BAB 9
PENGETAHUAN TERTINGGI DAN MISTERI BESAR
Jai: Jika Tuhan datang ke bumi, apakah Dia sama seperti
kita, atau apakah Dia berbeda dari kita?
Nenek: Ini pertanyaan yang sangat bagus, Jai dan sudah dijawab dalam dua cara.
Sebagai contoh, lihatlah rantai (kalung) dan cincin dan koin emas ini. Semua
terbuat dari emas, sehingga engkau dapat melihatnya sebagai emas. Dan engkau
dapat melihat hal-hal lain yang terbuat dari emas sebagai emas. Mereka emas dengan
berbagai bentuk yang berbeda. Tapi engkau juga bisa menganggap mereka sebagai
hal yang terpisah --- rantai, cincin, atau koin. Rantai, cincin, dan koin tidak
lain hanyalah berbagai bentuk daripada emas. Dengan cara yang sama, kita bisa
melihat Tuhan dan ciptaan-Nya sebagai perluasan dari Tuhan sendiri. Sudut
pandang ini dikenal sebagai filsafat non-dualistik (atau Advaita). Sudut
pandang lain untuk melihat Tuhan sebagai suatu kenyataan dan penciptaan sebagai
suatu realitas yang berbeda, tetapi tergantung pada Tuhan. Filsafat Dualistik
ini (atau Dvaita) menganggap benda-benda yang terbuat dari emas (seperti
rantai, cincin dan koin) berbeda dari emas. (Gita 9.04-06)
Jai: Apakah itu yang dimaksud orang ketika mereka
mengatakan bahwa Tuhan ada di mana-mana dan ada dalam segala hal?
Nenek: Ya, Jai, Tuhan adalah matahari, bulan, angin; api, pohon, bumi, dan
batu-batu, sama seperti segala sesuatu yang terbuat dari emas adalah emas.
Itulah sebabnya orang Hindu melihat dan menyembah Tuhan dalam batu dan pohon,
seolah-olah Tuhan sendiri dalam bentuk-bentuk tersebut.
Jai: Jika semuanya berasal dari Tuhan, apakah semuanya
akan menjadi Tuhan lagi, seperti semua yang terbuat dari emas dapat melebur
menjadi emas?
Nenek: Ya, Jai, siklus penciptaan dan penghancuran terus terjadi. Sama seperti
mengembalikan rantai dan cincin dan koin menjadi emas lagi dan kemudian
menggunakan emas yang sama untuk membuat perhiasan dan koin baru. (Gita
9.07-08). Seluruh ciptaan terus menerus muncul dan menghilang.
Jai: Jika kita adalah Tuhan, dan kita semua berasal dari
Tuhan, lalu mengapa tidak semua orang cinta dan menyembah Tuhan?
Nenek: Mereka yang memahami kebenaran ini menyembah Tuhan. Mereka tahu Tuhan
adalah Tuhan kita, dan kita berasal dari-Nya, bagi-Nya, dan kita bergantung
pada-Nya, sehingga mereka mencintai dan menyembah-Nya. Tetapi orang yang bodoh
tidak mengerti atau tidak percaya pada kebesaran Tuhan.
Jai: Jika aku berdoa kepada Tuhan setiap hari dan
mencintai-Nya dan mempersembahkan bunga atau buah, apakah Dia akan senang dan
membantuku dalam studi?
Nenek: Krishna mengatakan dalam Gita bahwa Dia memenuhi segala kebutuhan
penyembah-Nya yang menyembah Nya dengan iman yang kuat dan pengabdian penuh
kasih. (Gita 9,22)
Jai: Apakah itu berarti bahwa Tuhan hanya mencintai
orang-orang yang berdoa dan menyembah Dia?
Nenek: Tuhan mengasihi kita semua sama, tetapi jika kita mengingat-Nya dan berdoa
kepada-Nya, kita datang lebih dekat kepada Tuhan. Jadi kita semua harus
berpikir tentang Tuhan, menyembah Dia, meditasi, dan sujud kepada-Nya dengan
iman, cinta dan pengabdian.
