Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

Sembahyang Tidak Boleh Pakai Celana?

Saya berangkat sendiri dari rumah hendak pergi ke pura Tampurhyang, Kahyangan sira Mpu Kamareka. Tujuan saya ke pura itu hendak mencari cewek, cuci mata meski ada odalan disana, bukan untuk sembahyang. Sesampainya di sekitar pura, saya berbelanja di warung makan. Begitu saya duduk hendak makan, tiba-tiba saya melihat keluargaku duduk bersama di meja sebelah saya, makan juga. Ada bapakku (guru), kakak, ibu. Tampaknya mereka habis sembahyang dengan penampilan bersih.

Meski meja bersebelahan, tak ada yang menyapa saya, seakan mereka cuek padaku karena datang ke pura tidak berpakaian sembahyang, melainkan berpakaian biasa, bercelana jin biru. Saya menduga keluarga marah pada saya karena ke pura pakai celana jin.

Saat tersadar dari mimpi, saya tersenyum simpul, ada perasaan haru. Soalnya kemarinnya saya sembahyang di sanggah kamulan pakai celana pendek, pakai baju biasa. Ternyata mendapat sindiran manis dari Bhatara Hyang Guru, menyamar menjadi bapak saya yang biasa dipanggil guru. Selain bhatara Hyang Guru, juga Hadir Dewa Hyang Alit menyamar menjadi kakak saya. Dan juga hadir dewa Hyang; ibu saya yang almarhum menyamar menjadi ibu kedua saya yang masih hidup. Kata Hyang saya ambil dari bahasa isyarat nama pura Tampurhyang. Oleh karena itulah keluarga yang dimaksud adalah para Hyang; Bhatara Hyang Guru, Dewa Hyang dan dewa Hyang Alit.

Mimpi tersebut mengisyaratkan bahwa ada peringatan agar sembahyang menggunakan pakaian sembahyang, bukan menggunakan pakaian sehari-hari kita, terutama pakaian bagian bawah pusar. Hal tersebut karena pakaian bawah jauh lebih mudah terkontaminasi oleh sesuatu yang kotor, tidak suci. Misalnya terkena cairan air kencing, sperma, kotoran dari dubur, maupun kotoran dari luar badan. Oleh karena itulah pakaian sembahyang harian bagian bawah lebih baik pakaian khusus, seperti kamben khusus untuk sembahyang.

Dalam mimpi kenapa nyerempet ke cewek? Kejadiannya begini; sebelum saya sembahyang, sekira jam tujuh saya buka hp kakak saya, ternyata di dalamnya ada gambar-gambar porno. Hal itu memunculkan birahi dalam diri. Sebagai lelaki normal, saya menghayalkan cewek di kamar mandi, bahasa kasarnya onani. Setelah itu saya mencuci organ intim, kaki, tangan, dan wajah tanpa mandi. Lalu sembahyang menghaturkan persembahan. Pakaian biasa, celana pendek. Selain sembahyang dalam keadaan kurang bersih, juga sembahyang dengan persembahan yang kurang. Hal ini disindir dengan mimpi berikutnya.
.
Dalam kitab Siva Purana disebutkan bahwa seseorang wajib mandi setelah berhubungan intim. Orang yang tidak mandi setelah bersanggama dinyatakan orang berdosa dan tidak akan bisa mendekati Tuhan Shiwa. Apakah onani termasuk di dalamnya karena ada unsur seks? Kemungkinannya hampir sama dengan bersanggama, meski tidak sampai kontak fisik. Yang pasti terjadi sanggama dalam pikiran dan keluarnya air mani.

Muncul pertanyaan, apakah dewa takut pada yang kotor? Sama sekali tidak! Kekotoran yang ada pada tubuh kita menyebabkan kita sulit mengakses energi Tuhan. Analoginya seperti aliran listrik akan sulit mengalir bahkan tidak bisa mengalir melalui medium yang bersifat isolator. Sebaliknya aliran listrik akan mudah mengalir, bahkan tanpa hambatan melalui medium yang bersifat konduktor. Demikian pula halnya dengan diri kita perlu diubah dari yang penuh dengan kekotoran menjadi suci bersih, baik badan rohaniah maupun badan lahiriah, agar lebih mudah mengakses energi semesta, energi Tuhan.

