pandangan pertama, orang yang bisa kita cintai dengan tulus maka dalam diri kita hadir rasa hormat, bahkan rasa hormat ini ditunjukan pada keluarganya. Saking hormat padanya hingga kita sering merasa takut berjumpa. Jiwa kita bergetar bila berpapasan (bertemu) denganya, lutut terasa lunglai, salah tingkah apabila berdekatan. Jangankan berani mencoleknya, ngomong saja takut.
Hal itu untuk tahap awal. Untuk selanjutnya rasa takut itu berkurang tetapi rasa hormat itu ditunjukan dalam tindakan. Ketika akan bepergian/
Sikap Lembut
Hubungan kasih yang tulus itu terwujud dalam sikap kita. Ketika dia membuat kita kecewa tanpa disadarinya, kita takan marah, selalu mengalah, selalu ingin menciptakan kedamaian dalam hidupnya. Pada intinya, cinta berlandasakan hati yang tulus hampir tidak ada pertengkaran. Masalah besar bisa menjadi kecil, bukan sebaliknya; masalah sepele dibesar-besarka
Selalu Memberi
Banyak lelaki ketika tulus mencintai seseorang akan bekerja mati-matian mencari uang, perjuangan hidup itu dijalani tanpa merasa terbebani demi membahagiakan orang yang dicintai, yang pada intinya selalu ingin memberi apa yang dibutuhkannya. Begitu juga seorang wanita, ia akan berjuang demi kebahagiaan pasangannya, bahkan dia merasa sungkan jika diberikan sesuatu. Jika menerima sesuatu maka dibalas dengan pemberian dalam wujud yang berbeda.
Ikut Merasakan
Ketika orang yang kita cintai sedang menderita atau bersedih hati, kita pun ikut merasakannya. Perasaan kita menyatu dengannya. Bisa diberi perumpamaan secara sederhana; kebahagianmu adalah kebahagiaanku, kebahagiaanku juga kebahagianmu dan penderitaanmu adalah penderitaanku. Tetapi ketahuilah, penderitaanku bukanlah penderitaanmu.
Tak Pernah Benci
Adakalanya cinta berakhir dengan kebencian, tetapi cinta tulus takan pernah meninggalkan rasa benci, meski putus tak ada istilah mantan pacar menjadi musuh, yang ada dia menjadi sahabat kita. Bagaimana pun seseorang menyakiti kita, takan pernah timbul rasa dendam (kalau sesaat mungkin).
Ketika kita merasakan cinta yang tulus namun disakiti orang yang kita sayangi atau kita disia-siakan, maka kebencian takan pernah ditunjukan dalam sikap maupun perasaan, tetapi rasa benci muncul dalam wujud air mata. Dengan kata lain, cinta yang tulus jika dikecewakan maka tangisanlah pelipur laranya, bukan kebencian. Bahkan lelaki pun bisa menangis jika bisa merasakan cinta yang tulus, hanya saja lelaki lebih pandai menyembunyikan air matanya. Lelaki tak perlu malu untuk menangis karena cinta, sebab menangis itu sehat. Perlu dibuang mindset bahwa lelaki tak boleh menangis.
Dia Ada Dalam Doa
Yang terakhir ini sesuatu banget, orang yang kita sayangi kita bawa ke dalam doa, berdoa untuk kebahagiaannya.
Bagaimana kalau dia bukan jodoh kita? bisa membawa derita ketika berkeluarga nanti. Berdoa soal jodoh harus berhati-hati, jangan sampai doa kita membuat kita menderita ketika doa itu dikabulkan, seperti Drupadi menikah dengan lima lelaki karena salah berdoa.
“Om Mahadewa, jika dia jodohku, dekatkanlah. Jika dia bukan jodohku, jauhkanlah. Apa yang terjadi, semoga atas kehendak-Mu” Kira-kira seperti itu salah satu doa kita agar kita tidak salah berdoa.
Terlepas dari hal-hal di atas, bahwa cinta tulus didominasi kasih sayang, sedangkan cinta palsu didominasi nafsu seks.
0 Komentar untuk "Ciri-Ciri Cinta Tulus"