Membaca aturan minum dalam ajaran Dharmasastra, ada hal menarik yang
patut dicermati. Dimana menurut aturannya ternyata seseorang setelah
minum, 3 kali tegukan, wajib memercikan air di ubun-ubun atau Siwadwara.
Dalam ajaran Hindu, Siwadwara dinyatakan sebagai tempat keluar-masuknya
roh. Orang yang akan meninggal pasti merasakan kepalanya panas kerena
pelepasan terakhir sang roh keluar melalui Siwadwara. Oleh karena itu,
Siwadwara sering mendapat perhatian khusus dalam masyarakat Bali,
terutama bagi mereka penekun spiritual, meditasi, dan pengobatan.
Dharmasastra menjelaskan bahwa dengan memercikan air pada ubun-ubun akan memberi energi bagi roh. Barangkali itulah sebabnya ketika kita diperciki tirta di kepala kita akan merasakan kedamaian. Tentu tirta yang dipercikan kita terima sebagai berkah. Masalahnya, akibat ketidaktahuan tentang manfaat dari percikan tirta pada ubun-ubun, masyarakat cenderung menolak dalam hati diperciki tirta, biasanya karena takut dingin dan basah.
Idealnya atau seharusnya, ketika tirta dipercikan ke ubun-ubun kita harus terima dengan suka cita sehingga akan menimbulkan perasaan damai. Sedangkan ketika ada perasaan penolakan dalam hati pada saat diperciki tirta maka sang roh tidak mendapat energi dari tirta itu, terlebih tirta prayascita (penyucian) dan wangsuh pada, karena ketika perasaan penolakan muncul maka energi positif alam semesta akan terpental.
Dalam ajaran Hindu, Siwadwara dinyatakan sebagai tempat keluar-masuknya
Dharmasastra menjelaskan bahwa dengan memercikan air pada ubun-ubun akan memberi energi bagi roh. Barangkali itulah sebabnya ketika kita diperciki tirta di kepala kita akan merasakan kedamaian. Tentu tirta yang dipercikan kita terima sebagai berkah. Masalahnya, akibat ketidaktahuan tentang manfaat dari percikan tirta pada ubun-ubun, masyarakat cenderung menolak dalam hati diperciki tirta, biasanya karena takut dingin dan basah.
Idealnya atau seharusnya, ketika tirta dipercikan ke ubun-ubun kita harus terima dengan suka cita sehingga akan menimbulkan perasaan damai. Sedangkan ketika ada perasaan penolakan dalam hati pada saat diperciki tirta maka sang roh tidak mendapat energi dari tirta itu, terlebih tirta prayascita (penyucian) dan wangsuh pada, karena ketika perasaan penolakan muncul maka energi positif alam semesta akan terpental.
Labels:
diskusi Hindu
Thanks for reading Memberi Sang Roh ‘Minum’ . Please share...!
0 Komentar untuk "Memberi Sang Roh ‘Minum’ "