Dalam ajaran Hindu ada beberapa proses penyucian diri, baik badan fisik maupun badan rohani; badan halus dan sang roh. Penyucian dengan air (tirta), tanah (pertiwi), api (agni), udara (bayu) dan doa (mantra). Tubuh manusia tersusun dari empat elemen utama yaitu tanah (pertiwi), air (apah), api (teja), dan udara (bayu). Ditambah lagi satu unsur angkasa (ether) sehingga menjadi Panca Maha Bhuta. Oleh karena itulah ketika hendak sembahyang menyucikan diri dengan beberapa proses yang sebaiknya tidak dilewati.

Penyucian dengan Air

Diantara penyucian diri, penyucian dengan air paling menonjol dibandingkan penyucian lainnya yang terselubung. Penyucian ini dapat dilakukan dengan mandi. Tidak cukup hanya dengan mandi, apabila sembahyang di pura kita wajib diperciki tirta penglukatan; air suci yang telah diberi mantra oleh sang Sulinggih. Sebelum memasuki pura maupun sesaat akan sembahyang.

Kitab Siva Purana menyebutkan, diantara penyucian, penyucian dengan air dianggap paling baik. Salah satu lontar di Bali menyebutkan, diantara penyucian dengan air, penyucian dengan air lautlah paling utama. Itu sebabnya memandikan arca dewa biasanya di laut, terutama menjelang Nyepi. Hal ini pula dosa-dosa para pendosa dapat dilebur dengan penyucian di laut. Penyucian pendosa yang paling utama dengan menenggelamkan pendosa hingga mati di laut disertai ritualnya, sayangnya penyucian ini telah ditiadakan, hanya disimbolkan.

Penyucian dengan Mantra

Penyucian ini biasanya dengan menyucikan kedua telapak tangan dengan mantra. Sebenarnya pada bagian penyucian ini ditambah lagi penyucian diri dengan penghormatan kepada pertiwi dan angkasa. Penyucian ini biasa dilakukan sang Sulinggih dengan membolak-balikan tangan yang bertujuan untuk memuliakan ibu dewi pertiwi dan bapa angkasa. Dalam masyarakat umum disederhanakan dengan penyucian menggunakam bunga atau sam-sam (beras berisi kunyit). Mantra penyucian tangan dengan bunga; Om rapatastra ya namah swaha.

Penyucian menggunakan bunga, sam-sam, maupun membolak-balikan telapak tangan, kemungkinannya menggantikan penyucian dengan tanah (pertiwi) dan angkasa. Oleh karena itulah dalam prakteknya di Bali tidak ditemukan penyucian dengan tanah. Paling barter penyucian ini digantikan dengan abu dupa dioleskan di dahi setelah sembahyang.

Penyucian dengan Udara

Tahap selanjutnya menyucikan diri dengan udara, dalam Yoga disebut Pranayama. Proses penyucian ini sangat penting karena tujuan dari penyucian ini adalah menyucikan sang roh. Dikatakan, 'Melakukam puja tanpa pranayama akan sia-sia'. Proses pranayama dibagi menjadi tiga; puraka (menarik nafas), mantranya Om Ang Namah. Kumbhaka (menahan nafas), mantranya Om Ung Namah. Dan recaka (mengeluarkan nafas), mantranya Om Mang Namah. Lalu tahan sejenak, dan ulangi minimal tiga kali.

Penyucian dengan Api

Dalam masyarakat penyucian dengan api kedengarannya asing meski sebenarnya biasa dilakukan oleh masyarakat. Penyucian ini dilakukan dengan 'ngayabang' api dupa ke arah tubuh.

Memperhatikan tata cara penyucian diri yang demikian lengkap, kita tidak perlu heran dengan agama tetangga yang hanya berwudu; menyucikan diri dengan air. Pernah ada teman Hindu di media sosial membanggakan wudhu, padahal itu hanya sebagian kecil dari apa yang diajarkan tradisi Veda untuk menyucikan diri.

