Perayaan pergantian tahun baru, oleh sebagian masyarakat dirayakan
secara eforia, berlebihan. Misalnya mabuk-mabukan, bahkan ada yang
melepas keperawanan pada malam tahun baru.
Kalau mau merenung, sebenarnya tidak ada tahun baru. Semua itu cuma hasil angka-angka kalender yang dibuat manusia, sehingga kita merasakan bahwa ada tahun baru, ada bulan Januari, februari, maret dan seterusnya.
Padahal, antara hari kemarin, hari ini, hari esok, tetap berputar-putar cuma itu saja. Tidak ada tahun baru. Terlihat ada taun baru akibat ada penanggalan yang dibuat manusia dalam bentuk kalender.
Ah, susah menjelaskannya.Begitu juga susah dipahami. Tapi kita bisa memberikan analogi, kita merasakan bahwa Matahari itu berjalan, padahal bumilah yang berjalan mengelilingi Matahari.
Demikian pula halnya diri kita, yang berubah-ubah itu sebenarnya adalah kita, bukan waktu yang berubah (seperti yang terlihat pada kalender), padahal sejatinya sang waktu tidak pernah berubah. Yang berubah adalah karya manusia sperti jam, penanggalan, dan tentunya diri kita yang berubah. Oleh karena itu, sekiranya perayaan tahun baru tak perlu dirayakan secara berlebihan.
Pada tataran filsafat yang lebih dalam, sebenarnya kita tidaklah bergerak, sebenarnya kita diam, tidak aktif. Yang dianggap bergerak itu adalah sang Roh, jiwa itu sendiri. Oleh karena itu, tanpa hadirnya sang roh dalam diri, maka tubuh ini menjadi mayat, tidak bergerak.
Banyak hal sebenarnya merupakan yang anggap kita nyata, sebenarnya palsu. Contoh lain, kita anggap hidup ini adalah nyata, padahal menurut pandangan agama, hidup ini tidak nyata, bahkan dianggap kematian. Sebab hidup yang sebenarnya adalah setelah kematian.
Labels:
Facebook
Thanks for reading Tahun Baru Itu Maya alias Palsu. Please share...!