Jai: Aku ingin dekat kepada Tuhan Krishna, nek. Bagaimana
aku bisa lebih percaya pada-Nya dan lebih mencintai-Nya?
Nenek: Pikirkanlah semua hal yang menyenangkan yang telah dilakukan Tuhan bagi
kita. Dia memberi kita begitu banyak makanan yang kita nikmati. Dia memberi
kita matahari untuk pemanasan dan cahaya. Lihatlah langit yang indah dengan bulan,
bintang-bintang dan awan di malam hari. Ini semua ciptaan-Nya yang indah, jadi
pikirkan betapa indahnya sang pencipta! Menyembah Tuhan berarti mengucapkan
terima kasih atas kebaikan-Nya. Berdoa berarti meminta apa yang kita butuhkan
dari Tuhan. Meditasi berarti berhubungan dengan kekuatan Agung untuk
mendapatkan bantuan dan bimbingan.
Jai: Jika hanya ada satu Tuhan yang memberikan kita
segalanya, mengapa nenek punya begitu banyak Deva dalam ruang doa (ruang Poojā),
nek? Kenapa nenek tidak menyembah hanya satu Tuhan Krishna?
Nenek: Tuhan Krishna berkata: "Mereka yang menyembah Deva-Deva lain, juga
menyembah-Ku melalui para Deva." (Gita 9,23) Kita dapat menyembah Deva
mana pun yang kita rasa dekat. Deva favorit itu disebut Ishta-Deva, Deva
pribadi kita sendiri (atau malaikat pelindung) yang menjadi pemandu dan
pelindung pribadi kita.
Jai: Mengapa kita mempersembahkan buah-buahan dan bunga
kepada Tuhan?
Nenek: Tuhan Krishna mengatakan dalam Gita bahwa siapapun yang mempersembahkan
kepada-Nya daun, bunga, buah, air, atau apa pun dengan cinta dan kesetiaan, Dia
tidak hanya menerima, tetapi makan persembahan-persembahan itu! (Gita 9,26)
Itulah sebabnya kita selalu mempersembahkan makanan kita kepada Tuhan dengan
doa sebelum kita memakannya. Makanan yang dipersembahkan kepada Tuhan disebut Prasāda
atau Prasādam. Siapapun dapat mencapai Tuhan dengan memuja-Nya dengan iman,
cinta dan pengabdian. Jalan pengabdian ini terbuka bagi kita semua. Berikut
adalah cerita tentang kekuatan iman.
10. Seorang
Anak Lelaki yang memberi makan Tuhan.
Seorang laki-laki mulia selalu menyembah Deva keluarganya setiap hari
dengan mempersembahkan makanan. Suatu hari ia harus pergi dari desa seharian. Dia
berkata kepada anaknya, Raman: ”Haturkan persembahan kepada Deva hari ini.
Tuhan harus diberi makan.”
Anak itu mempersembahkan makanan kepada Deva di altarnya, tapi patung Deva
di sana tidak makan atau minum atau bicara. Raman menunggu lama, tapi tetap
patung itu tidak bergerak. Ia benar-benar percaya bahwa Tuhan akan turun dari
takhta-Nya di surga, duduk di lantai dan makan.
Ia terus berdoa kepada Deva, dengan berkata: "Ya Tuhan, silahkan
datang dan makan makanan yang kupersembahkan. Hari sudah siang. Ayah akan marah
jika aku tidak memberi-Mu makan." Patung Deva itu tidak mengatakan sepatah
kata pun.
Anak itu menangis tersedu-sedu: "Ya Tuhan, ayahku memintaku untuk
memberi-Mu makan. Mengapa Kau tidak turun? Mengapa Kau tidak mau makan dari
tanganku?"
Anak itu menangis selama beberapa waktu dengan kerinduan jiva. Akhirnya Deva
turun dari altar dalam bentuk manusia sambil tersenyum dan duduk di depan
makanan dan mulai memakannya.
