Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

TIGA SIFAT ALAM

TIGA SIFAT ALAM


BAB 14
TIGA SIFAT ALAM

Jai: Nenek, kadang-kadang aku merasa malas, dan pada saat lain aku sangat aktif. Kenapa begitu?

Nenek: Kita semua memiliki sifat yang berbeda untuk melakukan sesuatu. Ada tiga jenis sifat (Guna). Ketiga jenis sifat itu adalah: sifat kebaikan (Sattva), sifat nafsu (Rajas), dan sifat kebodohan (Tamas). Kita di bawah pengaruh dari ketiga sifat itu. Kadang-kadang satu sifat lebih kuat daripada dua lainnya.

Sifat kebaikan membuat engkau damai dan bahagia. Dalam sifat ini engkau akan belajar kitab suci, tidak akan merugikan siapa pun, dan akan bekerja dengan jujur. Ketika engkau berada dalam sifat nafsu, engkau menjadi serakah untuk kekayaan dan kekuasaan. Engkau akan bekerja keras untuk menikmati kesenangan materi dan akan melakukan apapun untuk memenuhi keinginan egoismu. Ketika engkau berada dalam sifat kebodohan, engkau tidak bisa membedakan antara tindakan yang benar dan salah, dan akan melakukan tindakan dosa dan terlarang. Engkau menjadi malas dan ceroboh, kurang tertarik pada pengetahuan spiritual. (Gita 14,05-09).

Jai: Apakah tiga sifat ini mengendalikan kita, Nek, atau kita memiliki kendali atas apa yang kita lakukan?

Nenek: Sebenarnya, ketiga sifat itu pelaku semua tindakan. (Gita 3,27). Ketika kita berada di bawah pengaruh sifat kebaikan, kita berbuat baik dan benar; di bawah pengaruh sifat nafsu, kita lakukan tindakan egois dan di bawah pengaruh sifat kebodohan, yang kita lakukan hal buruk atau menjadi malas. (Gita 14,11-13). Kita harus mengatasi ketiga guna untuk mencapai pembebasan (Nirvāna). (Gita 14,20).

Jai: Akan seperti apakah kita ketika kita dapat mengatasi ketiga guna?

Nenek: Ketika kita mampu mengatasi ketiga guna, kita tidak terpengaruh oleh rasa sakit dan senang, kesuksesan dan kegagalan, dan kita memperlakukan semua orang seperti kita. Orang semacam itu tidak tergantung pada siapa pun kecuali Tuhan.

Jai: Pasti sangat sulit mengatasi ketiga sifat itu. Bagaimana aku bisa mengatasi ketiga Guna itu, nek?

Nenek: Untuk mengatasi ketiga Guna tidaklah mudah, tapi bisa dilakukan dengan usaha. Jika engkau berada di bawah pengaruh sifat kebodohan atau kemalasan, engkau harus berhenti malas, berhenti menunda-nunda apa yang seharusnya engkau lakukan, dan mulai membantu orang lain. Ini akan membawa engkau ke sifat kebaikan. Jika engkau berada di bawah sifat nafsu, engkau harus berhenti bersikap egois dan serakah dan membantu orang lain. Ini akan membawamu ke sifat kebaikan. Setelah mencapai sifat kebaikan, engkau bisa mengatasi ketiga Guna dengan pengabdian kepada Tuhan. Krishna berkata: Orang yang melayani Aku dengan cinta dan kesetiaan mengatasi ketiga Guna dan bisa menyadari adanya Tuhan. (Gita 14,26).

Berikut adalah sebuah cerita tentang sifat dari tiga Guna.


18. Tiga Perampok di Jalan

Ada seorang laki-laki sedang melewati hutan ketika tiba-tiba tiga perampok menyerang dan merampoknya.
Salah seorang perampok lalu berkata, "Apa gunanya membiarkan orang ini hidup?"
Dia sudah hampir membunuhnya dengan pedang ketika perampok kedua menghentikannya, dan berkata: "Apa gunanya membunuh dia? Ikat dia ke sebatang pohon dan tinggalkan."

Para perampok mengikatnya ke sebatang pohon dan pergi.

Setelah beberapa saat, perampok ketiga kembali menemui orang yang terikat itu dan berkata: "Aku menyesal, apakah kau terluka? Aku akan melepaskanmu."

