“..Setelah aku sadar diri, kau telah jauh
pergi, tinggalkan mimpi yang tiada bertepi. Kini hanya rasa rindu, merasuk di
dada..”
Lagu ‘Mimpi’ dari Anggun menemani
kesendirianku. Terkadang kata yang tertulis dalam lagu itu berharap suatu saat
nanti akan terucap dari hati orang yang telah menolak cinta tulus dari seorang
lelaki yang menyayanginya.
Entah apa yang terjadi dengan perasaan ini,
aku merasa sedih jika suatu saat aku meninggalkan dia, dan aku memilih gadis
yang lain untuk menjadikan pendamping hidupku untuk selamanya. Seharusnya aku
senang jika berhasil membuat dia menyesali tindakannya menolak cintaku. Mungkinkah
aku terlalu sayang?
Sering kali mencoba berbicara dari hati ke
hati dengannya, maksudnya aku sering seolah sedang berbicara dengannya meski
dia tak ada di hadapanku, dia jauh disana entah dimana.
Aku curhat padanya dalam hati; Sedang apa kau
disana? di sini aku merindukanmu, nona kecilku! Tak bisakah kau merasakan apa
yang aku rasakan? sampai kapan kau buat aku begini? Aku sudah berusaha
melupakanmu, namun entah kenapa aku tak rela membiarkanmu untuk memilih lelaki
lain, meski aku tahu kau telah memilih lelaki lain sebagai pacarmu. Tapi aku
tak mengerti, aku sedih jika suatu saat aku memilih wanita lain. Aku tak
mengerti dengan perasaan ini, nona kecilku!
Mencercau sendiri seperti itu, air mataku
berlinang membasuh pipi, bibir bergetar, dan menangis tak tahan dalam derita, kecewa
karena cinta. Sedalam inikah rasa cintaku untuknya? dia bisa membuat aku
menangis. Siapakah dia, mungkinkah dia cinta sejatiku?
Sejujurnya aku bukan lelaki cengeng, aku
bahkan tak menangisi keluarga yang meninggal, seperti waktu sepupuku meninggal.
Sepertinya hanya dua hal yang menyebabkan aku
menangis; karena cinta dan melihat orang lain menderita. 10 kali pacaran, hanya
2 orang yang mampu membuatku meneteskan air mata ketika perpisahan terjadi.
Tetapi yang membuatku terasa aneh, jika memikirkan penderitaan orang lain
terkadang air mataku meleleh. Seperti tadi, aku memikirkan betapa sedihnya
terpidana mati yang segera akan dieksekusi mati, bukankah dia benar-benar ingin
bertobat? kenapa mesti dihukum mati (kecuali melakukan kejahatan berulang)? bukankah
penjahat bisa menjadi baik?
Lihatlah Ratna Kara, Rsi Walmiki yang agung.
Pada mulanya beliau adalah penajahat ulung, akan tetapi beliau menjalani
pertobatan di bawah bimbingan para Rsi. Dan lihatlah yang terjadi, namanya
harum sepanjang masa, sebagai penyusun Ramayana, dan mendapat berkah dari
Mahadewa.
Terkadang ketika kecewa dengan seseorang yang
disayangi, mencoba mengalihkan rasa sayang pada yang lain. Itulah yang pernah
aku lakukan. Merasa disi-siakan gadis pujaan hati, aku mencoba menggoda seorang
gadis yang manis senyumnya, sedap dipandang mata.
Andaikan gadis itu sekuntum bunga, takan ku
biarkan kumbang yang menggoda, dia akan ku jaga. Dayu Tisna namanya. Aku
memanggilnya ‘Dayu’, singkatan dari ‘Ida Ayu’, yang artinya ‘Dia yang cantik’.
Dayu Tisna dari pulau seberang di utara Indonesia.
Entah siapa yang memulai pertemanan di FB,
namun yang pasti komentarnya mampu menarik perhatianku, bahkan membuatku
terkejut. Dia sering menyapaku dengan panggilan Wi, yang artinya kakak
tersayang. (Panggilan ini biasanya panggilan untuk seorang suami oleh
istrinya).
