Berada di suatu tempat yang tak diketahui. Di sebuah pohon yang sedang
berbunga, samar-samar seperti pohon belimbing, saya melihat burung kecil
cantik menawan bertengger di dahannya. Lalu saya hendak menangkapnya,
hampir dia terbang. Begitu saya tangkap, datanglah kakakku, ternyata
burung kecil yang cantik itu memang sudah diikat dengan benang oleh
kakakku. Diikatkan pada batang pohonnya.
Saya pun tersadar dari mimpi, timbul perasaan bahagia sesaat setelah benar-benar sadar dari mimpi. Katanya, kalau mimpi melihat burung dan sebangsanya, itu simbol Sanghyang Atma (roh) seseorang. Yang dimaksud kakakku itu ada dua kemungkinan, pertama yaitu simbol saudara empat; Kanda Empat, Catur Sanak. Kedua, simbol Dewa Hyang Alit, yaitu saudara saya yang meninggal waktu kecil. Lalu muncul pertanyaan, roh siapa yang diikat oleh kakakku?
Penafsiran pertama, kemungkinan roh yang diikat itu roh seorang gadis. Arah penafsirannya kesana karena sebelum mimpi saya sempat guna-guna dia dengan guna-guna alami; memanggil dia dengan bahasa hati pada saat kerug berbunyi pada malam hari agar teringat dengan kenangan yang telah berlalu meski kenangan itu kebanyakan tentang permusuhan namun bila diingat malah membuat perasaan senang, bikin senyum-senyum sendiri. Jadilah ngeri-ngeri sedap.
Katanya, bila mimpi melihat atau menangkap burung setelah mengguna-guna seorang gadis, sudah berani meyakinkan bahwa gadis itu kelak akan menjadi istri.
Saya belum yakin makna mimpi tersebut ke arah itu karena ada peristiwa penting lainnya yang saya lakukan sebelum tidur. Terlebih berdasarkan tenung tanya lara justru pertanda kemarahan Dewa Hyang (Leluhur). Mimpi itu jatuh pada Buda Umanis nuju Aryang. Umanis ngaran umah, Aryang ngaran dewa Hyang. Jumblah uripnya 7+5+6= 18, dibagi 4= 4, sisa 2= Kala. Bila digabungkan maka artinya Kalan dewa Hyang di umahe; kemarahan leluhur yang dipuja di rumah, yaitu di Kamulan. Karena yang mengikat burung itu kakakku maka dewa Hyang yang dimaksud yaitu dewa Hyang Alit. Kenapa dimarahi?
Sebelum tidur saya sempat baca buku geguritan Japatuan jilid I sampai selesai meski hanya paham sedikit-sedikit.
Isinya tentang kisah I Japatuan yang ditinggal istrinya ketika ia pergi
berguru kepada orang suci. I Japatuan sedih sekali hatinya. Lalu ia
mendengar sabda niskala, bahwa di surga istrinya menjadi penari legong
di Indra Loka; kahyangan dewa Indra. Lalu I Japatuan disuruh bertapa
kepada Shri Hari (bhatara Wisnu), hingga akhirnya I Japatuan diijinkan
pergi ke surga bersama kakaknya, Gagak Turas. Ketika mereka memasuki
alam gaib, hal pertama yang dilihat sungai yang dalam dengan buayanya
yang buas. Gagak Turas gemetar hatinya melihat buaya, mulutnya lebar. I
Japatuan menasehati bahwa sesungguhnya buaya dan air itu merupakan bibir
kita, air atau kawahnya adalah air ludah kita. Lalu mereka melanjutkan
perjalanan. Lagi-lagi Gagak Turas gemetar ketakutan melihat Raksasa
dengan gigi dan taringnya mengerikan. I Japatuan menjelaskan bahwa itu
sebenarnya gigi dan taring kita. Tidak perlu takut dengan hal itu. Tak
lama berselang, mereka melihat Titi Ugal-Agil (tangga bergoyang), mereka
hendak melalui tangga tersebut. I Gagak Turas merasa ngeri, tak berani
melangkahkan kakinya. I Japatuan menasehati bahwa titi ugal-agil itu
sesungguhnya lidah kita. . . Demikian seterusnya.
