Di suatu pagi bertemu siang, aku melangkah gontai memasuki pintu gerbang
sebuah rumah bertingkat. Tanpa ragu melanjutkan detak sepatu menginjak
halaman rumah yang berjejer dipenuhi mobil. Di belakang punggungku
menempel sebuah tas hitam berisi surat lamaran kerja.
Aku yakin, rumah inilah alamat perusahaan yang tercantum dalam iklan lowongan kerja. Harap-harap cemas, semoga aku tak salah alamat. Berharap aku diterima bekerja meski sambil kuliah, maklum lahir sebagai anak orang melarat.Aku melihat seorang gadis cantik yang masih muda belia duduk bermain HP di dalam ruangan tamunya. Mungkin bbm-an atau barangkali berselancar di negeri maya, menjelajahi setiap sudut sisi dunia ilusi, duni maya. Entah apa yang dilakukan, yang pasti aku terpesona melihatnya, meski hanya melihat bagian samping.
‘Permisi, bu. Permisi…’
Mendengar suaraku, gadis itu bergegas bangkit dari duduknya. Ia berjalan bersemangat keluar dari ruangan tamu, mendekatiku. Bola matanya indah dipandang, senyumnya semanis wajahnya. Sulit bagiku melukiskan keindahannya. Sederhananya, ‘Kau begitu sempurna, di mataku kau begitu indah’, seperti pelukisan dalam lagu ‘Sempurna’ (Gita Gutawa).
‘Ibu Dayu, ada?’
‘Dari siapa ya?’
‘Saya orang yang menelpon Ibu Dayu tadi, mau menaruh lamaran kerja’
Mendengar jawabanku seperti itu, dia tampak terkejut, raut wajahnya berubah, yang awalnya begitu sumringah, tapi kemudian menjadi layu. Wajar, memang kebanyakan orang bersikap seperti itu pada orang yang mengemis pekerjaan sebagai karyawan.
‘Mama.. mamaa! Ada yang cari’ gadis itu memanggil mamanya meninggalkanku yang berdiri di halaman rumahnya. Ada rasa malu setelah melihat sikap gadis itu yang sempat membuatku terpana. Kapankah aku tak lagi mencari pekerjaan, kapan aku akan menjadi orang sukses? hati bertanya pada diri. Terkadang hati bisa diajak berdamai, ‘Mungkin belum saatnya’. Untuk mendaki sebuah gunung, haruslah melangkah dari kaki gunung. Hidup ini perjuangan, suka atau pun duka harus dijalani. Aku percaya setiap orang memiliki jalan masing-masing untuk mencapai kesuksesannya.
Tak lama menunggu, seorang wanita paruh baya muncul dari ruangan tamunya, menyambutku, aku dipersilakan masuk ke kantornya yang bersebelahan dengan rumah itu. Tanpa pembicaraan panjang lebar, tanpa babibu, aku diterima bekerja. Segera aku katakan bahwa aku bekerja sambil kuliah, aku tak mau menututupi-nutupi, dan puji Tuhan tak dipermasalahkan. Tambah heran, langsung disuruh kerja hari itu. Aku belum siap. Tapi biar bagaimana pun, aku harus siap bekerja hari itu juga.
Aku yakin, rumah inilah alamat perusahaan yang tercantum dalam iklan lowongan kerja. Harap-harap cemas, semoga aku tak salah alamat. Berharap aku diterima bekerja meski sambil kuliah, maklum lahir sebagai anak orang melarat.Aku melihat seorang gadis cantik yang masih muda belia duduk bermain HP di dalam ruangan tamunya. Mungkin bbm-an atau barangkali berselancar di negeri maya, menjelajahi setiap sudut sisi dunia ilusi, duni maya. Entah apa yang dilakukan, yang pasti aku terpesona melihatnya, meski hanya melihat bagian samping.
‘Permisi, bu. Permisi…’
Mendengar suaraku, gadis itu bergegas bangkit dari duduknya. Ia berjalan bersemangat keluar dari ruangan tamu, mendekatiku. Bola matanya indah dipandang, senyumnya semanis wajahnya. Sulit bagiku melukiskan keindahannya. Sederhananya, ‘Kau begitu sempurna, di mataku kau begitu indah’, seperti pelukisan dalam lagu ‘Sempurna’ (Gita Gutawa).
‘Ibu Dayu, ada?’
‘Dari siapa ya?’
‘Saya orang yang menelpon Ibu Dayu tadi, mau menaruh lamaran kerja’
Mendengar jawabanku seperti itu, dia tampak terkejut, raut wajahnya berubah, yang awalnya begitu sumringah, tapi kemudian menjadi layu. Wajar, memang kebanyakan orang bersikap seperti itu pada orang yang mengemis pekerjaan sebagai karyawan.
‘Mama.. mamaa! Ada yang cari’ gadis itu memanggil mamanya meninggalkanku yang berdiri di halaman rumahnya. Ada rasa malu setelah melihat sikap gadis itu yang sempat membuatku terpana. Kapankah aku tak lagi mencari pekerjaan, kapan aku akan menjadi orang sukses? hati bertanya pada diri. Terkadang hati bisa diajak berdamai, ‘Mungkin belum saatnya’. Untuk mendaki sebuah gunung, haruslah melangkah dari kaki gunung. Hidup ini perjuangan, suka atau pun duka harus dijalani. Aku percaya setiap orang memiliki jalan masing-masing untuk mencapai kesuksesannya.
