Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

Kundangan Pemujaan

Om S di timur rumah saya melaksanakan suatu Yadnya atau korban suci. Saya dan bapakku diundang karena jadi Pemangku atau (pendeta), akan nganteb banten.
"Karena aku sudah pernah diajari nganteb banten oleh bapakku, maka aku akan lebih mahir dari bapakku." Gumamku dalam hati sambil melirik bapakku yang sedang nganteb dengan nyumbah. Pikiran congkak menguasai diri saat mulai nganteb atau melantunkan lagu pujian kepada dewata. Lagu pujaan yang akan saya lakukan lebih panjang dari bapakku. Beliau hanya menggunakan mantra Veda berbahasa Sansekerta, sedangkan saya, selain menggunakan mantra Veda, juga akan sertai usana Bali (membahasakan sendiri mantra veda yang diucapkan), karena saya tidak begitu paham dengan bahasa Sansekerta, supaya tidak berdosa melantunkan suatu pujaan tanpa mengetahui maknanya.

Ketika mulai pemujaan, saya kebingungan: mana duluan membersihkan diri ataukah mohon 'Panugrahan', dan dengan sigap saya membersihkan diri dulu dengan mantra: Om prasada stiti sarira shiwa suci nirmala ya namah svaha.
Lalu mengucapkan mantra panugrahan dengan nyakupang tangan tanpa sarana:

Om awignam astu namah sidiem.

Om Shri Saraswati ya namah.

Om Saraswati namastubyam,
Warade kama rupini,
Sidhiramba karisyami,
Sidhir bawantu mesada.

Dalam pikiranku, bahwa panugrahan Saraswati boleh diganti dengan lagu pujaan Saraswati yang dari India tersebut, sehingga itu yang saya pakai. Lalu saya lanjutkan dengan Panugrahan kepada Bhatara Guru:

Singgian pakulun Sanghyang Guru Reka. Mamitang lugra titiang anguntap jeng palungguh cokor ratu.... dst.

Tiba-tiba suasana berubah, pemujaan sudah sampai tahap upasaksi kepada Sanghyang Surya menggunakan sekar kuning, disitu saya mengucapkan mantra Siwa Raditya dan saya sertai dengan usana Bali. Setelah usai usana Bali, sertai dengan Kuta Mantra: Om Hrang Hring Sah parama siwa aditya ya namah svaha. Lalu pentilkan sekar ke arah kaja kangin atau timur laut (ke depan sebelah kanan).
"Bila usana bali berupa pujian kepada-Nya, akhiri dengan mantra ini untuk menguatkan mantra tersebut." Pikirku.

Tahap pemujaan berikutnya saya melantunkan puja permohonan keselamatan kepada dewata untuk om S. Dalam pikiranku, tidak perlu menyebutkan nama orang yang sedang melaksanakan Yadnya, tetapi diganti dengan 'Sang Madue Karya", sambil pikiran fokus kepada orangnya, yang melaksanakan Yadnya. Tidak menyebutkan nama bersangkutan supaya tidak ada perasaan kikuk menyebut nama orang yang lebih tua.

Diakhir doa berupa permohonan menggunakan usana Bali, saya akhiri dengan mantra: Om Sidhirastu tat astu astu ya namah svaha.
"Bila mantra atau doa berupa permohonan, akhiri dengan mantra ini supaya sidi atau mujarab." Pikirku.

Setelah sadar dari mimpi, merasa bahagia. Ternyata beliau Bhatara Hyang Guru (simbol bapak/guru) berkenan mengajari saya yang berkaitan dengan pemujaan. Begitulah cara Tuhan mengajari kita melalui mimpi.

Ada beberapa poin penting yang diajarkan disini yang tampak berbeda dari apa yang sudah menjadi tradisi:

Pertama, biasakan membahasakan sendiri mantra yang diucapkan menggunakan bahasa Sansekerta menjadi bahasa yang kita pahami, bahasa Bali. Sebab dikatakan berdosa bila kita mengucapkan mantra sedangkan kita tidak tahu artinya. Sehingga bagusnya kita pakai keduanya. Awalnya mantra sansekerta, kemudian tambahi dengan bahasa sendiri, usana Bali. Jaman sekarang banyak anak muda yang senang belajar mantra kramaning sembah, padahal tidak tahu artinya, sehingga pemujaannya tidak khusuk.

Kedua, secara tradisi sembah saat memohon Panugrahan nyumbah meserana sekar. Dalam mimpi: nyumbah tanpa serana.

Ketiga, Panugrahan Saraswati ada mantra khusus, tetapi ternyata boleh diganti dengan mantra yang berasal dari India sebagai mana doa di atas.

Keempat, kalau kita baca beberapa buku, mantra Panugrahan itu ada yang menjelang 'Nuhur Ida Bhatara', ada yang diucapkan paling awal. Tetapi dalam mimpi, diucapkan setelah mantra pembersihan raga seperti di atas.
Bila kita urutkan menjadi:
-Mantra Padmasana (duduk)
-Pranayama
-Karosodana
-Mantra Menyucikan Raga
-Panugrahan.
Dst...

Kelima, kebiasaan masyarakat mementilkan bunga pada saat nunas upasaksi biasanya dipentilkan ke depan. Yang benar adalah ke depan sebelah kanan (timur laut). Ini pernah saya baca dalam sebuah buku. Hanya khusus upasaksi ke Surya saja.

Keenam, secara tradisi biasa menyebutkan orang yang melaksanakan yadnya saat nganteb banten, terutama saat doa permohonan atau nunas waranugraha. Akan tetapi ternyata tidak perlu menyebut nama orangya, melainkan diganti dengan kata 'Sang maduwe karya' sambil pikiran fokus kepada orang yang melaksanakan yadnya tersebut.

Ketujuh, awalnya saya tidak tahu kapan dan bagaimana penggunaan Kuta Mantra dan Mantra Sidirastu.
Kuta Mantra: om hrang hring sah paramasiwa aditya ya namah svaha.
Sidirastu: Om Sidhirastu tat astu astu ya namah svaha.
Kuta mantra digunakan diakhir pujaan apabila mantra ataupun usana bali berupa lagu pujian untuk menguatkan mantra yang diucapkan, sedangkan mantra Sidirastu digunakan bilamana doa berupa permohonan, supaya doanya mujarab atau sidi.
Labels: diskusi Hindu, Mimpi

Thanks for reading Kundangan Pemujaan. Please share...!

0 Komentar untuk "Kundangan Pemujaan"
Back To Top