Selain mimpi nyerempet ke pakaian, juga berkaitan dengan persembahan dan pemujaan. Kronologinya sebagai berikut:

Saya melihat bapak saya berada di barat laut rumah. Disana ada penjor berisi sanggah cucuk. Beliau menghaturkan canang sari disana. Samar-samar saya mendengar bapak saya nguncarang mantra Veda untuk dewi Saraswati.
'Ya ya.. kok saya gak pernah menghaturkan canang sari disana ya! Berarti selama ini saya kurang menghaturkan persembahan' lirih hatiku.

Lalu saya berjalan hendak ke rumah, dan bertemu tante S. Dia mau belanja. Sesaat kemudian saya masuk ke kamar tidur. Begitu membuka pintu saya kaget luar biasa. Di kamar saya ada anjing putih besar. Meski saya takut tetapi lebih takut anjing itu. Dia hendak keluar pintu saat saya sudah di tengah. Begitu anjing itu keluar di pintu, saya tendang perutnya sampai melambung jauh. Untung ada lemari kayu menghalangi, kalau tidak begitu bisa terbang sampai ke jalan saking kerasnya tendangan saya. Anjing itu lalu kabur ke timur. Tante S bilang, anjing itu punya Guru B, suaminya.

Saya masuk ke kamar suci yang ada di sebelah kamar saya, siapa tahu ada yang dimakan atau dirusak disana. Dan bersyukur tidak ada. Saya hanya melihat ada beberapa gelas kosong disana. Lalu saya keluar rumah dan saya melihat Guru Tole di halaman rumah. 'Tidak ada yang dimakan anjing itu. Guru yang jaga kok!' Ujarnya tersenyum.

Saat tersadar dari mimpi saya tertawa ringan teringat bagaimana saya menendang anjing sebegitu kerasnya. Sampai anjing itu melambung tinggi. Mimpi tersebut sarat makna. Dengan mengingat apa yang saya lakukan kemarin saat sembahyang, saya langsung paham maksudnya.

Berdasarkan kronologinya dapat ditafsirkan sebagai berikut: Bapak saya melambangkan Bhatara Hyang Guru bermaksud memberi petunjuk ke saya bahwa selama ini ada yang kurang pemujaannya yaitu pemujaan kepada dewi Saraswati. Memang saya di rumah tidak ada pemujaan kepada ibu Saraswati sedangkan di Kos rutin bila di Denpasar meski di rumah juga terdapat perpustakaan mini. Saya lupa akan hal ini.

Masuk ke kamar bertemu anjing melambangkan datangnya Kala. Kala yang dimaksud miliknya Bhatara Hyang Guru. Bisa juga diartikan saya kena Kalan Bhatara Guru (murkanya bhatara guru). Hal itu terjadi karena saya juga kurang mempersembahngkan persembahan kemarinnya. Biasanya 10 tetapi malam kemarinnya cuma 5. Hal itu karena kekurangan canang sari sehingga saya tidak menghaturkan persembahan di pelangkiran kamar saya, kamar suci, dan tugun karang di barat laut. Itulah sebabnya saya mimpi berada di barat laut rumah, lalu masuk ke kamar, kemudian ke kamar suci.

Meski datang Kala namun saya tidak kenapa-kenapa karena berhasil menendang anjingnya. Selain itu karena dilindungi Bhatara Kawitan menyamar menjadi om saya, om Tole, karena om saya menjadi tapakan dewa Ratu Bagus Biing Celagi (kawitan saya).

*Mimpi itu menjadi suatu sarana komunikasi dengan dewa bila mampu menterjemahkan makna-maknanya. Mimpi tersebut mimpi waktu hari sabtu semasih ada di rumah. Namun entah kenapa setelah itu saya tidak mimpi lagi. Apakah masih dimurka oleh bhatara ataukah akibat faktor beda rumah beda kamar?
Labels: catatan harian, diskusi Hindu

Thanks for reading Sembahyang Tidak Boleh Pakai Celana?. Please share...!

0 Komentar untuk "Sembahyang Tidak Boleh Pakai Celana?"
Back To Top