Saya baca baru sampai mereka melihat cahaya matahari berkilauan. Yang sebenarnya itu adalah simbol mata kita. Cerita I Japatuan menggambarkan bahwa surga dan neraka itu berada di tubuh kita. Apabila tubuh kita digunakan untuk berbuat baik maka tubuh kita itu akan melindungi kita ketika memasuki alam setelah kematian. Sebaliknya bila tubuh kita digunakan untuk kejahatan maka tubuh kita akan menyakiti roh kita dalam perjalanan ke alam setelah kematian.
Buku geguritan Japatuan ada kelanjutannya ke jilid II, sayangnya hilang. Padahal saya penasaran ingin tahu lebih jauh tentang perjalanan mereka ke surga. Kisah Japatuan bila dibaca secara keseluruhan dan diresapi, katanya bisa membawa kita pada alam lain, bahkan alam kematian. Barangkali karena hal itulah roh saya diikat oleh kakak saya agar tidak berkelana ke alam lain. Bila roh kita sembarangan berkelana ke alam lain tak urung ditangkap mahkluk gaib.
Saya pun tersadar dari mimpi, timbul perasaan bahagia sesaat setelah benar-benar sadar dari mimpi. Katanya, kalau mimpi melihat burung dan sebangsanya, itu simbol Sanghyang Atma (roh) seseorang. Yang dimaksud kakakku itu ada dua kemungkinan, pertama yaitu simbol saudara empat; Kanda Empat, Catur Sanak. Kedua, simbol Dewa Hyang Alit, yaitu saudara saya yang meninggal waktu kecil. Lalu muncul pertanyaan, roh siapa yang diikat oleh kakakku?
Penafsiran pertama, kemungkinan roh yang diikat itu roh seorang gadis. Arah penafsirannya kesana karena sebelum mimpi saya sempat guna-guna dia dengan guna-guna alami; memanggil dia dengan bahasa hati pada saat kerug berbunyi pada malam hari agar teringat dengan kenangan yang telah berlalu meski kenangan itu kebanyakan tentang permusuhan namun bila diingat malah membuat perasaan senang, bikin senyum-senyum sendiri. Jadilah ngeri-ngeri sedap.
Katanya, bila mimpi melihat atau menangkap burung setelah mengguna-guna seorang gadis, sudah berani meyakinkan bahwa gadis itu kelak akan menjadi istri.
Saya belum yakin makna mimpi tersebut ke arah itu karena ada peristiwa penting lainnya yang saya lakukan sebelum tidur. Terlebih berdasarkan tenung tanya lara justru pertanda kemarahan Dewa Hyang (Leluhur). Mimpi itu jatuh pada Buda Umanis nuju Aryang. Umanis ngaran umah, Aryang ngaran dewa Hyang. Jumblah uripnya 7+5+6= 18, dibagi 4= 4, sisa 2= Kala. Bila digabungkan maka artinya Kalan dewa Hyang di umahe; kemarahan leluhur yang dipuja di rumah, yaitu di Kamulan. Karena yang mengikat burung itu kakakku maka dewa Hyang yang dimaksud yaitu dewa Hyang Alit. Kenapa dimarahi?
Sebelum tidur saya sempat baca buku geguritan Japatuan jilid I sampai selesai meski hanya paham sedikit-sedikit
Saya baca baru sampai mereka melihat cahaya matahari berkilauan. Yang sebenarnya itu adalah simbol mata kita. Cerita I Japatuan menggambarkan bahwa surga dan neraka itu berada di tubuh kita. Apabila tubuh kita digunakan untuk berbuat baik maka tubuh kita itu akan melindungi kita ketika memasuki alam setelah kematian. Sebaliknya bila tubuh kita digunakan untuk kejahatan maka tubuh kita akan menyakiti roh kita dalam perjalanan ke alam setelah kematian.
Buku geguritan Japatuan ada kelanjutannya ke jilid II, sayangnya hilang. Padahal saya penasaran ingin tahu lebih jauh tentang perjalanan mereka ke surga. Kisah Japatuan bila dibaca secara keseluruhan dan diresapi, katanya bisa membawa kita pada alam lain, bahkan alam kematian. Barangkali karena hal itulah roh saya diikat oleh kakak saya agar tidak berkelana ke alam lain. Bila roh kita sembarangan berkelana ke alam lain tak urung ditangkap mahkluk gaib.
Labels:
catatan harian
Thanks for reading Roh Siapa Diikat?. Please share...!
0 Komentar untuk "Roh Siapa Diikat?"