Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

Haram Menawarkan Diri Mengobati Orang Sakit

Suatu ketika ibuku sedang sakit gigi, katanya bukan sekedar sakit gigi tetapi rasanya benar-benar bikin kepala terasa pecah. Meski sakit seperti itu namun tak ada yang peduli, tak ada yang mengobatinya. Ibuku menangis sesenggukan dalam perbaringan di kamarnya, bahkan sambil menangis menyebut nama almarhum kakek agar dijemput sekalian untuk pergi ke alam sana.

Sungguh getir hatiku mendengarnya, padahal ada bapakku yang bisa mengobati. Aku pun tak enak jika mengobati ibu mendahului bapak, sebenarnya pengen mengobati tapi ragu, soalnya baru belajar. Begitu pula merasa segan menyuruh bapakku untuk mengobati ibu. Namun mendengar tangisan ibuku yang semakin membuat hatiku sendu mendayu terpaksa memberanikan diri mendekati ayahku, ’ Paa.. obati dong mama’ ujarku dengan suara bergetar, antara takut dan sedih.


Bapakku langsung bergegas menyuruhku mengambil gelas berisi air putih, bunga, dan nasi ambua sedikit (nasi yang diambil pada bagian dasar periuk). Setelah diobati, tangisan ibuku jadi hilang namun wajahnya masih lembab. Begitulah orang sakit, sangat ingin diperhatikan, jika tidak ada yang mempedulikannya terasa seperti orang paling terlantar sedunia.

Pada lain waktu, bapakku menasehatiku, ‘Jika suatu saat kamu bisa mengobati, jangan coba-coba menawarkan diri mengobati seseorang tanpa ada yang meminta’. Bapakku menjelaskan bahwa apabila mengobati seseorang tanpa ada yang meminta ataupun tanpa ada yang menyuruh maka obatnya tidak akan mujarab, biarpun orang yang sakit itu keluarga dekat. Dan juga dilarang keras meminta bayaran jika mengobati, hanya berhak menerima sedekah seadanya, disebut ‘sesari’ atau daksina/dana punia, tetapi seorang yang meminta obat wajib memberi sedekah kepada yang mengobati. Begitulah pantangan bagi seseorang yang bisa mengobati secara non-medis, baik menggunakan mantra maupun model lainnya yang serupa. Hal ini karena berurusan dengan alam gaib. Orang yang bisa mengobati secara non-medis sebenarnya hanya sebagai perantara saja, dia mendapat kekuatan dari dewa yang menjaganya atau dari dewa yang dipujanya.

Di suatu siang, iseng-iseng mampir di rumah seorang gadis yang pernah dicintai, dulunya sering ngapel ke rumah gadis ini dan sangat akrab dengan orang tuanya, bukan bermaksud ngapelin gadis itu melainkan untuk silaturahmi ke orang tuanya, ada rasa malu dulu sering ngapel lalu sekarang tak pernah muncul. Kemudian memberanikan diri muncul ke rumahnya, dan aku terkejut melihat gadis itu terkapar di teras rumahnya, ternyata sengaja berada di teras rumah mencari angin karena sedang sakit parah, dia tak bisa bangun gara-gara kecelakaan beberapa hari sebelumnya, katanya tulang paha dan kakinya terluka, kakinya tak bisa digerakkan, walaupun hasil rontgen tidak menunjukan patah tulang.

Setelah lama ngobrol dengan keluarganya tentang peristiwa kecelakaannya yang menimpa anaknya, hatiku merasa iba. Berulang kali berpikir apakah aku mengobatinya ataukah tidak, takut dianggap sok-sokan. Namun mencoba memberanikan diri untuk memberitahu obat herbal sakit patah tulang atau penyakit sejenisnya seperti akibat terkilir, keseleo. Diberitahu bahan-bahannya seperti kunyit tua diparut (ibunya kunyit; kunyit inana) dicampur dengan pamor (sekapur sirih) untuk dioleskan pada bagian terluka.

Untuk mengoptimalkan kerja obat itu bisa dibantu dengan diberi doa sesuai kepercayaan masing-masing. Bila mampu, lebih baik lagi diberikan energi prana pada bagian yang sakit. Sebelum mengoleskan obat alami itu, aku mencoba memberikan energi prana sambil berdoa dalam hati untuk memohon kesembuhannya, dan gadis itu berkata, ‘Pakai mantra apa sih, Bli? jangan-jangan pakai jampi-jampi’.

Mendengar kata-kata itu dalam hati merasa tersinggung dan kesal hingga wajahku terasa memerah, namun karena ada beberapa orang hadir disana mencoba untuk bersabar, ‘Cuma obat biasa tak ada unsur magisnya’ ujarku. Meski dalam hati mengumpat dia; dasar cewek sialan, gak tahu diuntung, mau diobati malah gak mau.

