Kalau boleh jujur, sebenarnya aku itu pemuja gadis cantik, padahal
tampangku pas-pasan. Kadang sampai menggugat diri sendiri; kenapa aku
tak bisa mencintai orang yang berpendidikan tinggi meski tampangnya
pas-pasan, tetapi justru sering jatuh cinta pada yang muda dan cantik.
Yang sulit aku mengerti, cinta tulusku berlabuh pada gadis kecil, yang
biasa aku sebut bidadari kecilku, nona kecil, peri kecil, usianya baru
17 tahun. Kalau memikirkan dia, atau menuliskan tentang nona kecilku,
aku sering tertawa sendiri, sedih sendiri. Termasuk saat menulis
kalimat ini.
Mungkin aku memang fotocopian dari ayahku, baik tampang maupun karakter atau sifat. Antara ibu dan bapak, usianya selisih 12 tahun. Kalau kemudian aku mencintai seorang gadis selisih umur 10 tahun, kan masuk akal. Itulah sebabnya aku sering mengutip kata bijak bahwa sebagaimana orang tua demikianlah anaknya. Kalau ingin melihat masa depan seorang gadis, maka lihatlah ibunya; sering-sering ngapel ke rumahnya, biar tahu wajah asli anaknya nanti jika sudah berkeluarga dengan cara melihat tampang dan karakter ibunya. Ini bukan opini aku pribadi, tetapi tersirat dalam kitab suci.
Saat ini, kita sangat sulit menilai seorang gadis, karena begitu pandainya orang-orang memoles penampilannya sehingga penampilannya terlihat wuah. Apalagi rumah kecantikan semakin menjamur hingga ke desa. Tentu kaum lelaki muda sepertiku jadi bingung dibuatnya, semua terlihat cantik. Tapi berbekal ilmu kuno, masih bisa menilai tampang asli seorang gadis. Apalagi di facebook, gadis cantik itu bertebaran dimana-mana, sayangnya cantik karena kamera 360.
Kalau melihat foto profile cewek dengan kamera 360, sering tersenyum sendiri. Yang aku pikirkan, “Apa gak malu nanti jika ketemuan dengan cowok?” begitulah kira-kira pikiran nakal menggoda. Biar bagaimana pun seorang gadis memoles foto di facebook dengan kamera 360, tetap saja aslinya tak seindah hasil editan. Kadang aku menduga, orang yang suka menggunakan foto dengan kamera 360, tak percaya diri dengan apa yang telah ia miliki. Dengan kata lain, ia tak mensyukuri apa yang diberikan Tuhan.
Keadaan seperti itu, ternyata senasib dengan seorang wanita yang memoles penampilan fisiknya dengan berbagai teknik kecantikan yang canggih, seperti operasi plastik. Ketika nanti ia melahirkan anak, tetap saja wajah asli ibunya dibawa anaknya, bukan membawa wajah hasil polesan.
Di China ada kasus menarik terkait hal itu. Seorang wanita diceraikan suaminya gara-gara melahirkan anak gadis jelek, padahal ibunya cantik. Suaminya menduga kalau istrinya selingkuh. Istrinya meyakinkan kalau anaknya hasil dari mereka berdua, dan hal itu terbukti melalui test DNA. Usut punya usut, ternyata sang ibu operasi plastik sebelum kenal dengan calon suaminya . Karena kecewa, suaminya tetap menceraikannya karena merasa dibohongi. Istrinya dianggap wanita penipu.
Sebenarnya untuk bisa terlihat cantik, bukan dengan cara memoles diri sendiri sedemikian rupa, melainkan kecantikan seorang wanita bisa terpancar dengan sifat-sifat mulia, karakter yang luhur. Lelaki baik-baik pasti hatinya sangat terpikat dengan kecantikan wanita seperti itu. Sifat-sifat luhur yang dimiliki oleh seorang wanita juga akan mampu melahirkan anak yang tampan, cantik. Hal ini tak terlepas dari hukum tarik-menarik. Roh-roh leluhur yang beruntung akan memasuki kandungan seorang wanita yang berbudi luhur; maka ketika roh itu lahir, ia akan menjadi anak yang berwibawa yang mampu mengharumkan nama keluarganya.
Saranku, hentikan memoles diri di rumah kecantikan alias salon, coba deh poles diri dengan sifat-sifat yang luhur, dan lihat apa yang terjadi. Yakin deh laki-laki nakal akan menjauh, namun jika sudah watunya tiba, lelaki yang pantas akan datang menjemput.
Mungkin aku memang fotocopian dari ayahku, baik tampang maupun karakter atau sifat. Antara ibu dan bapak, usianya selisih 12 tahun. Kalau kemudian aku mencintai seorang gadis selisih umur 10 tahun, kan masuk akal. Itulah sebabnya aku sering mengutip kata bijak bahwa sebagaimana orang tua demikianlah anaknya. Kalau ingin melihat masa depan seorang gadis, maka lihatlah ibunya; sering-sering ngapel ke rumahnya, biar tahu wajah asli anaknya nanti jika sudah berkeluarga dengan cara melihat tampang dan karakter ibunya. Ini bukan opini aku pribadi, tetapi tersirat dalam kitab suci.