Tak lama menunggu, seorang wanita paruh baya muncul dari ruangan tamunya, menyambutku, aku dipersilakan masuk ke kantornya yang bersebelahan dengan rumah itu. Tanpa pembicaraan panjang lebar, tanpa babibu, aku diterima bekerja. Segera aku katakan bahwa aku bekerja sambil kuliah, aku tak mau menututupi-nutupi, dan puji Tuhan tak dipermasalahkan. Tambah heran, langsung disuruh kerja hari itu. Aku belum siap. Tapi biar bagaimana pun, aku harus siap bekerja hari itu juga.
Perjumpaan pada pandangan pertama dengan gadis cantik anak konglomerat itu masih tersimpan rapi dalam memori. Setelah beberapa hari bekerja disana, aku mulai tahu gadis itu, namanya Ida Agung bla bla.. (rahasia). Sungguh, namanya seindah wajahnya. Sedang kuliah kedokteran di kampus biru di Denpasar.
Andaikan dia sekuntum bunga, takan ku
biarkan kumbang yang menggooda. Tapi sayang seribu sayang, bunganya
berkelas. Sedangkan penjaganya? membayangkan keadaan nasibku kadang
membuatku minder. Meski aku memiliki pandangan yang cukup ekstrem
tentang wanita, tetapi aku tetap tak percaya diri untuk melakukan
tindakan meraih kayalan tingkat tinggi itu.
Menurutku, seorang gadis kaya itu sesungguhnya kesulitan mencari pasangan, terlebih bila tampangnya pas-pasan. Tak percaya? tanyalah pada mereka. Gadis anak kaya itu, jarang ada lelaki yang berani mendekati. Lelaki kebanyakan berpandangan bahwa gadis anak kaya itu gadis manja, sulit berinteraksi dengan masyarakat kelas sosial menengah ke bawah, cenderung individualisme, dan
juga pragmatis. Hal itu sering menimbulkan penderitaan bagi gadis anak
orang kaya, bahkan bisa menjadikan hidupnya setres. Tak jarang anak
orang kaya ini mencari hiburan-hiburan malam untuk mencari kesenangan, bahkan menyedihkan lagi, ada yang hingga menikmati obatan terlarang seperti narkoba.
Berbeda dengan gadis anak kelas menengah, ia bisa hidup bahagia dan serba bisa; mudah berinteraksi dengan masyarakat, bisa dekat dengan lelaki kaya mau pun lelaki dari kalangan menengah, bahkan dari kalangan masyarakat bawah. Sederhananya, ada banyak pilihan. Inilah menjadikan wanita kelas menengah lebih bahagia hidupnya.
Untuk mendekati gadis dari kalangan menengah ke atas, sebenarnya lelaki hanya membutuhkan keberanian untuk mengambil perhatiannya, menghibur hatinya. Lelaki humoris paling mudah mendekati gadis kelas ini, selain dari kelas yang setara atau sama-sama anak konglomerat.
Seiring perjalanan waktu, aku sering bertemu dengannya, benih-benih cinta dalam hatiku sempat tumbuh bersemi. Aku mencuri fotonya, menyimpan gelang yang bertuliskan namanya. Ah, hatiku mulai gusar, kenapa aku melakukan itu, sedangkan aku bukanlah lelaki yang layak untuk mendekatinya.
Dalam suatu kesempatan, aku pernah jalan-jalan sambil kirim bunga Valentine, satu mobil dengannya. Bahagia yang aku rasa, meski dia tak tahu apa yang aku rasakan. Dua minggu kemudian, kejadian itu terulang dalam mimpi, hanya tempatnya yang berbeda, jalan-jalan ke pantai. Saat aku terbangun, aku tersenyum mengenang mimpi yang mengulang kejadian yang telah berlalu.
Gadis itu begitu mudah muncul dalam pikiranku, seakan dia dekat denganku. Tapi saat itu pula aku berusaha menepis bayang-bayang wajah cantiknya. Aku tak mau mengulang tragedi cinta berlintas; lintas kasta yang pernah aku alami lima tahun lalu, kandas tanpa restu orang tuanya.
Aku terus berusaha mengubur dalam-dalam benih cinta yang sempat bersemi, yang tak tersemai, hingga akhirnya aku bisa menghapus perasaan itu. Tapi entah kenapa dia muncul kembali dalam mimpiku, mimpi menginap di rumahnya atas perintah papanya. Dan yang terakhir, aku bermimpi mengintip dia mandi, dan dia tahu aku mengintipnya, gadis itu memarahiku, tetapi aku pura-pura tidak tahu dan membentaknya. Dia ketakutan dengan mimik wajahku yang galak.