Setelah melepaskannya, si perampok berkata: "Mari ikut aku. Aku akan membawamu ke jalan umum."

Setelah beberapa lama, mereka tiba di jalan. Lalu orang itu berkata kepada perampok ketiga: "Pak, Bapak telah sangat baik kepadaku. Mari ikut aku ke rumahku."

"Oh tidak!" Jawab si perampok, "Aku tidak bisa pergi ke sana. Polisi akan tahu."

Hutan bisa diandaikan dunia ini. Ketiga perampok adalah tiga Guna: kebaikan, nafsu dan kemalasan. Inilah yang merampok kesadaran diri kita. Kemalasan ingin menghancurkan kita. Nafsu mengikat kita pada dunia. Kebaikan membebaskan kita dari cengkeraman nafsu dan kemalasan. Di bawah perlindungan kebaikan, kita diselamatkan dari amarah, nafsu, ketamakan dan kemalasan. Kebaikan juga melonggarkan ikatan dunia. Tetapi kebaikan juga seorang perampok. Tidak dapat memberi kita pengetahuan yang sejati tentang Tuhan. Kebaikan hanya dapat menunjukkan jalan menuju ke rumah Tuhan kepada kita.  Kita harus mengatasi ketiga Guna dan mengembangkan cinta pada Tuhan.

Bab 14 Ringkasan: Alam menempatkan kita ke dalam tiga sifat untuk melaksanakan tugasnya melalui kita. Sebenarnya, semua kegiatan dilakukan oleh ketiga Guna ini. Kita bukan pelaku, tapi kita bertanggung jawab atas tindakan kita, karena kita diberi pikiran dan kebebasan untuk memutuskan dan memilih antara tindakan yang benar dan salah. Engkau dapat melepaskan diri dari pengaruh ketiga Guna dengan upaya yang tulus, pengabdian kepada Tuhan dan rahmat-Nya.


CIPTAAN DAN SANG PENCIPTA

CIPTAAN DAN SANG PENCIPTA


BAB 13
CIPTAAN DAN SANG PENCIPTA

Jai: Nek, aku bisa makan dan tidur dan berpikir dan berbicara dan berjalan dan berlari dan bekerja dan belajar. Bagaimana tubuhku tahu cara melakukan semua ini?

Nenek: Seluruh dunia, termasuk tubuh kita, terbuat dari lima unsur dasar atau materi. Unsur-unsur ini adalah: tanah, air, api, udara, dan eter atau elemen tak terlihat. Kita memiliki sebelas indera: lima indera perasa (hidung, lidah, mata, kulit, dan telinga); lima organ tindakan (mulut, tangan, kaki, dubur, dan uretra), dan pikiran. Kita mencium bau melalui hidung, rasa melalui lidah kita, melihat melalui mata, merasakan sentuhan melalui kulit, dan mendengar melalui telinga kita. Kita juga memiliki perasaan dimana kita bisa merasakan sakit dan senang. Semua ini memberikan tubuh kita apa yang dibutuhkan untuk bekerja. (Gita 13.05-06) Roh atau Atmā di dalam tubuh kita juga disebut Prāna. Prāna memberikan kekuatan pada tubuh untuk melakukan semua kegiatan. Ketika Prāna meninggalkan tubuh, maka kita mati.

Jai: Nenek mengatakan Tuhan adalah pencipta alam semesta. Bagaimana kita tahu ada pencipta atau Tuhan?

Nenek: Pasti ada pencipta di balik setiap ciptaan, Jai. Seseorang atau suatu kekuasaan membuat mobil yang kita kendarai dan rumah yang kita tinggali. Seseorang atau suatu kekuasaan menciptakan matahari, bumi, bulan dan bintang-bintang. Kita sebut orang atau kekuatan itu Tuhan atau pencipta alam semesta ini.

Jai: Jika segala sesuatu memiliki pencipta, lalu siapa yang menciptakan Tuhan?

Nenek: Ini pertanyaan yang sangat bagus, Jai, tetapi tidak ada jawabannya. Tuhan selalu ada dan akan selalu ada. Tuhan adalah asal dari segala sesuatu, tetapi Tuhan tidak memiliki asal usul. Ya Tuhan adalah sumber dari segala sesuatu, tetapi Dia tidak memiliki sumber!

