BAB 2
KESADARAN TUHAN
Jai: Jika Arjuna merasa sangat belas kasih kepada semua
orang yang seharusnya dibunuhnya dalam perang, bagaimana ia bisa berperang, nek?
Nenek: Itulah yang dikatakan Arjuna kepada Krishna. Dia berkata: "Bagaimana
aku menyerang kakekku, guruku, dan semua kerabat dengan anak panah dalam pertempuran?
Mereka selayaknya mendapat hormatku."(Gita 2,04)
Arjuna benar. Dalam budaya Veda, guru, orang tua, orang terhormat, dan
semua orang yang lebih dewasa harus dihormati. Tetapi kitab suci juga
mengatakan bahwa siapa pun yang bertindak salah terhadapmu atau orang lain,
atau siapa pun yang mendukung perbuatan seperti itu, tidak seharusnya
dihormati, tapi dihukum.
Arjuna bingung tentang tugasnya dan meminta bimbingan dari Krishna. Krishna
kemudian memberitahukannya tentang pengetahuan sejati Atmā dan tubuh fisik.
Jai: Apakah Atmā itu, nek?
Nenek: Atmā juga disebut Roh, atau jiva. Atmā
tidak pernah dilahirkan, tidak pernah mati, dan abadi. Tubuh kita lahir
dan mati, tetapi Atmā tidak. Atmā menghidupkan tubuh. Tanpa Atmā tubuh akan
mati. Atmā memberikan kekuatan pada tubuh kita, pikiran, dan indera, seperti
udara yang mendukung api. Senjata tidak dapat memotong Atmā, api tidak dapat
membakarnya, angin tidak bisa mengeringkannya dan air tidak bisa membasahinya.
Oleh karena itu, kita tidak boleh berduka atas kematian dari tubuh karena Atmā
di dalam tubuh tidak pernah mati. (Gita 2.23-24)
Jai: Apa perbedaan antara Atmā (Roh), jiva, dan tubuh nek?
Nenek: Atmā yang sama bersemayam di dalam semua benda. Tubuh kita berubah seiring
dengan waktu. Tubuh tua kita berbeda dari masa kanak-kanak. Tapi Atmā tidak
berubah. Atmā mengambil tubuh kanak-kanak, tubuh remaja dan tubuh usia tua
selama hidup ini, lalu mengambil tubuh lain setelah kematian. (Gita 2.13). Kata
Sanskerta Atmā diterjemahkan sebagai spirit
dalam bahasa Inggris. Roh bersifat universal dan melingkupi semua. Kata Inggris
Roh atau jiva juga berarti Roh yang berada dalam tubuh individu. Dalam bahasa
Sanskerta, jiva individu ini kita sebut Jivātmā atau jiva (juga dieja sebagai jeeva).
Jika Roh diandaikan dengan hutan, jiva individu (Roh atau jiva) dapat
diandaikan dengan pohon di hutan.
Tubuh disebut pakaian Atmā. Seperti halnya kita menyingkirkan pakaian tua,
usang dan mengenakan pakaian yang baru, Atmā meninggalkan tubuh yang lama dan
mengambil yang baru setelah kematian. Jadi kematian itu seperti mengganti
pakaian bagi Atmā (Gita 2.22) Semua mahluk terlihat antara kelahiran dan
kematian; mereka tidak bisa dilihat sebelum lahir atau setelah mati dan tetap
dalam bentuk kasat mata. (Gita 2.28) Oleh karena itu, kita tidak boleh berduka
atas kematian tubuh. Kita bukan tubuh. Kita Atmā dengan tubuh. Kematian hanya
berarti jiva kita berpindah dari satu tubuh ke tubuh baru yang lain.
Jai: Lalu mengapa Arjuna berduka atas kematian orang yang
dicintai di medan perang? Kenapa dia tidak ingin bertempur?
