Banyak masyarakat Hindu yang suka mengagungkan logika untuk menelaah ajaran agama. Tanpa disadari seringkali terjerumus ke dalam logika palsu. Hal ini terjadi akibat kurangnya membaca sumber-sumber sastra. Logika dalam memecahkan masalah dalam ajaran Hindu dibenarkan, begitu juga untuk berpilsafat. Akan tetapi, sangat dilarang menafsirkan hukum suci berdasarkan logika. Kitab suci Parasara Dharmasastra menegaskan bahwa perbuatan dosa akan mendekati orang-orang yang menafsirkan hukum suci dengan logika.
Salah satu kekonyolan umat Hindu yang sering dilogikakan adalah perihal larangan belajar dan menulis saat Saraswati Puja, yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali (210 hari), setiap hari Sabtu Umanis, wuku Watu Gunung. Dalam tradisi perayaan hari suci Saraswati, pantangannya adalah dilarang belajar Veda dan ‘ngreka aksara’. Veda dalam konteks lebih luas adalah pengetahun, lebih khusus pengetahuan suci tentang ketuhanan. Larangan belajar Veda dan menulis bersumberkan pada lontar Sundarigama, yang berbunyi:
“sang hyang pustakam lingganing aksara, pinihayu, puja walian haturaken puspa wangi, kalingania amuja Sang Hyang Bayu, ika samana ika, sira tan wenang angreka aksara, tan wenang angucara weda, puja, mwang kidung kekawin, kawanangan laksanania ayoga ameneng”.
Orang awam, bahkan sarjana hindu banyak yang berpendapat bahwa ‘bagaimana mungkin kita bisa pandai jika dilarang membaca dan menulis?’(Parahnya lagi, jika yang bertanya seperti itu tak pernah belajar Veda). Pertanyaan itu benar jika berlaku umum, akan tetapi pertanyaan seperti itu akan menjadi konyol ketika berkaitan dengan perayaan hari suci Saraswati.
Wong hanya dilarang sehari dalam enam bulan kok.
Tujuannya untuk memuja dan mengagungkan beliau yang Memiliki Ilmu, Sumber Segala Ilmu, yaitu Dewi Saraswati (dewi bertangan empat memegang kitab suci veda, dalam film Mahadewa). Pada hari suci Saraswati, dewi Saraswati dipuja secara khusus untuk memohon karunia kepada-Nya. Memohon ampunan atas kesalahan-kesal
Anehnya lagi, orang-orang Hindu (pelajar) tak menyadari dirinya libur belajar setiap hari minggu, tapi kenapa tak pernah protes minggu diliburkan, dengan kata lain hari minggu bebas dari aktifitas belajar. Sekedar untuk diketahui, hari minggu libur karena menurut kepercayaan agama tetangga, hari minggu Tuhan sedang beristirahat (dalam penciptaan alam semesta), maka beliau dipuja dalam kebhaktian, tidak ada aktivitas masyarakat, melainkan memuja beliau di rumah ibadahnya.
Tambahan pula, menurut penelitian, jika seseorang belajar terus menerus tanpa ada hari liburnya, dapat berakibat buruk. Sangat dianjurkan untuk sesekali berlibur dari aktifitas belajar dan mengajar.
Pada dasarnya, logika itu memang penting, tetapi
harus memiliki sumber-sumber sastra yang kuat agar tak terjerumus dalam
logika palsu. Contoh kasus. Menurut logika, semakin dekat Matahari maka
semakin panas (terbukti siang hari lebih panas), akan tetapi dalam
keadaan tertentu, lebih dekat dari Matahari maka semakin dingin
(terbukti di puncak gunung yang tinggi sangat dingin, bahkan bersalju).
Baca juga Hari Sarasswati Dilarang Membaca Pustaka Suci
Baca juga Hari Sarasswati Dilarang Membaca Pustaka Suci
Labels:
diskusi Hindu
Thanks for reading Pemahaman Keliru karena Logika Palsu [Soal Hari Suci Saraswati]. Please share...!