Jai: Lalu, seperti apakah Tuhan, nek? Bisakah nenek menggambarkan-Nya?

Nenek: Tidak mungkin untuk menggambarkan Tuhan secara langsung. Yang Mahatinggi hanya dapat digambarkan dengan perumpamaan, dan tidak ada cara lain. Tangan, kaki, mata, kepala, mulut, dan telinga-Nya ada di mana-mana. Ia dapat melihat, merasakan, dan menikmati tanpa organ fisik. Dia tidak memiliki tubuh seperti kita. Tubuh dan indera-Nya ada di luar dunia ini. Dia berjalan tanpa kaki, mendengar tanpa telinga, melakukan semua pekerjaan tanpa tangan, mencium bau tanpa hidung, melihat tanpa mata, berbicara tanpa mulut, dan menikmati semua rasa tanpa lidah. Kegiatan-Nya begitu mengagumkan. Kebesaran-Nya tak terlukiskan. Tuhan hadir di mana-mana sepanjang waktu, sehingga Dia sangat dekat (tinggal di hati kita) serta jauh di alam-Nya. Dia adalah pencipta (Brahmā), pemelihara (Vishnu) dan pelebur (Shiva), semua dalam satu. (Gita 13.13-16). Cara terbaik untuk mengilustrasikan mengapa tidak ada yang dapat menggambarkan Tuhan (Gita 13,12-18) adalah dengan cerita tentang boneka garam.


16. Boneka Garam

Suatu kali, sebuah boneka garam pergi untuk mengukur kedalaman laut sehingga ia dapat menceritakan kepada yang lain seberapa dalam lautan itu. Tapi pada saat masuk ke air, ia mencair sehingga tidak ada yang bisa melaporkan kedalaman laut. Sama seperti itulah mengapa tidak mungkin bagi siapapun untuk menggambarkan Tuhan. Setiap kali kita berusaha, kita melebur menyatu dengan lautan realitas-Nya yang misterius. Kita tidak bisa menggambarkan Brahman. Dalam Samādhi kita dapat mengetahui Brahman, tetapi dalam penalaran dan intelek pengetahuan ini hilang sama sekali. Ini berarti orang tidak dapat mengingat pengalamannya semasa Samādhi. Seseorang yang mengetahui Brahman akan menjadi Brahman (Gita 18,55) dan tidak dapat menjelaskannya, sama seperti boneka garam mencair ke laut dan tidak bisa melaporkan kedalaman laut. Mereka yang bicara tentang Tuhan tidak memiliki pengalaman nyata. Demikianlah, Brahman hanya dapat dialami dan dirasakan.

Jai: Lalu bagaimana kita dapat mengetahui dan memahami Tuhan?

Nenek: Engkau tidak dapat mengenal Tuhan dengan pikiran dan intelek. Dia dapat diketahui hanya dengan keyakinan dan kepercayaan. Ia juga dapat dikenal dengan kesadaran tentang diri sejati. Tuhan yang satu dan sama hidup di dalam tubuh semua mahluk sebagai Roh dan mendukung kita. Itulah sebabnya mengapa kita tidak boleh menyakiti siapa pun dan harus memperlakukan semua orang sama. (Gita 13,28).  Melukai orang lain sama seperti menyakiti Atmā kita sendiri. Atmā di dalam tubuh adalah saksi, pemandu, para pendukung, para penikmat, dan pengendali dari semua peristiwa. (Gita 13,22)

Jai: Apa perbedaan antara pencipta dan ciptaan-Nya?

Nenek: Dari sudut pandang non-dualistik, tidak ada perbedaan antara keduanya. Perbedaan antara pencipta dan ciptaan seperti perbedaan antara matahari dan sinar matahari. Mereka yang memiliki kesadaran diri benar-benar memahami perbedaan antara pencipta dan ciptaan-Nya dan memiliki kesadaran akan Tuhan. (Gita 13,34). Seluruh alam semesta adalah perluasan-Nya, dan segala sesuatu adalah Dia. Tuhan adalah pencipta dan ciptaan-Nya, pelindung dan yang dilindungi, perusak dan yang dihancurkan. Dia ada di dalam kita, di luar kita, dekat, jauh, dan di mana-mana.

