Di India, jika ingin memohon keselamatan suami, seorang istri mengikatkan benang di pohon beringin dengan mengelilinginya;
pradaksina, maka di Bali pohon beringin diberi kain selimut, saya
menyebutnya pakaian pohon. Terlihat berbeda, tetapi tujuannya sama.
Terkait dengan pakaian pohon hal itu bukan kearifan lokal, hal tersebut
tersirat di dalam kitab suci. Di dalam Sarasamuccaya dinyatakan bahwa
bila menghendaki hidup bahagia hal pertama yang harus dilakukan adalah
buta hita, buta hita artinya membahagiakan mahkluk hidup lainnya seperti
pohon, hewan, binatang dan lain sebagainya.
Di dalam Veda
dinyatakan bahwa pada hakekatnya semua mahkluk bersaudara; Vasudaiva
Kutumbakam. Persaudaraan umat manusia ini disebabkan oleh satu asal dan
kembalinya bagi setiap mahluk dan alam semesta, sama-sama menikmati
kehidupan di karibaan bumi, oleh karena itu Tuhan Yang Mahaesa
mengamanatkan kepada kita untuk hidup dalam suasana damai penuh
kebahagiaan dalam persaudaraan yang sejati.
Implementasi dari
petunjuk tersebut di Bali dibuktikan dengan memperlakukan pohon seperti
saudara, khususnya pohon beringin. Di dalam Bhagavad Gita Shri Bhagavan
bersabda, "diantara pohon Akulah pohon beringin". Oleh karena itu pohon
beringin mendapat perlakuan paling special di antara semua pohon. Teks
sastra lain menyatakan bahwa dengan melingkarkan benang pada pohon suci
seperti pohon beringin masyarakat akan hidup bahagia. Praktek di bali
bukan dilingkari dengan benang melainkan dengan kain atau selimut.
0 Komentar untuk "Pakaian Pohon"