Setelah memberi makan Deva, anak itu keluar dari ruang doa.
Senja hari, ketika semua saudara serta ayahnya sudah tiba kembali ke rumah,
ayahnya berkata: "Setelah dipersembahkan, sekarang bawalah Prasādam ke
luar untuk kita."
Anak itu berkata: "Tuhan telah memakan semua persembahan. Dia tidak
menyisakannya untuk kita hari ini." Mereka memasuki ruang doa dan sangat heran
melihat bahwa Tuhan telah benar-benar makan semua persembahan.
Moral dari cerita ini adalah bahwa Tuhan akan makan kalau kita
mempersembahkan makanan dengan penuh iman, cinta, dan pengabdian. Sebagian
besar dari kita tidak memiliki iman sebesar Raman. Kita tidak tahu bagaimana
memberi Beliau makan! Dikatakan bahwa kita harus memiliki kepercayaan kepada
Tuhan seperti seorang anak. Kalau tidak kita tidak akan masuk ke alam
tertinggi, yaitu rumah Tuhan.
Jai: Nek, bagaimana dengan seorang yang berdosa pencuri
atau perampok. Bisakah orang seperti itu mengasihi Tuhan?
Nenek: Ya, Jai. Krishna telah mengatakan dalam Gita: Bahkan orang yang paling
berdosapun, jika ia memutuskan untuk menyembah-Ku dengan pengabdian yang penuh
kasih, orang semacam itu akan segera menjadi orang suci karena ia telah membuat
keputusan yang tepat. (Gita 9,31) Berikut adalah cerita tentang seorang
perampok seperti itu.
11. Perjalanan
Besar Seorang Rsi Perampok.
Kita punya dua epik atau kisah-kisah sejarah yang sangat populer. Yang
pertama adalah Rāmāyana. Yang kedua adalah Mahābhārata. Bhagavad-Gita merupakan
bagian dari Mahābhārata. Epik ini ditulis sekitar 3.100 sebelum masehi.
Awalnya, epik suci Rāmāyana mungkin telah ditulis sekitar 1,75 juta tahun yang
lalu, menurut penemuan terbaru NASA. Penulis asli Rāmāyana adalah seorang Rsi
bijak bernama Vālmiki. Setelah Vālmiki banyak Rsi lain menulis Rāmāyana, kisah
tentang Tuhan Rāma yang mesti dibaca semua anak.
Menurut legenda, Vālmiki diberi kekuasaan oleh Rsi Nārada yang bijak untuk
menulis seluruh episode sebelum kejadian ini benar-benar terjadi.
Pada awal hidupnya, Vālmiki adalah seorang perampok. Dia menghidupi keluarganya dengan cara merampok
pelancong. Suatu hari, Rsi besar surgawi, Nārada, kebetulan lewat. Vālmiki
menyerangnya dan mencoba merampoknya. Nārada bertanya kepada Vālmiki mengapa ia
melakukan hal itu. Vālmiki mengatakan bahwa ini dilakukan untuk menghidupi
keluarganya.
Orang bijak itu berkata kepada Vālmiki: "Ketika engkau merampok
seseorang, kau melakukan dosa. Apakah anggota keluargamu mau berbagi menanggung
dosa itu?"
Perampok itu menjawab: "Mengapa tidak? Aku yakin mereka mau."
Orang bijak itu berkata: "Baiklah, pulanglah ke rumah dan tanyakan
kepada mereka apakah mereka mau ikut menanggung dosa-dosamu bersama dengan uang
yang engkau bawa pulang."
Si perampok setuju. Dia
mengikat orang bijak tersebut pada sebatang pohon dan pulang ke rumahnya. Dia
bertanya pada setiap anggota keluarganya: "Aku membawa uang dan banyak
makanan karena merampok orang. Seorang bijak mengatakan kepadaku bahwa itu
adalah perbuatan dosa. Apakah kalian mau ikut menanggung dosa-dosa yang aku
lakukan?"