Aku heran, kenapa gadis itu sering hadir dalam mimpiku meski tak begitu sering memikirkannya, padahal gadis yang paling sering aku pikirkan selama dua tahun lebih, yang bisa membuatku menangis, hanya hadir sekali dalam mimpiku. Sedangkan gadis ini, dalam waktu kurang dari 6 bulan sudah muncul berulang kali. Apa mungkin dia sering memikirkanku? GR!
Pernah ada kejadian yang cukup menarik bagiku. Aku pernah tak sengaja melihat dia ganti celana, saat itu aku langsung balik badan, malu, dan sepertinya dia tahu kalau aku melihatnya. Dulu aku pernah mengalami hal serupa, dan gadis itu menjadi bagian hidupku, menjadi kekasih hatiku.
Mungkin, kalau aku berani mendekati gadis ini juga, cinta bertepuk sebelah tangan itu kecil kemungkinannya.
Tapi aku tak mau menjadi keledai, melakukan kesalahan kedua kalinya,
terjatuh ke dalam lumpur cinta berlintas, apalagi lintas status sosial;
Kaya-miskin. Lebih baik aku mengubur dalam benih-benih cinta yang pernah
mekar dalam relung hati, dan meski hati memilihnya. Bahkan aku
berencana berhenti bekerja di perusahaan ayahnya, agar aku tak bisa
melihatnya lagi. Ah, nyesek!
Menurutku, seorang gadis kaya itu sesungguhnya kesulitan mencari pasangan, terlebih bila tampangnya pas-pasan. Tak percaya? tanyalah pada mereka. Gadis anak kaya itu, jarang ada lelaki yang berani mendekati. Lelaki kebanyakan berpandangan bahwa gadis anak kaya itu gadis manja, sulit berinteraksi dengan masyarakat kelas sosial menengah ke bawah, cenderung individualisme,
Berbeda dengan gadis anak kelas menengah, ia bisa hidup bahagia dan serba bisa; mudah berinteraksi dengan masyarakat, bisa dekat dengan lelaki kaya mau pun lelaki dari kalangan menengah, bahkan dari kalangan masyarakat bawah. Sederhananya, ada banyak pilihan. Inilah menjadikan wanita kelas menengah lebih bahagia hidupnya.
Untuk mendekati gadis dari kalangan menengah ke atas, sebenarnya lelaki hanya membutuhkan keberanian untuk mengambil perhatiannya, menghibur hatinya. Lelaki humoris paling mudah mendekati gadis kelas ini, selain dari kelas yang setara atau sama-sama anak konglomerat.
Seiring perjalanan waktu, aku sering bertemu dengannya, benih-benih cinta dalam hatiku sempat tumbuh bersemi. Aku mencuri fotonya, menyimpan gelang yang bertuliskan namanya. Ah, hatiku mulai gusar, kenapa aku melakukan itu, sedangkan aku bukanlah lelaki yang layak untuk mendekatinya.
Dalam suatu kesempatan, aku pernah jalan-jalan sambil kirim bunga Valentine, satu mobil dengannya. Bahagia yang aku rasa, meski dia tak tahu apa yang aku rasakan. Dua minggu kemudian, kejadian itu terulang dalam mimpi, hanya tempatnya yang berbeda, jalan-jalan ke pantai. Saat aku terbangun, aku tersenyum mengenang mimpi yang mengulang kejadian yang telah berlalu.
Gadis itu begitu mudah muncul dalam pikiranku, seakan dia dekat denganku. Tapi saat itu pula aku berusaha menepis bayang-bayang wajah cantiknya. Aku tak mau mengulang tragedi cinta berlintas; lintas kasta yang pernah aku alami lima tahun lalu, kandas tanpa restu orang tuanya.
Aku terus berusaha mengubur dalam-dalam benih cinta yang sempat bersemi, yang tak tersemai, hingga akhirnya aku bisa menghapus perasaan itu. Tapi entah kenapa dia muncul kembali dalam mimpiku, mimpi menginap di rumahnya atas perintah papanya. Dan yang terakhir, aku bermimpi mengintip dia mandi, dan dia tahu aku mengintipnya, gadis itu memarahiku, tetapi aku pura-pura tidak tahu dan membentaknya. Dia ketakutan dengan mimik wajahku yang galak.
Aku heran, kenapa gadis itu sering hadir dalam mimpiku meski tak begitu sering memikirkannya, padahal gadis yang paling sering aku pikirkan selama dua tahun lebih, yang bisa membuatku menangis, hanya hadir sekali dalam mimpiku. Sedangkan gadis ini, dalam waktu kurang dari 6 bulan sudah muncul berulang kali. Apa mungkin dia sering memikirkanku? GR!
Pernah ada kejadian yang cukup menarik bagiku. Aku pernah tak sengaja melihat dia ganti celana, saat itu aku langsung balik badan, malu, dan sepertinya dia tahu kalau aku melihatnya. Dulu aku pernah mengalami hal serupa, dan gadis itu menjadi bagian hidupku, menjadi kekasih hatiku.
Mungkin, kalau aku berani mendekati gadis ini juga, cinta bertepuk sebelah tangan itu kecil kemungkinannya.
0 Komentar untuk "Sering Bertemu Dalam Mimpi"