Begitu pasih dia memanggilku Wi,
mengingatkanku pada mantan kekasihku yang telah menikah. Aku hanya memberikan
hak pada mantan kekasihku untuk memanggilku Wi, karena dialah belahan jiwaku,
namun kini dia telah tiada.
‘Wi Ketut’
‘Ada apa, Nona?’
‘Aku ingin tahu banyak tentang Hindu’
‘Oh ya?’
Dia ingin tahu banyak tentang Hindu karena
sudah pindah agama menjadi Kristen, mengikuti agama ibunya, tidak mengikuti
agama bapaknya yang Hindu. Sejujurnya aku tak enak memeberitahu ajaran Hindu
pada non-Hindu, aku lebih suka menjabarkan Hindu pada umat Hindu sendiri agar
mereka teguh dengan kepercayaannya.
Kadang aku nakal terhadapnya. Tapi itu wajar,
aku masih muda. Adakalanya mengodanya melampui batas, seks chat begitulah
istilahnya. Chating dengan bahasa yang mengarah pornografi.
‘Good evening my angel.. Wi ingin mengatakan
sesuatu untukmu
‘Apakah itu, wi?’
‘Cuuup muahh..’
‘Muaahh..’
‘Wuiih kerasa banget di pipi’
‘Wi bisa aja..’
‘Habis wi gelisah lihat foto cantikmu..
jadinya pengen banget kecup pipinya, kalau boleh bibirnya.’
‘Kenapa sampe gelisah lihat photo ku, wi..?’
‘Entahlah.. ada detak jantung yang berbeda
ketika memandang wajah manismu. Andaikan Dayu dalam pelukanku’
‘Emng mw ngapain klw aku dalam pelukanmu, wi’
‘Mau kecup bibirmu, kalau boleh sih!’
‘Nggak ah, ndak mau...Aku kan bukan cfa2 wi’
‘Aduuhh.. maaf Dayu. adeehh.. wi kok jadi
ngeres gini pikirannya ya.. sekali lagi maaf nggih! Baru Wi sadar, kalau wi
sudah salah ngomong, ngomong yang nggak-nggak lagi.’
Mulai saat itu Dayu Tisna mulai mencuri
perhatianku. Acapkali aku klik fotonya, dari satu foto ke foto yang lain. Cukup
membuatku kagum padanya, bahkan ada rasa yang berbeda yang ditimbulkan dari pancaran
aura kecantikannya, bahkan aku pernah meminta fotonya yang asli. Disitulah aku
tahu kalu dia sebenarnya memiliki inner beauty yang lumayan. Aku menebkanya dia
masih suci. Biasanya kalau seseorang yang sudah tidak suci (tidak perawan) maka
tidak mampu memancarkan aura kecantikan, tidak lagi menarik di mata lelaki
meski pun hanya sebatas foto.
Ada hal yang salah dia lakukan, dia terlalu
memprogram dirinya untuk seorang lelaki, cintanya hanya diperuntukan lelaki
diidamkan hatinya sehingga aura kecantikannya tidak muncul untuk lelaki lain,
kecuali untuk lelaki yang dikaguminya. Mungkin senasib denganku, aku terlalu
memprogram alam bawah sadarku bahwa aku hanya mendedikasikan cinta suciku untuk
seorang gadis, sehingga gadis yang lain tidak mampu ditarik oleh aura
kegantenganku (Hiks!).
Setelah sering berinteraksi di negeri maya,
aku memberanikan minta no HP-nya, setelah diberikan aku tak langsung
menghubunginya, aku biarkan beberapa hari. Aku memang begitu memperlakukan
seorang cewek. Kalau langsung dihubungi ketahuan kalau aku ngebet banget ingin
mendengar suara manisnya. Selain itu, aku suka ngerjain cewek bila minta nomor
HP. Biasanya pura-pura mengaku jadi polisi, meminta dia untuk datang ke kantor
polisi karena tersangkut kasus penghinaan di facebook.
