Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

Dijodohkan, Why Not?

Dari masa ke masa dikenal berbagai cara dalam menemukan pasangan hidup. Pada jaman dahulu, di kalangan penguasa terutama putra-putri raja biasanya bertemu pasangan hidup dengan sayembara yang diselenggarakan sang raja; siapa yang paling unggul dan memenuhi syarat yang telah ditentukan, dia berhak menikahi putri raja yang menjadi rebutan para pangeran dalam sayembara.

Dalam masyarakat yang bukan penguasa namun masih keturunan bangsawan cenderung mempersatukan putra-putri mereka dengan dijodohkan, salah satu tujuannya untuk mempertahankan kualitas keturunan mereka. Putra-putri mereka dianggap belum cukup bijak dalam memilih pasangan hidup, sehingga pernikahan atas dasar pilihan orang tua dianggap penting untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam memilih pasangan hidup.

Sedangkan di dalam masyarakat biasa, dominan bertemu pasangan hidup atas pilihan sendiri, dimana cinta mempertemukan mereka. Tak hanya cinta mempersatukannya, tak jarang nafsu seks yang membuat mereka menjalin pernikahan, bahkan perkawinan secara hina terjadi, dimana seorang gadis diperoleh dengan cara paksa, bahkan dinikahi setelah diperkosa. Hal seperti itu marak terjadi di dalam masyarakat modern, akan tetapi caranya lebih halus melalui hubungan pacaran, dimana seorang gadis dihamili terlebih dulu baru dinikahi. Dengan dalih membuktikan rasa cinta kemudian melakukan hubungan seksual diluar perkawinan. Hubungan seks diluar perkawinan sebenarnya sama dengan sudah melakukan perkawinan, akan tetapi termasuk perkawinan hina yaitu tanpa upacara perkawinan sehingga menyebabkan kekotoran dunia ’ngeletehin gumi’, terlebih lagi hingga melahirkan seorang anak.

Cara-cara memperoleh pasangan hidup di atas bisa dikatakan tidak ada yang lebih baik atau tidak baik, selalu ada kekurangan dan kelebihannya. Baik atau tidak baik tergantung bagaimana kita menerapkan dan menyikapinya, apakah diterapkan dengan bijak ataukah secara membabi buta. Demikian pula keadaannya mencari pasangan hidup dengan dijodohkan oleh orang tua, tak perlu menganggap hal ini sebagai cara usang atau ketinggalan jaman. Bahkan cara ini bisa lebih baik bila diterapkan dengan bijak.

Bagi orang tua yang ingin menjodohkan anaknya tentu harus mempertimbangkan beberapa hal untuk mencegah atau setidaknya mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan setelah pernikahan. Menurut hemat saya, ada tiga hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan;


Keserasian

Dalam membangun bahtera rumah tangga tentu keserasian sangat diperlukan untuk menciptakan kedamaian hati pasangan suami istri kelak. Yang tampan dipasangkan dengan yang cantik, yang jelek dengan si buruk rupa, anak dari keluarga berada berpasangan dengan keluarga berada.

Bisa juga pasangan yang timpang tetapi bisa saling mengisi, seperti anak lelaki yang agak jelek dipasangkan dengan gadis cantik tetapi dari keluarga yang ekonominya pas-pasan. Anak gadis yang rupanya biasa saja tetapi berpendidikan dipasangkan dengan anak laki-laki yang lebih cakep. Namun penting untuk diperhatikan, calon pasangan suami istri sebaiknya lebih cakep (cantik) pasangan perempuan dan lebih kaya keluarga dari pihak laki-laki. Sebab kecendrungan pria dan wanita berbeda, dimana pria lebih bahagia apabila memiliki pasangan yang cantik sedangkan wanita lebih bahagia apabila memiliki pasangan berharta atau kaya.

Perasaan

Apabila keserasian bisa terpenuhi, perasaan anak yang akan dijodohkan perlu menjadi bahan pertimbangan. Jangan sampai menjodohkan mereka yang sama sekali tidak memiliki perasaan suka maupun sayang. Namun biasanya, jika keserasian ada maka perasaan cinta tumbuh dengan sendirinya. Dengan kata lain keserasian akan membuat timbulnya rasa sayang di antara mereka.

Patemuan

Sebelum membicarakan perjodohan anak laki-laki dengan keluarga seorang gadis, perlu untuk mencari tahu kelahiran mereka masing-masing terlebih dulu untuk dipelajari perbintangannya. Jika sudah diketahui kelahirannya, pelajari perjodohan atau ‘patemuan’ mereka apakah dominan baik ataukah dominan buruknya. Jangan sampai memaksakan pernikahan anak-anak bila ternyata perjodohan mereka dominan buruknya. Maksud hati menginginkan yang terbaik malah menciptakan penderitaan bagi anak-anak dikemudian hari.

Kecocokan jodoh bisa diketahui melalui primbon yang diajarkan para leluhur. Ilmu kuno ini meski seakan ketinggalan jaman akan tetapi seiring perkembangan teknologi mulai dipelajari masyarakat modern,yang kemudian dapat diterima akal sehat. Ilmu kuno ini menghubungkan pengaruh tata surya sebagai bhuana agung terhadap perilaku manusia sebagai bhuana alit. Dalam ajaran Hindu, individu manusia merupakan replika dari alam semesta sehingga manusia dan alam semesta saling keterhubungan, oleh karenanya sifat-sifat seseorang dipengaruhi oleh planet-planet tertentu. Demikian pula dengan perjodohan, pertemuan hari kelahiran sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasangan suami istri, karena hari kelahiran di bawah pengaruh planet-planet yang ada di alam semesta.

>Uneg-uneg ini saya tulis terinspirasi dari cara keluargaku yang ingin menjodohkanku dengan seseorang. Sudah dua kali mau dijodohkan tetapi saya menolak, dan saat ini lagi mau dijodohkan dan tentunya mau dong karena ada perasaan juga sama gadis itu, setelah dipelajari ‘patemuan-nya’ sangat baik. Jika demikian keadaannya, dijodohkan, why not?
Labels: catatan harian, diskusi Hindu

Thanks for reading Dijodohkan, Why Not?. Please share...!

0 Komentar untuk "Dijodohkan, Why Not?"
Back To Top