BAB 17
KEYAKINAN TIGA KALI LIPAT
Jai: Nenek, bagaimana aku tahu makanan apa yang baik
untuk dimakan?
Nenek: Ada tiga jenis makanan, Jai. (Gita 17.07-10) Makanan yang memberikan umur
panjang, kebajikan, kekuatan, kesehatan, kebahagiaan, dan kegembiraan yang
lezat, halus, substansial, dan bergizi. Makanan sehat semacam ini yang terbaik.
Makanan itu disebut Sattvik atau makanan sehat. Makanan yang sangat pahit,
asam, asin, panas dan berminyak disebut makanan Rājasika atau makanan tidak
berguna. Makanan seperti itu tidak sehat, menyebabkan penyakit, dan harus
dihindari. Makanan yang tidak dimasak dengan baik, basi, hambar, busuk,
dibakar, sisa, dan tidak murni (seperti daging dan alkohol) disebut makanan
Tamasik atau buruk. Seseorang tidak boleh makan makanan seperti itu.
Jai: Bagaimana seharusnya aku berbicara kepada orang
lain?
Nenek: Engkau tidak boleh berbohong. Kata-katamu tidak boleh kasar, pahit, keji,
atau menghina. Kata-katamu harus manis, bermanfaat, dan jujur. (Gita 17,15).
Seseorang yang berbicara sopan memenangkan hati semua dan disukai oleh semua
orang. Orang yang bijaksana seharusnya mengatakan kebenaran jika bermanfaat dan
tetap diam jika menyakitkan. Membantu mereka yang membutuhkan adalah ajaran
universal.
Jai: Bagaimana seharusnya aku membantu orang lain?
Nenek: Adalah tugas kita untuk membantu mereka yang kurang beruntung dan tidak
dapat menolong diri mereka sendiri. Bantu siapa saja yang membutuhkan bantuan,
tetapi jangan pernah mengharapkan imbalan apapun. Beramal tidak hanya hal yang
terbaik, tetapi juga merupakan satu-satunya kegunaan dari kekayaan. Kita semua
harus membantu dengan tujuan baik. Memberi kembali apa yang menjadi milik
dunia. Tapi ada tanggung jawab. Uang yang diberikan dalam amal harus diperoleh
dengan benar. Dan kita harus pastikan bahwa penerima uang tidak akan
menggunakan bantuan itu untuk tujuan kejahatan. (Gita 17.20-22)
Jai: Apakah Tuhan akan memberikan apa yang kita inginkan
jika kita tulus berdoa untuk itu?
Nenek: Penuh keyakinan kepada Tuhan membuat sesuatu terjadi. Tidak ada yang
mustahil bagi keyakinan. Keyakinan menimbulkan mukjizat. Kita harus memiliki
keyakinan sebelum memulai pekerjaan. Dikatakan dalam Gita bahwa kita dapat
menjadi apa pun yang kita mau jika kita selalu berpikir tentang hal itu dan
berdoa kepada Tuhan dengan keyakinan. (Gita 17,03) Selalu pikirkan tentang apa
yang engkau inginkan, dan impianmu bisa menjadi kenyataan.
Berikut adalah cerita tentang seekor burung gagak yang memiliki keyakinan.
23. Seeokor
Burung Gagak yang Kehausan
Saat itu musim panas. Seekor gagak sangat haus. Ia terbang dari satu tempat
ke tempat lain mencari air. Dia tidak bisa menemukan air di mana pun. Kolam,
sungai, dan danau semua kering. Air di sumur terlalu dalam. Gagak itu sangat
haus. Ia terbang dan terbang. Dia semakin lelah dan haus, tetapi ia tidak
menghentikan pencariannya.
Akhirnya dia pikir ajalnya sudah dekat. Dia ingat Tuhan dan mulai berdoa
untuk memperoleh air. Dia melihat sebuah kendi air di dekat sebuah rumah. Hal
ini membuatnya sangat bahagia karena dia pikir pasti ada air di dalam kendi.