Caraku mengerjai cewek seperti itu sering membuat
cewek ketakutan tingkat tinggi, bahkan ada yang sampai tak bisa berbicara
karena ketakutan, mungkin kebetulan dia sempat berantem dengan cowok di
facebook. Tapi pernah juga ngerjain cewek, baru di pertengahan keburu tertawa,
soalnya tidak tahan mendengar kata-katanya yang mulai ketakutan.
Interaksi sms-an mulai sering terjadi,
diam-diam aku mengaguminya. Suaranya juga semakin manis kedengarannya. Tak bisa
aku pungkiri, ketika mengagumi seorang gadis, otomatis kata-kata gombal muncul.
Tak hayal Dayu Tisna kena rayuan gombalku.
‘Boleh Wi nanya sesuatu, Dayu? soalnya menurut
penglihatan mata batinku Wi merasakan ada sesuatu yang aneh’
‘Maksudnya? aneh gimana?’
‘Kalau tak salah tebak, Dayu itu suka mencuri.
Jangan marah yaa.. Pleasse!’
‘Ehemm.. enak aja, emang aku maling apa?’
‘Emang gak ngerasa?’
‘Enggak’
‘Huuuhhh.. memang seseorang sering tidak sadar
dengan kesalahannya. Hati-hati loh! nanti dilaporkan ke polisi bisa berabe deh.
Menurut terawangan Wi, diam-diam waktu ini sempat mencuri beberapa kali. Apa benar?’
‘Iiihh.. ngapain aku mencuri. Dari penglihatan
Wi. Emang aku mencuri apa?’
‘Dayu telah mencuri hatiku, akan Wi laporkan
biar masuk penjara hatiku. Akan ku kejar, kau ku tangkap. Huahahaha’
‘Adoohh.. kirain serius. ada-ada saja’
Sempat dibuatnya jatuh suka. Tetapi bingung
kalau rasa suka ini dilanjutkan menjadi rasa yang lain. Aku tak biasa
melabuhkan perasaan cinta pada gadis yang keberadaannya tidak diketahui dengan
baik.
Pertengahan kuliah dulu pernah jatuh cinta
dengan cewek dari Sulawesi. Ujung-ujungnya kecewa. Hubungan hanya beberapa
minggu. Gara-gara sering berantem. karena aku tipe pencemburuan dan tidak suka
dibohongi. Dia sering ngerjain aku. Bahkan dia pernah ngaku sedang sakit parah
dan berada di rumah sakit setelah bertengkar, membuatku merasa bersalah dan
sedih. Tapi ternyata itu bohongan. Duuh kesalnya.
Dikala senja menjemput, dia ingin curhat
tentang kegalauan hatinya. Ingin menemaninya, aku menelponnya panjang lebar,
melepaskan rasa gundah yang ia rasakan. Bahkan saling request lagu favorit.
Entah kenapa dia grogi banget kalau diminta untuk bernyanyi. Bahkan nafasanya
terdengar tersengal-senga l hanya untuk menyanyikan sebuah lagu. Aku memang
suka benyanyi, bahagia rasanya bila memiliki pujaan hati yang juga senang
bernyanyi. Meski suaranya tak seindah Gita Gutawa.
Suatu waktu, tengah malam, aku tak bisa tidur,
selesai mengerjakan tugas kampus berjibun, tugas yang tertunda, sibuk kerja.
Pusing aku, pecah rasanya kepala ini. Aku inbox Dayu Tisna, melepas penat,
siapa tahu dia masih begadang. Klik facebooknya ternyata masih menyala hijau.
‘Kok belum bobok! lagi ngapain nih? ’
‘Tiduran-tidura n. Tadi sempat tidur bentar
sih tapi kebangun lagi.’
‘Ohh.. sama siapa sekarang?’
‘Sendiri.’
‘Wi temani ya.. anggaplah wi sedang ada di
sampingmu. Ada di dekatmu. Lalu pikirkan, bila Wi ada di sampingmu, Dayu mau
ngapain?’