Nenek: Arjuna adalah ksatria yang sangat tangguh, Jai, tapi dia ingin melarikan
diri dari kengerian perang dan menjalani kehidupan mudah sebagai Samnyāsi,
seorang pertapa pengembara. Krishna mengajarkan kita untuk menghadapi
perjuangan hidup dengan memberi Arjuna ilmu yang indah, yaitu KarmaYoga, seni
hidup damai dan sejahtera. Bab 3 dari Gita mengajarkan kita lebih banyak
tentang hal ini. Arjuna mengkhawatirkan akibat perang, tapi Krishna meminta
kita untuk melakukan kewajiban kita tanpa terlalu khawatir dengan hasilnya,
seperti keuntungan dan kerugian, kemenangan dan kekalahan, keberhasilan dan
kegagalan. Jika engkau terus-menerus khawatir tentang hasil studimu, engkau
tidak akan dapat menumpahkan hati dan jivamu padanya karena takut akan
kegagalan.
Jai: Tapi nek, bagaimana Arjuna bisa melawan dengan baik
jika dia tidak berjuang untuk menang dan mendapatkan sesuatu?
Nenek: Arjuna harus berjuang untuk menang, tapi dia seharusnya tidak melemahkan
kehendaknya dengan mengkhawatirkan hasil pada saat ia sedang berperang. Ia
harus menumpahkan semua perhatian dan energi ke setiap menit perkelahian.
Energi itulah yang akan membawa hasil terbesar.
Krishna mengatakan kepada kita bahwa kita memiliki kontrol penuh atas
tindakan kita, tetapi tidak ada kontrol atas hasil tindakan kita. (Gita 2,47)
Harry Bhalla mengatakan: Seorang petani memiliki kontrol atas cara ia
mengerjakan tanahnya, namun tidak bisa mengontrol panen. Tapi ia tidak bisa
mengharapkan panen jika ia tidak mengerjakan tanahnya dengan usaha terbaik dan
dengan alat yang ia miliki.
Kita harus melakukan yang terbaik pada saat sekarang dan membiarkan masa
depan mengurus dirinya sendiri.
Jai: Bisakah nenek menceritakan lebih banyak tentang
rahasia sukses seperti yang dikisahkan oleh Krishna kepada Arjuna?
Nenek: Kita harus benar-benar menyatu sewaktu bekerja atau belajar sampai tidak
menyadari hal-hal lain, bahkan hasil-hasilnya. Untuk mencapai hasil terbaik
dari apa yang kita lakukan, kita harus fokus pada tindakan dengan perhatian
penuh. Ini harus dilakukan dengan tulus tanpa khawatir tentang hasilnya. Hasil
dari tindakan akan lebih besar jika kita menumpahkan semua perhatian dan energi
ke dalam tindakan itu sendiri dan tidak membiarkan energi kita dialihkan dengan
memikirkan hasil. Hasilnya akan tergantung pada energi yang dimasukkan ke dalam
tindakan. Kita diminta untuk tidak perlu khawatir tentang hasil selama melakukan
tindakan. Ini tidak berarti bahwa kita tidak peduli dengan hasil. Namun kita
tidak seharusnya hanya mengharapkan hasil positif saja sepanjang waktu.
Rahasia hidup yang bermakna adalah menjadi sangat aktif, dan melakukan yang
terbaik tanpa memikirkan diri kita sendiri atau bahkan hasilnya. Orang yang
tercerahkan bekerja untuk kebaikan semua.
Jai: Apa yang dimaksud dengan orang yang tercerahkan, nek?
Nenek: Orang yang tercerahkan adalah orang yang sempurna, Jai. Krishna mengatakan
kepada kita pikiran orang yang sempurna tidak terguncang oleh kesulitan, tidak
memburu kesenangan, bebas dari rasa takut, keinginan, keserakahan, dan
keterikatan, dan memiliki kendali atas pikiran dan indera. (Gita 2,56) Orang
yang tercerahkan tidak marah, damai dan bahagia.
Jai: Bagaimana kita bisa menahan marah, nek?
Nenek: Kita marah jika keinginan kita tidak terpenuhi. (Gita 2,62) Jadi cara
terbaik untuk mengontrol amarah adalah mengontrol atau membatasi keinginan
kita. Kita seharusnya tidak menginginkan terlalu banyak hal. Keinginan dimulai
dalam pikiran, jadi kita harus mengendalikan pikiran kita. Jika kita tidak
mengendalikan pikiran kita, kita hanyut seperti kapal tanpa kemudi. Keinginan
untuk bersenang-senang menjerumuskan orang ke lorong gelap dosa, menyebabkan
kita dalam kesulitan, dan menghalangi kemajuan spiritual kita. (Gita 2.67)
Sebagai siswa, engkau harus menetapkan tujuan yang lebih tinggi untuk diri
sendiri daripada sekedar mengejar kesenangan. Lakukan upaya terbaik dan
berkonsentrasilah pada studimu.
