Gara-gara Ilmu Kebal
Kalau banjir di Denpasar itu seru bingits. Itulah yang saya rasakan..
Seperti tadi siang ketika hujan lebat mengguyur kota Denpasar dan sekitarnya. Saya bawa motor PP Denpasar-Kerobokan, membonceng teman, tanpa menggunakan mantel. Saking serunya menerjang air bah setinggi lutut di jalan sambil teriak-teriak. Asiiikkk!
Tapi beberapa kali dibentak oleh pengendara lain karena wajahnya disembur air. Mereka bawa motor pelan, karena agak macet dan menghindari genangan air, sedangkan saya mencari genangan air yang agak dalam, dengan kecepan 40-50 km/jam. Pokoknya seru.. Gila! itu yang dikatakan teman yang dibonceng. Meski hujan lebat, masih saja bisa ngebut dan salip-salipan.
Sudah menjadi kebiasaan bawa motor nyelong kanan, nyelong kiri. Dengan keceptan melebihi pengendara lain. Kemarin saja perjalanan dari Legian ke Renon hanya butuh waktu 30 menit, padahal jalanan lumayan padat. Biasanya ditempuh dalam waktu 50 menit bahkan sampai 1 jam.
Begitu juga seminggu yang lalu, perjalanan dari Petang ke Denpasar (Renon), hanya butuh waktu 30 menit, padahal waktu temannya yang bawa dari Denpasar ke Petang ditempuh dalam waktu sejam.
Kegilaan saya bawa motor kadang menjadi kesenangan, gara-gara dulu pernah diberi mantra ilmu kebal oleh orang yang sudah tua dari desa tetangga, konon mantra peninggalan dari Majapahit, orang tua itu teman baik bapak saya. Setiap mau berangkat, tinggal mengucapkan mantra itu sebanyak-banyaknya (bagusnya 108 kali), semakin banyak diucapkan semakin kebal tubuh kita.
Pernah terjatuh bawa motor pada jalan yang menurun, terguling beberapa kali di aspal, tapi sedikit pun tak terluka. Orang yang melihat saya terjatuh, dikiranya sudah dead. Tapi ternyata tak terjadi apa-apa. Pernah juga nantangin segerombolan pemuda di kota Denpasar, hampir dikeroyok habis-habisan, untung ada polisi patroli, gue langsung kabur. Hiks!
Setelah dipikir-pikir, ternyata ilmu kebal itu tidak baik bagi orang yang masih labil seperti saya, sehingga menjadi arogan. Setelah menyadari kenyataan seperti itu, tak pernah lagi menggunakan mantra itu, dan sekarang bahkan tak ingat sama sekali, karena saya pelupa. Tapi sayangnya, kebiasaan ngebut masih terbawa-bawa.
Saat ini terus belajar untuk bawa motor pelan-pelan, takut bila suatu saat nanti mati kecelakaan. Kalau sudah bawa motor berkecepatan 90 km/jam saja sudah mulai bimbang dan takut, ketika itu terjadi, berusaha mengingat keluarga. Tak mau mengecewakan mereka, padahal kasih sayang keluarga sudah didapatkan, untuk apa mencari maut dengan kebut-kebutan di jalan? lagi pula, setelah sampai tujuan, toh juga malah nyantai. Tak ada sesuatu penting yang dikejar.
Kebiasaan suka hujan-hujanan juga sulit dirubah. Seperti waktu valentine, meski bawa mantel, namun lebih senang kehujanan. Sampai di tempat kerja, boss ngomel-ngomel, "Tut Mupu.. kenapa kamu hujan-hujanan? kamu itu seperti anak kecil, setelah sakit nanti baru tahu rasa"
'kan memang masih kecil, pak" garuk kepala dibilang anak kecil, gue jawab sambil tertawa. Hehehe. Tapi ibu bos malah tertawa ngakak mendengar jawaban saya yang memang kekanak-kanakan.
Kalau banjir di Denpasar itu seru bingits. Itulah yang saya rasakan..
Seperti tadi siang ketika hujan lebat mengguyur kota Denpasar dan sekitarnya. Saya bawa motor PP Denpasar-Kerobokan, membonceng teman, tanpa menggunakan mantel. Saking serunya menerjang air bah setinggi lutut di jalan sambil teriak-teriak. Asiiikkk!
Tapi beberapa kali dibentak oleh pengendara lain karena wajahnya disembur air. Mereka bawa motor pelan, karena agak macet dan menghindari genangan air, sedangkan saya mencari genangan air yang agak dalam, dengan kecepan 40-50 km/jam. Pokoknya seru.. Gila! itu yang dikatakan teman yang dibonceng. Meski hujan lebat, masih saja bisa ngebut dan salip-salipan.