Tidak seorangpun anggota keluarganya bersedia untuk ikut menanggung
dosanya. Mereka semua berkata: "Tugasmulah untuk menanggung kehidupan
kami. Kami tidak mau ikut menanggung dosamu."
Vālmiki menyadari kesalahannya dan meminta orang bijak untuk menunjukkan
jalan yang harus dilakukannya untuk menebus dosa-dosanya. Orang bijak memberi Vālmiki
mantra "Rāma" yang paling kuat dan paling sederhana untuk
dichantingkan serta mengajarkan kepadanya cara memuja-Nya dan bermeditasi pada-Nya.
Perampok jalanan ini menghentikan kegiatan yang berdosa yang pernah
dilakukannya dan tidak lama kemudian menjadi seorang Rsi yang sangat bijak. Atas
anugerah guru Nārada, ia menjadi penulis dengan kekuatan mantra dan latihan
spiritual yang tulus.
Ada juga cerita lain, Jai, yang engkau harus selalu ingat. Ini
menggambarkan ayat-ayat Gita yang mengatakan Krishna mengurus kita semua. (Gita
9.17-18).
12. Tapak Kaki
Suatu malam, seorang laki-laki bermimpi. Dia bermimpi sedang berjalan
sepanjang pantai dengan Tuhan. Di langit ia melihat adegan-adegan dari
hidupnya. Pada setiap adegan, ia melihat dua pasang jejak kaki di pasir, satu
milik dia, dan yang lain milik Tuhan.
Ketika tiba adegan terakhir dalam hidupnya, ia menoleh ke belakang pada
jejak kaki di pasir. Dia melihat banyak kali, sepanjang jalan hidupnya hanya
ada satu pasang jejak kaki. Dia juga menyadari bahwa hal itu terjadi saat
tersulit dan saat paling menyedihkan dalam hidupnya.
Ini benar-benar mengganggunya, dan ia menanyakan hal itu kepada Tuhan.
"Tuhan, Engkau mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang Engkau lebih
benci atau lebih sayangi, dan bahwa Engkau selalu bersama orang-orang yang
menyembah-Mu dengan cinta dan kesetiaan. (Gita 9,29) Aku telah memperhatikan
bahwa selama masa paling sulit dalam hidupku, hanya ada satu pasang jejak kaki.
Aku tidak mengerti mengapa, ketika aku paling memerlukan-Mu, Engkau
meninggalkan aku sendirian."
Tuhan menjawab,"Anakku, kau adalah jivaku sendiri. Aku mencintaimu,
dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu, bahkan jika kau kadang-kadang
meninggalkan Aku. Selama waktu percobaan dan penderitaanmu, ketika kau hanya
melihat satu pasang jejak kaki, itu karena aku menggendongmu. Jika engkau
tertimpa masalah, hal itu disebabkan oleh Karmāmu sendiri. Itulah saat kau
diuji agar dapat tumbuh lebih kuat."
Tuhan Krishna berkata di dalam Gita: "Aku secara pribadi mengurus
kebutuhan penyembah-Ku yang selalu ingat dan mengasihi Aku." (Gita 9,22)
Bab 9 Ringkasan: filsafat dualistik melihat Tuhan sebagai satu kenyataan dan penciptaan
sebagai suatu realitas yang berbeda, yang tergantung pada-Nya. Filsafat
non-dual melihat Tuhan dan ciptaan-Nya sebagai satu. Tuhan mengasihi kita semua
sama, tetapi Dia secara pribadi memperhatikan kepentingan bhakta-Nya karena
orang semacam itu lebih dekat kepada-Nya. Sama seperti seseorang yang menjadi
lebih panas jika seseorang duduk dekat api. Tidak ada dosa atau pendosa yang
tidak terampuni. Api pertobatan yang tulus membakar semua dosa.
Labels:
Bhagavad Gita Untuk Pemula
Thanks for reading PENGETAHUAN TERTINGGI DAN MISTERI BESAR. Please share...!
0 Komentar untuk "PENGETAHUAN TERTINGGI DAN MISTERI BESAR"