‘Kalau aku mw curhat tentng perasaan ku saat
ini...klw wi?’
‘Wi pengen Dayu merebahkan diri di dadaku..
sambil mencurahkan semua kegalauanmu. Mari curahkan perasaanmu, Nona.. wi siap
mendengarkan sambil membelai rammbutmu yang hitam panjang sepinggang.’
‘Ia wi.. Rasanya udah capek mata ini menangis,
menangis karena rasa bersalah. Karna sayang dan cintaku hanya menyakitinya tak
bisa membuat dia bahagia tak bisa mengabulkan keinginannya... tak bisa
mengerti dan memahaminya..ta k bisa seperti dia rela sakit asalkan aku
bahagia...karna dia tahu aku tak bisa tanpanya..itula h wi hatiku sakit.’
‘Memang apa keinginan dia, kok bisa sampai Dayu
menangis atas kesalahan itu?’
‘Dia ingin aku menemuinya ke Pekanbaru sebelum
natal ini..karena dia ndak bisa ke kotaku tak bisa ambil cuti karna
tugas..begitu pun aku.’
Hari-hari berlalu begitu saja. Kadang aku
enggan chat dengannya, begitu juga mulai jarang menghubunginya. Takut
mengganggu perasannya. Aku tahu dia tulus sayang pada lelaki itu, seperti yang
aku rasakan, tulus sayang dengan seorang gadis yang aku kejar lebih dari dua
tahun, namun aku tak berhasil. Meski begitu kadang ingin menggombali dia, ingin
menghibur hatinya, namun ketika gombal itu tak tulus dari hati, bisa berakibat
kurang menyenangkan, menyebalkan. Meski aku tahu begitu, aku mencoba
menggombalinya.
‘Kemarin Wi mimpi aneh loh!’
‘Mimpi aneh apa, wi?’
‘Ketika tertidur setelah chat kemarin.. Wi
mimpi bahwa katanya matahari tak lagi akan terbit di timur, sehingga akan
mengakibatkan perubahan pada kehidupan manusia, termasuk kehidupan Wi, jadi
takut nok. Tahu gak Matahari akan terbit dimana?’
‘Emng dimana?’
‘Ternyata Matahari terbitnya dalam lubuk
hatiku yang terdalam, karena kaulah mentariku yang akan menyinari jiwaku’
‘Huuuhhh...ngeg ombal lagi’
‘Mumpung hari libur, agar terhibur, meski
ngelindur, sambil mendekur, mengungkap tutur yang tak luntur, dan tak terukur.
Hihiks.. lagi ngapain sih, Dayu?’
‘Lagi Bete..’
‘What happen? Wi juga lagi sakit parah nih.
Soalnya sempat terjatuh.’
‘Kok bisa, wi?’
‘Gara-gara kemarin hujan lebat, jalan jadi
licin, terus ada seorang bidadari yang Wi lihat di facebook, dan bidadari itu
Dayu Tisna. Duuhhh.. sekarang aja Wi ada di RS!’
‘Di RS koq chat'tan istirahat lah’
‘Ya dong... biar cepat sembuh makanya dokter
menyuruh Wi untuk menghibur diri, chating. Walaupun luka lecet sana-sini,
tetapi itu sesuatu yang menyenangkan, karena aku terjatuh, ... aku jatuh cinta
padamu dan sedang berada di RS (Rasa sayang) ... qiqiqiqii.’
‘Huuuhhh sebeeelll’
‘Ikut sebel ya.. Senang Betul. Tadi cuma
bercanda kok! orang Wi sekarang lagi di perjalanan..’
‘Mw kmn?’
‘Mau jalan menuju hatimoe. .’
‘Udah Ahh..’
Entah berapa kali digombali, namun dia sering
tak menyadari aku menjebaknya dengan kata-kata yang cukup membuatnya bingung.
Labels:
catatan harian
Thanks for reading Gombal Karena Suka (17+). Please share...!