Arjuna adalah contoh yang sangat baik dalam hal konsentrasi. Berikut ini adalah cerita tentang dirinya.
2. Ujian
Kelulusan
Guru Drona adalah guru perang bagi para Kaurava dan Pāndava. Pada akhir pembelajaran perang tibalah
waktu ujian akhir. Drona meletakkan elang kayu di cabang pohon terdekat. Tidak
ada yang tahu itu hanya sebuah boneka, karena tampak seperti elang asli. Untuk
lulus ujian, setiap orang diharuskan untuk memotong kepala elang dengan sekali panah.
Guru Drona pertama minta Yudistira, anak tertua dari Pāndava:
"Bersiaplah, lihatlah elang itu, dan katakan padaku apa yang engkau
lihat."
Yudistira menjawab: "Aku melihat langit, awan, batang pohon,
dahan-dahan, daun-daun dan elang duduk di sana"
Guru Drona tidak terlalu senang dengan jawaban ini. Dia menanyakan hal yang
sama kepada semua siswa, satu demi satu. Setiap dari mereka memberikan jawaban
serupa. Kemudian tibalah giliran Arjuna untuk ujian.
Drona berkata kepada Arjuna: "Bersiaplah, lihatlah elang itu, dan
ceritakan apa yang engkau lihat."
Arjuna menjawab: "Aku hanya melihat elang dan tidak ada yang lain."
Drona kemudian mengajukan pertanyaan kedua: "Jika engkau hanya melihat
elang, katakan padaku seberapa kuat tubuhnya dan apa warna sayapnya?"
Arjuna menjawab: "Aku hanya melihat kepalanya dan tidak seluruh
tubuhnya."
Guru Drona sangat senang dengan jawaban Arjuna dan memintanya untuk
melanjutkan tes. Arjuna dengan mudah memotong kepala elang dengan sekali panah
karena ia sedang berkonsentrasi pada tujuannya dengan satu pikiran. Dia lulus
ujian dengan baik.
Arjuna tidak hanya prajurit terbesar pada zamannya, tetapi juga seorang
KarmaYogi yang penuh kasih. Krishna memilih Arjuna sebagai alat untuk menyampaikan
pengetahuan suci Gita.
Kita semua harus mengikuti contoh Arjuna. Membaca Gita dan menjadi seperti
Arjuna. "Arjuna Bano, Arjuna
Bano," Cucuku sayang! Apa pun pekerjaan yang engkau lakukan, lakukanlah
dengan perhatian penuh dan curahkan seluruh hati dan pikiranmu ke dalamnya. Ini
adalah tema utama dari KarmaYoga Gita dan rahasia sukses dalam apa pun yang engkau
lakukan.
Sebuah pesan untuk para pemuda dari Swami Vivekananda: "Apa pun yang engkau
lakukan, curahkan seluruh pikiran di dalamnya. Jika engkau menembak, pikiranmu harus
hanya pada target. Maka engkau tidak akan pernah gagal. Jika engkau belajar,
hanya pikirkan pelajaran. Di India, anak laki-laki dan perempuan diajarkan
untuk melakukan hal ini".
Bab 2 Ringkasan: Krishna mengajarkan kita, melalui Arjuna, perbedaan antara Atmā dan tubuh.
Kita adalah Atmā dengan tubuh. Atmā tidak dilahirkan dan tidak bisa
dihancurkan. Satu Atmā yang sama bersemayam di dalam semua benda, manusia atau
bukan manusia. Jadi kita semua terhubung satu sama lain. Kita harus melakukan
tugas kita sebaik-baiknya tanpa khawatir tentang keberhasilan atau kegagalan.
Kita harus belajar dari kegagalan kita dan maju tanpa membiarkan kegagalan kita
mengalahkan kita. Untuk menjadi orang yang sempurna, kita perlu mengendalikan
atau membatasi keinginan kita.
Labels:
Bhagavad Gita Untuk Pemula
Thanks for reading KESADARAN TUHAN. Please share...!
0 Komentar untuk "KESADARAN TUHAN"