BAB 5
JALAN PENGINGKARAN
Jai: Sebelumnya, nenek sebutkan ada dua jalan. Jalan mana
yang lebih baik bagi kebanyakan orang, nek, jalan kesadaran spiritual atau
jalan pelayanan tanpa pamrih?
Nenek: Seseorang yang memiliki kesadaran KeTuhanan sejati percaya bahwa semua
kerja dilakukan oleh energi alam dan ia bukan pelaku yang sebenarnya dari suatu
tindakan. Orang semacam ini disebut Samnyāsi atau pengingkaran diri dan
memiliki kesadaran diri sejati.
Seorang KarmaYogi bekerja tanpa mengharapkan hasil untuk dirinya dari
pekerjaan yang dilakukannya. KarmaYoga mempersiapkan seseorang untuk menerima kesadaran
diri sejati. (Gita 4,38, 5,06). Kesadaran diri sejati akan mengarah pada
pengingkaran diri. Jadi pelayanan tanpa pamrih atau KarmaYoga membentuk dasar
pengingkaran (Samnyāsa). Kedua jalan itu akhirnya mengarah kepada Tuhan. Krishna
menganggap KarmaYoga lebih baik diantara kedua jalan karena lebih cepat dan
lebih mudah bagi kebanyakan orang untuk diikuti. (Gita 5,02).
Jai: Bukankah kata pengingkaran biasanya berarti
meninggalkan harta benda duniawi dan tinggal di sebuah Ashram atau di tempat
sepi?
Nenek: Kata Samnyasa dalam arti sempit berarti membatalkan (atau menyerahkan)
semua kepentingan pribadi, harta benda dan benda-benda duniawi. Tapi itu juga
berarti hidup dalam masyarakat dan melayani masyarakat dengan melakukan satu
tugas tanpa kepentingan pribadi apapun. Orang semacam ini disebut Karmā-Samnyāsi.
Beberapa pemimpin spiritual, seperti Adi Sankarāchārya, memilih jalan
pengingkaran diri dari semua harta duniawi sebagai jalur tertinggi dan tujuan
hidup. Dia sendiri menjadi Samnyāsi ketika masih kecil. Krishna berkata: "Orang
yang tercerahkan atau Samnyāsi (atau pertapa, atau orang yang telah
meninggalkan semua kepentingan pribadi) melihat Tuhan di dalam semua. Orang
semacam itu melihat orang terpelajar, orang buta huruf, orang kaya, yang
miskin, orang buangan, bahkan seekor sapi, gajah, atau anjing dengan
penglihatan yang sama. "(Gita 5,18)
Aku akan menceritakan kisah tentang seorang pemimpin rohani yang besar,
pahlawan, guru, Samnyāsi dan pemikir besar. Namanya Adi Sankarāchārya. Seorang
yang mendalami Gita berhutang kepadanya dengan penuh penghargaan dan rasa
hormat.
5. Adi Sankarāchārya
Adi Sankarāchārya (atau Sankara) adalah penulis dan promotor non-dualistik
sebuah filsafat Vedanta, yang menyatakan bahwa seluruh alam semesta tidak lain
adalah Tuhan. Ia dilahirkan di negara bagian Kerala pada tahun 788 M. Pada usia
delapan tahun, dia telah belajar ke empat Veda, dan pada usia dua belas tahun,
sudah fasih dalam semua kitab-kitab Hindu. Dia diyakini sebagai Deva Shiva
dalam wujud manusia.
Dia menulis banyak buku, termasuk komentar pada Bhagavad-Gita, Upanisad,
BrahmaSutra dan banyak lainnya. Kitab Suci Bhagavad-Gita tersembunyi dalam Mahābhārata
bab kedelapan sebelum Sankara membawanya kepada kita. Sankara mengambil Gita
dari Mahābhārata, memberikan judul bab, dan menulis komentar pertama dari Gita
dalam bahasa Sanskerta. Terjemahan Bahasa Inggris pertama dari Gita itu
dilakukan oleh penguasa Inggris pada abad ke-19.
Sankara mendirikan empat ashram utama di berbagai penjuru India: di
Shringeri, Badrināth, Dvārkā dan Puri. Dia menghentikan penyebaran Buddha
terhadap Hindu dan mengembalikan Hindu ke kejayaan masa lalu. Menurut filsafat non-dualismenya,
jiva individual (jiva) adalah Brahman (Tuhan), dan dunia adalah permainan Māyā,
khayalan energy Brahmā. Ia jelas seorang yang telah mencapai tingkat kesadaran
diri. Tetapi pada awalnya, ia memiliki perasaan dualitas, membedakan antara
kasta tinggi dan rendah. Kepercayaannya yang mutlak pada Tuhan (Brahmā) tidak
terlalu kuat di dalam hatinya. Suatu hari, ia pergi ke kuil Shiva di kota suci Banāras setelah mandi di
sungai suci Gangā. Dia
melihat seorang kasta rendah, seorang tukang daging, membawa beban daging.
Tukang daging itu menghampirinya dan berusaha menyentuh kaki Sankara dengan
hormat.
Sankara berteriak marah: "Pergi! Beraninya kau menyentuhku? Sekarang
aku harus mandi lagi."
"Wahai Orang Suci," kata si tukang daging, "Aku tidak menyentuhmu,
engkaupun tidak menyentuhku. Jiva yang murni bukanlah tubuh atau lima unsur
pembentuk tubuh." (Penjelasan yang lebih rinci ada dalam Bab 13.)
Lalu Sankara melihat wujud Deva Shiva pada di tukang daging. Deva Shiva
sendiri datang pada Sankara untuk menanamkan filsafat non-dualistik dalam
dirinya. Sankara menjadi orang yang jauh lebih baik mulai hari itu karena kasih
karunia Deva Shiva.
Kisah ini menggambarkan bahwa kesetaraan dengan semua mahluk sangat sulit
untuk dilakukan sepanjang waktu. Untuk memiliki perasaan seperti itu seseorang
harus benar-benar menyadari Tuhan atau seorang Samnyāsi yang sempurna.
Bab 5 Ringkasan: Krishna menyatakan bahwa pelayanan tanpa pamerih (atau pelayanan
kemanusiaan tanpa terikat pada hasil) sebagai jalan terbaik bagi kebanyakan
orang. Kedua jalan, baik jalan kesadaran diri maupun jalan pelayanan tanpa
pamerih, mengarah ke kehidupan yang bahagia di bumi dan di Nirvāna setelah
kematian. Samnyāsa tidak berarti meninggalkan harta benda duniawi. Tetapi
berarti tidak melekat pada harta tersebut. Seseorang yang tercerahkan melihat
Tuhan di dalam semua mahluk dan memperlakukan semua orang sama.
Labels:
Bhagavad Gita Untuk Pemula
Thanks for reading JALAN PENGINGKARAN. Please share...!
0 Komentar untuk "JALAN PENGINGKARAN"