Jika berkat Tuhan datang kepadamu, Dia akan memberi tahu siapa engkau sesungguhnya dan apa engkau sebenarnya. Berikut ini adalah cerita bagaimana Jiva Agung menjadi jiva individu (jiva), lupa pada sifatnya yang sebenarnya dan mencoba untuk mengetahui sifatnya yang sebenarnya. (Gita 13,21)


17. Seekor Harimau Vegetarian

Suatu kali seekor harimau betina menyerang kawanan domba. Dia sedang hamil dan sangat lemah. Ketika ia melompat menyerang mangsanya, ia melahirkan seekor bayi harimau dan mati beberapa jam kemudian. Bayi harimau dibesarkan oleh domba. Domba makan rumput, sehingga bayi harimau mengikuti cara mereka. Ketika domba mengembik, bayi harimau juga ikut mengembik seperti domba. Bayi harimau itu berangsur-angsur tumbuh menjadi harimau besar. Suatu hari, harimau lain menyerang kawanan domba yang sama. Harimau itu terkejut melihat ada harimau pemakan rumput di kawanan domba tersebut. Harimau liar itu menyerang si harimau pemakan rumput yang kemudian mulai mengembik seperti domba. Harimau liar menyeretnya ke dalam air dan berkata: "Lihatlah wajahmu di dalam air. Kau sama seperti aku. Ini ada sedikit daging. Makanlah" kata harimau liar sambil menaruh sepotong daging ke mulut harimau vegetarian itu.
Namun harimau vegetarian tidak mau menerimanya dan mulai mengembik lagi. Secara perlahan, ia merasakan darah dari daging yang dijejalkan ke mulutnya dan mulai menyukainya.

Kemudian harimau liar berkata: "Sekarang kau tahu, tidak ada perbedaan antara kau dan aku. Ikuti aku ke dalam hutan."

Kita selalu berpikir bahwa kita adalah tubuh ini yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita bukanlah tubuh ini. Kita adalah Roh yang sangat berkuasa dalam tubuh.

Bab 13 Ringkasan: Tubuh kita seperti sebuah miniatur alam semesta. Tubuh terdiri dari lima elemen dasar dan didukung oleh Roh. Setiap ciptaan harus memiliki pencipta atau kekuatan kreatif di baliknya. Kekuatan itu kita sebut dengan berbagai nama seperti Krishna, Shiva, Ibu, Ayah, Ishvara, Allah, Tuhan, Jehovā, dll. Tuhan tidak dapat diketahui, dilihat, digambarkan, atau dipahami oleh pikiran manusia. Pencipta sendiri telah menjadi ciptaan seperti kapas menjadi benang, kain, dan pakaian. 
JALAN PENGABDIAN

JALAN PENGABDIAN


BAB 12
JALAN PENGABDIAN

Jai: Haruskah kita berdoa atau bermeditasi setiap hari, nek, atau hanya pada hari Minggu, atau hari tertentu?
Nenek: Anak-anak harus melakukan beberapa bentuk pemujaan, doa, atau meditasi setiap hari. Kebiasaan yang baik harus dibentuk lebih awal.

Jai: Nenek bilang bahwa Tuhan tidak berwujud dan juga berwujud. Apakah aku harus memuja Tuhan dalam wujud Rāma, Krishna, Shiva, Durgā atau haruskah aku menyembah Tuhan yang tak berwujud?

Nenek: Arjuna menanyakan kepada Krishna pertanyaan yang sama dalam Gita. (Gita 12.01) Krishna mengatakan kepada Arjuna bahwa pemujaan Tuhan dengan wujud dengan kepercayaan, lebih mudah dan lebih baik bagi kebanyakan orang, terutama bagi pemula. Tapi pemuja sejati memiliki kepercayaan dalam segala sesuatu: Tuhan yang tak berwujud dan Tuhan yang berwujud seperti Rāma, Krishna, Hanumāna, Shiva, dan Ibu Ilahi Kali, Durgā.

Jai: Bagaimana caraku menyembah, nek?