Sudah menjadi kebiasaan bawa motor nyelong kanan, nyelong kiri. Dengan keceptan melebihi pengendara lain. Kemarin saja perjalanan dari Legian ke Renon hanya butuh waktu 30 menit, padahal jalanan lumayan padat. Biasanya ditempuh dalam waktu 50 menit bahkan sampai 1 jam.
Begitu juga seminggu yang lalu, perjalanan dari Petang ke Denpasar (Renon), hanya butuh waktu 30 menit, padahal waktu temannya yang bawa dari Denpasar ke Petang ditempuh dalam waktu sejam.
Kegilaan saya bawa motor kadang menjadi kesenangan, gara-gara dulu pernah diberi mantra ilmu kebal oleh orang yang sudah tua dari desa tetangga, konon mantra peninggalan dari Majapahit, orang tua itu teman baik bapak saya. Setiap mau berangkat, tinggal mengucapkan mantra itu sebanyak-banyaknya (bagusnya 108 kali), semakin banyak diucapkan semakin kebal tubuh kita.
Pernah terjatuh bawa motor pada jalan yang menurun, terguling beberapa kali di aspal, tapi sedikit pun tak terluka. Orang yang melihat saya terjatuh, dikiranya sudah dead. Tapi ternyata tak terjadi apa-apa. Pernah juga nantangin segerombolan pemuda di kota Denpasar, hampir dikeroyok habis-habisan, untung ada polisi patroli, gue langsung kabur. Hiks!
Setelah dipikir-pikir, ternyata ilmu kebal itu tidak baik bagi orang yang masih labil seperti saya, sehingga menjadi arogan. Setelah menyadari kenyataan seperti itu, tak pernah lagi menggunakan mantra itu, dan sekarang bahkan tak ingat sama sekali, karena saya pelupa. Tapi sayangnya, kebiasaan ngebut masih terbawa-bawa.
Saat ini terus belajar untuk bawa motor pelan-pelan, takut bila suatu saat nanti mati kecelakaan. Kalau sudah bawa motor berkecepatan 90 km/jam saja sudah mulai bimbang dan takut, ketika itu terjadi, berusaha mengingat keluarga. Tak mau mengecewakan mereka, padahal kasih sayang keluarga sudah didapatkan, untuk apa mencari maut dengan kebut-kebutan di jalan? lagi pula, setelah sampai tujuan, toh juga malah nyantai. Tak ada sesuatu penting yang dikejar.
Kebiasaan suka hujan-hujanan juga sulit dirubah. Seperti waktu valentine, meski bawa mantel, namun lebih senang kehujanan. Sampai di tempat kerja, boss ngomel-ngomel, "Tut Mupu.. kenapa kamu hujan-hujanan? kamu itu seperti anak kecil, setelah sakit nanti baru tahu rasa"
'kan memang masih kecil, pak" garuk kepala dibilang anak kecil, gue jawab sambil tertawa. Hehehe. Tapi ibu bos malah tertawa ngakak mendengar jawaban saya yang memang kekanak-kanakan.
Cara Mengetahui Perasaan Orang yang Disukai
[Tanpa Menanyakannya]
Pernahkah anda memendam rasa suka terhadap seseorang, atau bahkan memendam rasa cinta? namun takut untuk mengungkapkannya, takut jika dia menolak cinta kita atau takut kalau ternyata dia tidak merasakan hal yang sama, tidak merasakan rasa sayang yang kita miliki. Dengan kata lain, dia tidak merasakan apa yang kita rasakan.
Bila itu terjadi, tentu kita ingin tahu apakah dia merasakan apa yang kita rasakan tanpa menanyakannya.
Sebenarnya, caranya sangat sederhana, cukup hanya dengan mengingat bentuh tubuhnya, terutama bagian wajah.
Bayangkan bentuk bibirnya, bentuk hidungnya, matanya, caranya berbicara, caranya berjalan. Semakin mudah kita mengingat tentang dia maka semakin besar kemungkinannya kalau dia juga mengagumi kita, bahkan memendam rasa yang sama. Akan tetapi berlaku sebaliknya, semakin sulit mengingat bentuk tubuhnya dan gerak-geriknya, maka semakin kecil kemungkinannya dia merasakan perasaan kita, bahkan dia sama sekali tak merasakan suka terhadap kita.
Ada juga cara yang agak berbeda, dapat ditelusuri melalui astrologi atas dasar kecocokan cinta. Semakin tinggi tingkat kecocokan cinta, peluang untuk saling mencintai semakin besar, demikian sebaliknya. Hal ini tak perlu diulas, agak ribet.