Dia duduk di atas kendi dan memandang ke dalamnya. Dengan kecewa ia melihat air
dalam kendi tidak dapat dijangkaunya. Dia bisa melihat air, tetapi paruhnya tidak
bisa mencapai air. Dia sangat sedih dan mulai berpikir bagaimana caranya
mencapai air. Tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Ada batu di dekat
kendi. Ia mengambil batu-batu itu, satu per satu, dan mulai memasukkannya ke
dalam kendi. Air mulai naik. Tak lama kemudian burung gagak bisa mencapai air
dengan mudah. Ia minum air, mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dengan senang
hati dan terbang menjauh.
Oleh karena itu dikatakan, "Dimana ada kemauan, pasti ada jalan."
Burung gagak melakukan apa yang kita semua harus lakukan. Dia tidak menyerah.
Dia memiliki keyakinan bahwa doanya akan dijawab.
Berikut ini adalah cerita yang bagus:
24. Kelinci
dan Kura-Kura
Kura-kura selalu bergerak sangat lambat. Temannya, kelinci, sering
mentertawakan kura-kura yang lambat. Suatu hari, kura-kura tidak tahan
mendengar penghinaan dan menantang kelinci untuk berlomba. Semua binatang di
hutan mentertawakan gagasan ini karena biasanya lomba diadakan diantara
kekuatan yang sama. Seekor rusa mengajukan diri untuk menjadi hakim.
Perlombaan dimulai. Kelinci berlari cepat, dan tak lama kemudian ia berada
jauh di depan kura-kura. Setelah si kelinci berada semakin dekat ke garis
finish, ia merasa yakin akan menang. Ia kembali menatap kura-kura yang bergerak
lambat, yang berada jauh di belakang.
Kelinci sangat yakin akan menang. Ia berpikir, "Aku akan duduk di
bawah pohon dan menunggu kura-kura. Ketika ia sampai di sini, aku akan berlari
cepat dan melintasi garis finish. Ini akan membuatnya marah, dan akan sangat
menyenangkan melihat kura-kura terhina."
Kelinci kemudian duduk di bawah pohon. Kura-kura masih jauh di belakang.
Angin sejuk bertiup lembut. Setelah beberapa waktu berlalu, kelinci tertidur.
Ketika ia bangun, ia melihat kura-kura melewati garis finish. Kelinci itu kalah
dalam pertandingan! Semua binatang di hutan mentertawakan kelinci, dan ia
memetik pelajaran berharga:
"Pelan dan mantap memenangkan perlombaan."
Engkau bisa berhasil dalam pekerjaan apapun jika engkau bekerja keras
dengan keyakinan yang kuat. Bersemangatlah dengan apa yang engkau inginkan, dan
engkau akan mendapatkannya. Kita adalah ciptaan dari pikiran dan keinginan kita
sendiri. Pikiran menciptakan masa depan kita. Kita menjadi apa yang selalu kita
pikirkan. Jadi jangan pernah berpikir negatif atau membiarkan keraguan memasuki
pikiranmu. Terus berjalan ke arah tujuanmu. Engkau tidak bisa mendapatkan
apa-apa melalui kemalasan, kelalaian, dan menunda. Terus hidupkan impianmu
dalam hatimu, dan itu akan menjadi kenyataan. Semua kesulitan dapat dihilangkan
dengan keyakinan kepada Tuhan dan tekad yang kuat untuk berhasil. Tetapi
buah-buah keberhasilan harus dibagi dengan orang lain. Jika engkau ingin
mimpimu menjadi kenyataan, bantulah orang lain mewujudkan impiannya!
Berikut ini adalah kisah tentang seorang laki-laki yang mengerti bahwa
Tuhan menolong orang yang menolong diri mereka sendiri.
25. Pria yang
Tidak Pernah Menyerah
Yava adalah putra dari seorang bijak yang melakukan tapa keras untuk
mendapatkan berkat Deva Indra, Raja para Deva. Dia menyiksa tubuhnya dengan keras
dan dengan demikian menimbulkan simpati Indra. Indra datang padanya dan
bertanya mengapa ia menyakiti tubuhnya.