Nenek: Pergi ke ruang Poojā, altar atau ruang meditasi sebelum berangkat ke sekolah dan berdoalah. Duduk tegak, tutup mata, ambil napas lambat dan dalam beberapa kali, ingat IshtaDeva-mu dan mintalah berkat-Nya. Fokuskan pikiranmu pada IshtaDeva-mu dengan mata tertutup. Ini disebut meditasi. Engkau bisa juga mengulang mantra seperti 'OM' atau ”Rām, Rām, Rām, Rām, Rām’ dalam hati, beberapa kali. 
Jai: Ketika aku mulai bermeditasi, aku tidak bisa memusatkan pikiranku, nek. Pikiranku mulai pergi ke mana-mana. Apa yang harus aku lakukan?

Nenek: Jangan khawatir, bahkan ini terjadi pada orang dewasa. Cobalah untuk berkonsentrasi atau fokus lagi dan lagi. Dengan latihan, engkau akan dapat memusatkan pikiranmu dengan baik, tidak hanya pada Tuhan, tetapi juga pada bahan pelajaran. Ini akan membantumu mendapatkan nilai bagus. Engkau juga dapat berdoa kepada Tuhan dan mempersembahkan buah-buahan, bunga kepada IshtaDeva-mu dengan kasih dan tulus. Juga, ingat Tuhan pemberi ilmu pengetahuan, seperti Ganesha, Hanumāna atau Ibu Sarasvati sebelum memulai pelajaranmu. Jangan egois. Bekerja keraslah. Terima hasil pekerjaanmu tanpa menjadi marah dengan hasil yang buruk. Cobalah untuk belajar dari kegagalanmu. Jangan pernah menyerah dan perbaiki dirimu sendiri.

Jai: Itukah semua yang harus aku lakukan, nek? Apakah Krishna mengatakan hal lain?

Nenek: Engkau juga harus mengembangkan kebiasaan yang baik seperti mematuhi orang tuamu, membantu orang lain yang membutuhkan, tidak menyakiti siapa pun, bersikap ramah terhadap semua orang, meminta maaf jika engkau menyakiti siapa pun, menjaga pikiranmu agar tetap tenang, bersyukur kepada mereka yang telah membantumu dan mengucapkan terima kasih. Tuhan mengasihi dan membantu orang-orang yang bertindak dengan cara ini. Orang-orang seperti ini disebut Bhakta. (Gita 12,13-19).  Jika engkau tidak memiliki salah satu kebiasaan baik ini, berusaha keraslah untuk mengembangkannya. (Gita 12,20)

Jai: Apakah mungkin bagi seorang anak untuk menjadi seorang Bhakta?

Nenek: Nenek sudah ceritakan kisah Dhruva. Sekarang nenek akan menceritakan kisah tentang anak lain, seorang Bhakta. Namanya Prahlāda.


15. Bhakta Prahlāda

Hiranyakasipu adalah raja raksasa. Dia melakukan praktek spiritual dengan sangat keras, dan Deva Brahmā memberinya anugrah bahwa ia tidak dapat dibunuh oleh manusia atau binatang. Anugrah ini membuatnya sombong, dan dia menteror ke tiga dunia, mengatakan bahwa tidak ada Tuhan lain selain dirinya dan semua orang harus menyembah-Nya.

Dia punya seorang putra bernama Prahlāda, seorang anak religius yang selalu menyembah Tuhan Vishnu. Ini membuat ayahnya sangat marah, ia ingin menghilangkan pemikiran Vishnu dari pikiran anaknya, sehingga ia menyerahkan anaknya kepada seorang guru yang sangat keras untuk melatih dia untuk hanya menyembah Hiranyakasipu sebagai Tuhan dan bukan menyembah Vishnu.

Prahlāda tidak hanya menolak untuk mendengarkan sang guru, tetapi mulai mengajar siswa lain untuk menyembah Vishnu. Gurunya sangat marah dan melaporkan kepada Raja.

Sang Raja berlari ke kamar anaknya, dan berteriak, "Aku mendengar kau telah menyembah Vishnu!"

Dengan gemetar, Prahlāda berkata pelan, "Ya ayah."

"Berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan melakukannya lagi!" kata raja.

"Aku tidak bisa menjanjikan itu ayah" Prahlāda langsung menjawab.

"Kalau begitu aku akan membunuhmu," teriak Raja.