Saat ini, kita sangat sulit menilai seorang gadis, karena begitu pandainya orang-orang memoles penampilannya sehingga penampilannya terlihat wuah. Apalagi rumah kecantikan semakin menjamur hingga ke desa. Tentu kaum lelaki muda sepertiku jadi bingung dibuatnya, semua terlihat cantik. Tapi berbekal ilmu kuno, masih bisa menilai tampang asli seorang gadis. Apalagi di facebook, gadis cantik itu bertebaran dimana-mana, sayangnya cantik karena kamera 360.
Kalau melihat foto profile cewek dengan kamera 360, sering tersenyum sendiri. Yang aku pikirkan, “Apa gak malu nanti jika ketemuan dengan cowok?” begitulah kira-kira pikiran nakal menggoda. Biar bagaimana pun seorang gadis memoles foto di facebook dengan kamera 360, tetap saja aslinya tak seindah hasil editan. Kadang aku menduga, orang yang suka menggunakan foto dengan kamera 360, tak percaya diri dengan apa yang telah ia miliki. Dengan kata lain, ia tak mensyukuri apa yang diberikan Tuhan.
Keadaan seperti itu, ternyata senasib dengan seorang wanita yang memoles penampilan fisiknya dengan berbagai teknik kecantikan yang canggih, seperti operasi plastik. Ketika nanti ia melahirkan anak, tetap saja wajah asli ibunya dibawa anaknya, bukan membawa wajah hasil polesan.
Di China ada kasus menarik terkait hal itu. Seorang wanita diceraikan suaminya gara-gara melahirkan anak gadis jelek, padahal ibunya cantik. Suaminya menduga kalau istrinya selingkuh. Istrinya meyakinkan kalau anaknya hasil dari mereka berdua, dan hal itu terbukti melalui test DNA. Usut punya usut, ternyata sang ibu operasi plastik sebelum kenal dengan calon suaminya . Karena kecewa, suaminya tetap menceraikannya karena merasa dibohongi. Istrinya dianggap wanita penipu.
Sebenarnya untuk bisa terlihat cantik, bukan dengan cara memoles diri sendiri sedemikian rupa, melainkan kecantikan seorang wanita bisa terpancar dengan sifat-sifat mulia, karakter yang luhur. Lelaki baik-baik pasti hatinya sangat terpikat dengan kecantikan wanita seperti itu. Sifat-sifat luhur yang dimiliki oleh seorang wanita juga akan mampu melahirkan anak yang tampan, cantik. Hal ini tak terlepas dari hukum tarik-menarik. Roh-roh leluhur yang beruntung akan memasuki kandungan seorang wanita yang berbudi luhur; maka ketika roh itu lahir, ia akan menjadi anak yang berwibawa yang mampu mengharumkan nama keluarganya.
Saranku, hentikan memoles diri di rumah kecantikan alias salon, coba deh poles diri dengan sifat-sifat yang luhur, dan lihat apa yang terjadi. Yakin deh laki-laki nakal akan menjauh, namun jika sudah watunya tiba, lelaki yang pantas akan datang menjemput.
Labels:
Agama dan Budaya,
diskusi Hindu
Thanks for reading Cantik Karena Dipoles Takan Mampu Melahirkan Anak Cantik. Please share...!
3 Komentar untuk "Cantik Karena Dipoles Takan Mampu Melahirkan Anak Cantik"
Gak juga lah orang tua jelek toh ada juga yg anaknya cantik , nyokap bokap cakep anaknya malah jelek .
Jaman sekarang mah cantik nomor 1 sifat nomor 2 ...
Ga usah muna deh hahaha
Gw prnah tu liat temen gw baik mulia hatinya karna tampang pas"san di tinggalin sama cwonya yg lkecantol sama cwe cakep wkwkwkwk
Hal itu akibat karma baik dari orang tuanya.. kira-kira begitu mas.
Nyatanya ada anak cantik yang lahir dari orang tua berwajah 'pas-pasan'. Malah ada yang diundang acara Kick Andy. Angelina yang terbunuh itu juga cantik meski ortunya 'pas-pasan' pula. Tapi memang sering terjadi cowok suka kecantikan dan cewek suka ketampanan.
Meski ada juga yang bersifat 'nriman' (jawa = pasrah, siapapun yang nembak). Lah yang 'nriman' ini yang sering nerima gosip tak sedap. Mungkin agaknya pas dengan pemikiran kebanyakan orang kalau cowok dipandang hartanya dan cewek dipandang kecantikannya :D