Saya pernah cinta mati dengan seorang gadis yang sangat sulit saya bayangkan wajahnya, dan sampai saat ini belum berhasil menjadikannya belahan jiwa. Namun belakangan, saya bisa membayangkan wajahnya meski sudah lama tak berjumpa, dan ketika aku mengingat sikapnya kembali, saya merasakan rasa rindu yang cukup mendalam, mungkin dia juga memikirkan saya. Karena sikap saya sudah jauh berbeda.. Karena memang itu yang saya mau, menghilang disaat dia menyadari kehadiranku, biar dia tahu rasa akibat kemunafikannya.
[Tanpa Menanyakannya]
Pernahkah anda memendam rasa suka terhadap seseorang, atau bahkan memendam rasa cinta? namun takut untuk mengungkapkannya, takut jika dia menolak cinta kita atau takut kalau ternyata dia tidak merasakan hal yang sama, tidak merasakan rasa sayang yang kita miliki. Dengan kata lain, dia tidak merasakan apa yang kita rasakan.
Bila itu terjadi, tentu kita ingin tahu apakah dia merasakan apa yang kita rasakan tanpa menanyakannya.
Sebenarnya, caranya sangat sederhana, cukup hanya dengan mengingat bentuh tubuhnya, terutama bagian wajah.
Bayangkan bentuk bibirnya, bentuk hidungnya, matanya, caranya berbicara, caranya berjalan. Semakin mudah kita mengingat tentang dia maka semakin besar kemungkinannya kalau dia juga mengagumi kita, bahkan memendam rasa yang sama. Akan tetapi berlaku sebaliknya, semakin sulit mengingat bentuk tubuhnya dan gerak-geriknya, maka semakin kecil kemungkinannya dia merasakan perasaan kita, bahkan dia sama sekali tak merasakan suka terhadap kita.
Ada juga cara yang agak berbeda, dapat ditelusuri melalui astrologi atas dasar kecocokan cinta. Semakin tinggi tingkat kecocokan cinta, peluang untuk saling mencintai semakin besar, demikian sebaliknya. Hal ini tak perlu diulas, agak ribet.
Saya pernah cinta mati dengan seorang gadis yang sangat sulit saya bayangkan wajahnya, dan sampai saat ini belum berhasil menjadikannya belahan jiwa. Namun belakangan, saya bisa membayangkan wajahnya meski sudah lama tak berjumpa, dan ketika aku mengingat sikapnya kembali, saya merasakan rasa rindu yang cukup mendalam, mungkin dia juga memikirkan saya. Karena sikap saya sudah jauh berbeda.. Karena memang itu yang saya mau, menghilang disaat dia menyadari kehadiranku, biar dia tahu rasa akibat kemunafikannya.
Benih dan Ladang
"Ketika pengetahuan tidak cukup diberitahu dengan kata-kata, maka dengan contohlah pengetahuan itu diketahui" sabda Mahadewa.
Itulah sebabnya Tuhan mewujudkan diri-Nya sebagai dewa berpribadi, menciptakan aturan dan pengetahuan dengan sebuah lila, yaitu permainan rohani Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan membuat aturan dengan cara beliau sendiri yang menjadi contoh menjalani kehidupan layaknya manusia. Dan akan diikuti umat atau bhakta-Nya. Aturan Tuhan tidaklah dibuat dengan mengatakan, 'Terjadilah demikian.."
Cukup menarik film Mahadewa hari ini, disana juga dijelaskan kesetaraan wanita dan laki-laki. Tuhan sendiri berwujud Ardhanareswari: laki dan perempuan.
Benih dan alam tak bisa dipisahkan. Laki-laki dan perempuan tak terpisahkan. Persamaan kedudukan dan persatuan laki-laki dan perempuan adalah kesempurnaan. Yang membedakan laki-laki dan perempuan hanyalah tugas dan kewajibannya.
Ibu dan bapak adalah sama kedudukannya. Bapak adalah jiwa, ibu adalah fisik atau wujud, bapak merupakan benih, ibu tempat memelihara benih [ladang]. Tanpa ladang, benih tak bisa hidup, tanpa benih ladang hanyalah lahan kosong.
Selain itu, pada film kali ini, juga mengajarkan betapa pentingnya pemujaan Tuhan dengan Pradaksina, yaitu mengelilingi simbol Tuhan. Dalam praktek di Bali dengan mengelilingi pura ketika odalan di suatu pura baru dimulai. Dan ajaran ini sepertinya juga diadopsi Islam di Arab, dimana umat muslim mengelilingi Kabbah tujuh kali, tawaf.
Menurut uraian kitab suci, ketika seseorang melakukan pradaksina tiga kali, dianggap telah melakukan sembahyang di kuil di seluruh dunia.
Labels:
Facebook
Thanks for reading Gara-Gara Ilmu Kebal. Please share...!