"Tidak bisa, kecuali diinginkan DevaVishnu," jawab si anak.

Sang Raja mencoba semua kekuatannya untuk merubah pikiran Prahlāda, tapi tak satupun berhasil.

Ia kemudian memerintahkan para pengawal untuk melemparkan Prahlāda ke laut, berharap agar Prahlāda takut dan berjanji untuk tidak lagi menyembah Vishnu. Tapi Prahlāda tetap setia pada Vishnu dan terus berdoa kepada-Nya dalam hatinya dengan cinta dan kesetiaan. Penjaga mengikatnya ke sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam laut. Atas rahmat Tuhan, batu itu terjatuh dan Prahlāda mengapung kepermukaan air dan terdampar di pantai dengan selamat. Dia terkejut melihat Vishnu di pantai.
Vishnu tersenyum padanya dan berkata, "Mintalah padaku apa saja yang engkau inginkan."

Prahlāda menjawab, "Aku tidak ingin kerajaan, kekayaan, surga, atau umur panjang. Aku hanya ingin kekuatan untuk selalu mencintai-Mu dan tidak pernah mengubah pikiranku menjauh dari-Mu."

Vishnu mengabulkan keinginan Prahlāda.

Ketika Prahlāda kembali ke istana ayahnya, raja tertegun melihatnya masih hidup.

"Siapa yang mengeluarkanmu dari laut?" raja bertanya.

"Deva Vishnu," kata si anak, polos.

"Jangan sebut nama itu dihadapanku," teriak ayahnya. "Di mana Deva Vishnu-mu? Tunjukkan dia padaku," ia menantang.

"Dia di mana-mana," jawab si anak.

"Bahkan dalam pilar ini?" Tanya Raja."

"Ya, bahkan di pilar ini!" Jawab Prahlāda yakin.
"Kalau begitu suruh dia muncul di depanku dalam bentuk apapun yang ia inginkan," seru Hiranyakasipu dan memecahkan pilar itu dengan senjata besinya.

Tiba-tiba melompat keluar dari dalam pilar satu mahluk bernama Narasinga, yang setengah manusia dan setengah singa. Hiranyakasipu, berdiri tak berdaya di hadapannya. Takut, ia berteriak minta tolong, tetapi tidak ada yang datang menolongnya.

Narasinga mengangkat Hiranyakasipu dan meletakkannya di pangkuannya, di mana tubuhnya dirobek-robek. hingga menemui ajalnya.

Tuhan memberkati Prahlāda karena kepercayaannya yang mendalam. Setelah kematian Hiranyakasipu, para raksasa itu hancur, dan Deva mengambil alih dunia sekali lagi dari raksasa. Sampai hari ini, nama Prahlāda dimasukkan diantara pemuja besar.

Bab 12 Ringkasan: Jalan kesetiaan pada Tuhan sangat mudah dilatih. Jalan ini terdiri dari pemujaan pada para Deva setiap hari, mempersembahkan buah-buahan dan bunga, menyanyikan lagu pujian (Bhajan) untuk memuji kemuliaan Tuhan, dan mengembangkan kebiasaan baik tertentu.


VISI TUHAN

VISI TUHAN


BAB 11
VISI TUHAN

Jai: Nenek bilang kita dapat mengetahui sedikit tentang Tuhan. Apakah mungkin bagi orang untuk melihat Tuhan, nek?

Nenek: Ya, Jai. Tapi tidak dengan mata fisik kita. Tuhan tidak memiliki tangan dan kaki seperti yang kita miliki dalam dunia kita. Tetapi ketika Tuhan senang dengan pelayanan tanpa pamrih dan pengabdian kita (Sevā) Dia mungkin muncul dalam suatu penglihatan dalam mimpi. Dia dapat menunjukkan diri-Nya dalam bentuk apa pun, atau dalam bentuk Deva pribadi seseorang (IshtaDeva).

Jai: Apakah ada cara lain untuk melihat Tuhan?

Nenek: Cara terbaik untuk melihat Tuhan adalah dengan merasakan kehadiran-Nya dalam segala sesuatu karena segala sesuatu adalah bagian dari Tuhan. Seorang yogi melihat seluruh dunia sebagai perluasan Tuhan. Semuanya hanyalah bentuk lain dari Tuhan. Mengetahui hal ini, kita dapat melihat Tuhan di sekitar kita. Seluruh alam semesta adalah Tuhan, dan kita adalah anak-anak dan alat-alat-Nya. (Gita 11,33). Tuhan memakai kita untuk melakukan pekerjaan-Nya. Dia ada di dalam diri kita semua.