Yava menjawab: "Aku ingin menjadi seorang sarjana besar dalam Veda.
Dibutuhkan waktu lama untuk belajar Veda dari seorang guru. Aku berlatih dengan
keras untuk mendapatkan pengetahuan itu secara langsung. Berkatilah aku."
Indra tersenyum dan berkata:" Nak, engkau berada di jalan yang salah.
Kembali ke rumah, cari guru yang baik, dan belajar Veda dari dia. Penyiksaan
bukan cara untuk belajar; caranya adalah belajar dan hanya belajar."
Setelah berkata begitu, Indra menghilang.
Tapi Yava tidak mau menyerah. Tetap saja dia melakukan praktek spiritual
(penebusan dosa) dengan usaha yang lebih keras. Indra datang lagi di hadapan
Yava dan memperingatkan dia lagi. Yava mengatakan bahwa jika doanya tidak
dijawab, ia akan memotong tangan dan kakinya satu persatu dan
mempersembahkannya ke api. Tidak, dia tidak akan pernah menyerah. Dia
melanjutkan penebusan dosanya. Suatu pagi, selama penebusan dosanya, ketika ia
pergi untuk mandi di sungai suci Gangā, ia melihat seorang lelaki tua di tepi
melemparkan pasir ke dalam sungai.
"Kakek, apa yang engkau lakukan?" Tanya Yava.
Orang tua itu menjawab: "Aku akan membangun sebuah bendungan di sungai
sehingga orang dapat menyeberangi sungai dengan mudah. Lihat betapa sulitnya
sekarang untuk menyeberang. Pekerjaan yang berguna, bukan?"
Yava tertawa dan berkata: "Betapa bodohnya jika kakek pikir bisa
membangun sebuah bendungan di sungai besar ini dengan segenggam pasir! Pulang
dan lakukan pekerjaan yang lebih berguna."
Orang tua itu berkata:" Apakah pekerjaanku lebih bodoh daripada engkau
yang belajar Veda, bukan dengan belajar, tapi dengan penebusan dosa?"
Yava sekarang tahu bahwa lelaki tua itu adalah Indra. Yava dengan
sungguh-sungguh memohon kepada Indra untuk memberinya pelajaran secara pribadi.
Indra memberkatinya dan menghibur Yava dengan kata-kata berikut: "Aku
mengabulkan permohonanmu. Baca Veda; engkau akan diajar."
Yava mempelajari Veda dan menjadi seorang sarjana besar dalam Veda.
Rahasia sukses adalah terus berpikir tentang apa yang engkau inginkan
setiap saat dan jangan pernah menyerah sampai engkau mendapatkannya. Jangan
biarkan pikiran negatif, seperti menunda untuk mulai bekerja, kemalasan, dan
kecerobohan menghalangi jalanmu. Sebelum memulai atau mengakhiri sesuatu
pekerjaan atau belajar, ulangi OM TAT SAT, tiga nama-nama Brahman.
Jai: Apa artinya OM TAT SAT, nek?
Nenek: Itu berarti Krishna, hanya Tuhan Yang Maha Esa, yang ada. OM digunakan
sebelum memulai bekerja atau belajar apapun. OM TAT SAT atau OM shantih,
shantih, shantih, juga digunakan pada akhir setiap tindakan.
Bab 17 Ringkasan: Ada tiga jenis makanan --- Sāttvik, Rājasik dan Tāmasik --- dan ketiganya
mempengaruhi kesejahteraan kita. Katakan kebenaran dengan cara yang
menyenangkan. Memberi sedekah kepada orang yang layak, dan memberi dengan bijak
untuk menghindari penyalahgunaan. Engkau bisa menjadi apapun yang engkau
inginkan jika engkau bekerja keras ke arah tujuanmu.
Labels:
Bhagavad Gita Untuk Pemula
Thanks for reading KEYAKINAN TIGA KALI LIPAT. Please share...!
0 Komentar untuk "KEYAKINAN TIGA KALI LIPAT"