Dikiranya aku masih sayang pada dia padahal sedikitpun tidak, hanya sebatas bersimpati pada oang sakit. Tak berapa lama kemudian aku minta pamit, dan dalam perjalanan aku tertawa sendiri teringat dengan nasehat bapakku. Ternyata benar, jangan coba-coba menawarkan diri mengobati orang sakit.

Meski nasehat itu selalu disimpan dalam hati, dua hari yang lalu mengalami suatu keadaan yang cukup dilematis. Ada anak kecil berumur sekira 3 tahun sakit batuk-batuk dan menangis berulang kali, badannya lemas sekali. Sebagai tetangga kos-kosan tentu merasa sedih mendengar tangisan anak kecil, ada rasa keterpanggilan untuk mengobatinya. Katanya, anak itu sudah dua kali diajak ke rumah sakit anak tetapi tak juga sembuh.

Mencoba memberanikan diri untuk mengobatinya. Aku minta mengambilkan garam sebagai tempat membuang energi negatif, lalu melakukan penyapuan/pembersihan pada tubuh anak itu, kemudian diberi energi prana disertai doa memohon kesembuhan anak itu, dan memohan kepada dewa agar dikirimkan seorang malaikat untuk menjaganya. Kedengerannya serem ya. Namanya juga doa, siapa tahu dewa berkenan.

Astungkara malamnya aku melihat dari jendela anak itu bisa tidur nyenyak. Tapi lucunya, malam harinya aku bermimpi. Dalam mimpi itu aku melihat anak itu berjalan berlari tetapi masih sakit (hanya baikan) dan kemudian mendengar suara ‘Lagi dua hari dia akan sembuh’, entah darimana suara itu datang, lalu aku terbangun dan tidur lagi.

Besoknya aku melihat anak itu sudah baikan dan mau makan meski masih batuk-batuk sedikit, seperti yang terlihat dalam mimpi; masih sakit sedikit. Apakah sekarang sudah sembuh? aku tidak tahu, karena sudah diajak pulang kampung. Mudah-mudahan anak itu sembuh total. Tapi sebelum pulang ibunya bercerita kalau anaknya sudah mau tidur, sudah mau makan. Lega rasanya, disitulah kadang bisa menemukan kebahagiaan.

Merenungi nasehat bapakku; haram menawarkan obat, aku mencoba menggali alasan logis kenapa tidak dibenarkan menawarkan diri mengobati orang sakit, dan ketemulah jawabannya.

Pertama, orang yang sakit harus ada kemauan untuk sembuh, demikian juga keluarganya besar keinginannya untuk kesembuhan orang yang sakit. Dengan memiliki keinginan untuk sembuh maka orang itu pasti akan meminta pertolongan pada orang yang bisa mengobati.

Kedua, dengan keinginan kesembuhan yang kuat maka orang yang sakit maupun keluarganya percaya bahwa seseorang mampu menolongnya dan memohon dengan cara apapun untuk mengobatinya.

Ketiga, ketika mereka percaya dan menerima seseorang untuk memberikan pertolongan untuk mengobatinya maka energi alam semesta yang dikirimkan oleh orang yang mngobatinya dengan mudah masuk ke orang yang sakit. Sehingga energi alam semesta bergerak dengan mudah mengalir ke orang yang sakit.

Oleh karena itu apabila seseorang memohon bantuan terhadap seseorang untuk mengobati orang sakit maka ada beberpa hal yang harus ditanamkan dalam hati si pasien dan keluarganya;

- Ada kemauan untuk sembuh
- Percaya pada orang yang mengobatinya
- Tidak boleh meremehkan orang yang dimintai untuk mengobatinya, bagaimanapun keadaan orang itu. Hal ini serupa kasusnya dengan seorang pendeta (pemangku, sulinggih) yang muput upacara, seseorang tidak boleh meremehkannya meski hanya dalam hati, wajib hukumnya menghormatinya. Jika meremehkannya maka upacara seseorang menjadi tak berpahala, demikian juga obat seseorang tidak akan manjur jika orang yang mengobati orang sakit diremehkan oleh pihak yang meminta mengobatinya.

Untuk memudahkan memahami hal ini, ketahuilah bahwa pikiran itu adalah medan energi yang tidak berwujud, yang berwujud fisik hanyalah otak. Medan pikiran yang negatif bisa menghambat energi alam semesta yang dikirmkan oleh orang yang mengobatinya. Demikian sebaliknya, medan pikiran positif akan mampu menarik energi alam semesta yang dikirmkan oleh orang yang mengobatinya sehingga orang yang sakit lebih cepat sembuh.
Labels: catatan harian, Facebook

Thanks for reading Haram Menawarkan Diri Mengobati Orang Sakit. Please share...!

0 Komentar untuk "Haram Menawarkan Diri Mengobati Orang Sakit"
Back To Top