Berikut ini adalah cerita tentang Tuhan yang selalu bersama kita, tetapi kita tidak dapat melihat-Nya dengan mata fisik kita. (Gita 11,08)
14. Tuhan Selalu Bersamamu

Seorang laki-laki ingin merokok dan pergi ke rumah tetangganya untuk menyalakan api arang. Saat itu  tengah malam, dan pemilik rumah sedang tidur. Setelah ia mengetuk pintu beberapa kali, akhirnya tetangganya turun untuk membuka pintu.

Ketika tetangganya melihat orang itu, ia bertanya, "Apa yang terjadi?"

Orang itu menjawab," Apa kau tidak bisa menebak? Kau tahu aku suka merokok. Aku datang ke sini untuk minta api untuk menyalakan arangku."

Tetangganya berkata," Ha! Ha! Kau memang tetangga yang baik! Kau bersusah payah datang dan mengetuk pintu di tengah malam untuk menyalakan arang! Padahal kau membawa lentera yang menyala!"

Apa yang kita cari sangat dekat dan semua di sekitar kita. Semuanya adalah Tuhan dalam bentuk yang berbeda. Segala ciptaan-Nya ada didalam wujud-Nya yang maha besar!
Cara lain untuk melihat Tuhan adalah dengan mengembangkan pengabdian dan kualitas yang baik. Krishna berkata bahwa jika kita tidak memiliki keterikatan, keinginan egois, kebencian, permusuhan, atau kekerasan terhadap semua mahluk, kita dapat mencapai dan melihat Tuhan. (Gita 11,55)

Jai: Adakah orang yang melihat Krishna sebagai Tuhan?

Nenek: Ya, banyak orang-orang suci dan orang-orang bijak telah melihat Tuhan Krishna dalam berbagai bentuk. Ibu Yashodā melihat bentuk kosmik Krishna. Arjuna juga ingin melihat Krishna sebagai Tuhan. Karena Arjuna adalah jiva besar dan teman yang sangat dikasihi Krishna, Tuhan menunjukkan bentuk kosmik-Nya. Arjuna melihat apa yang dijelaskan dengan sangat rinci dalam Bab 11 dari Gita.

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai bentuk kosmik Krishna yang dilihat Arjuna. Dia melihat seluruh dunia dengan segala Deva, orang suci, Deva Shiva, serta Deva Brahmā, duduk di teratai di tubuh Krishna. Tuhan memiliki banyak lengan, mulut, perut, wajah, dan mata. Tubuhnya tidak mempunyai awal atau akhir. Cahaya terang bersinar di sekeliling-Nya. Arjuna juga melihat semua sepupu-sepupunya, bersama dengan banyak raja-raja dan pejuang lainnya, dengan cepat masuk ke dalam mulut Tuhan yang menakutkan untuk dihancurkan. Bentuk kosmik Krishna ini sangat menakutkan untuk dilihat, sehingga Arjuna mohon agar Krishna kembali pada bentuk Vishnu berlengan empat, dengan sebuah mahkota, memegang sangka, cakra dan teratai di tangan-Nya. Krishna kemudian menunjukkan wujud Vishnu dengan empat lengan-Nya kepada Arjuna.

Setelah itu, Krishna menunjukkan wujud manusia-Nya yang tampan dan menghibur Arjuna yang ketakutan. Kemudian Arjuna menjadi damai dan normal lagi. Krishna mengatakan bahwa Ia dapat dilihat dalam wujud dengan empat lengan hanya melalui pengabdian. (Gita 11,54)

Bab 11 Ringkasan: Kita tidak dapat melihat Tuhan dengan mata manusia. Kita bisa melihat-Nya hanya dalam penglihatan batin (Samādhi). Kita juga dapat melihat-Nya di sekitar kita. Seluruh ciptaan-Nya tidak lain adalah tubuh sang pencipta, dan kita adalah bagian dari bentuk kosmis Tuhan.

Back To Top