Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

JALAN PENGINGKARAN

JALAN PENGINGKARAN


BAB 5
JALAN PENGINGKARAN

Jai: Sebelumnya, nenek sebutkan ada dua jalan. Jalan mana yang lebih baik bagi kebanyakan orang, nek, jalan kesadaran spiritual atau jalan pelayanan tanpa pamrih?

Nenek: Seseorang yang memiliki kesadaran KeTuhanan sejati percaya bahwa semua kerja dilakukan oleh energi alam dan ia bukan pelaku yang sebenarnya dari suatu tindakan. Orang semacam ini disebut Samnyāsi atau pengingkaran diri dan memiliki kesadaran diri sejati.

Seorang KarmaYogi bekerja tanpa mengharapkan hasil untuk dirinya dari pekerjaan yang dilakukannya. KarmaYoga mempersiapkan seseorang untuk menerima kesadaran diri sejati. (Gita 4,38, 5,06). Kesadaran diri sejati akan mengarah pada pengingkaran diri. Jadi pelayanan tanpa pamrih atau KarmaYoga membentuk dasar pengingkaran (Samnyāsa). Kedua jalan itu akhirnya mengarah kepada Tuhan. Krishna menganggap KarmaYoga lebih baik diantara kedua jalan karena lebih cepat dan lebih mudah bagi kebanyakan orang untuk diikuti. (Gita 5,02).

Jai: Bukankah kata pengingkaran biasanya berarti meninggalkan harta benda duniawi dan tinggal di sebuah Ashram atau di tempat sepi?

Nenek: Kata Samnyasa dalam arti sempit berarti membatalkan (atau menyerahkan) semua kepentingan pribadi, harta benda dan benda-benda duniawi. Tapi itu juga berarti hidup dalam masyarakat dan melayani masyarakat dengan melakukan satu tugas tanpa kepentingan pribadi apapun. Orang semacam ini disebut Karmā-Samnyāsi. Beberapa pemimpin spiritual, seperti Adi Sankarāchārya, memilih jalan pengingkaran diri dari semua harta duniawi sebagai jalur tertinggi dan tujuan hidup. Dia sendiri menjadi Samnyāsi ketika masih kecil. Krishna berkata: "Orang yang tercerahkan atau Samnyāsi (atau pertapa, atau orang yang telah meninggalkan semua kepentingan pribadi) melihat Tuhan di dalam semua. Orang semacam itu melihat orang terpelajar, orang buta huruf, orang kaya, yang miskin, orang buangan, bahkan seekor sapi, gajah, atau anjing dengan penglihatan yang sama. "(Gita 5,18)

Aku akan menceritakan kisah tentang seorang pemimpin rohani yang besar, pahlawan, guru, Samnyāsi dan pemikir besar. Namanya Adi Sankarāchārya. Seorang yang mendalami Gita berhutang kepadanya dengan penuh penghargaan dan rasa hormat.


5. Adi Sankarāchārya

Adi Sankarāchārya (atau Sankara) adalah penulis dan promotor non-dualistik sebuah filsafat Vedanta, yang menyatakan bahwa seluruh alam semesta tidak lain adalah Tuhan. Ia dilahirkan di negara bagian Kerala pada tahun 788 M. Pada usia delapan tahun, dia telah belajar ke empat Veda, dan pada usia dua belas tahun, sudah fasih dalam semua kitab-kitab Hindu. Dia diyakini sebagai Deva Shiva dalam wujud manusia.

Dia menulis banyak buku, termasuk komentar pada Bhagavad-Gita, Upanisad, BrahmaSutra dan banyak lainnya. Kitab Suci Bhagavad-Gita tersembunyi dalam Mahābhārata bab kedelapan sebelum Sankara membawanya kepada kita. Sankara mengambil Gita dari Mahābhārata, memberikan judul bab, dan menulis komentar pertama dari Gita dalam bahasa Sanskerta. Terjemahan Bahasa Inggris pertama dari Gita itu dilakukan oleh penguasa Inggris pada abad ke-19.

Sankara mendirikan empat ashram utama di berbagai penjuru India: di Shringeri, Badrināth, Dvārkā dan Puri. Dia menghentikan penyebaran Buddha terhadap Hindu dan mengembalikan Hindu ke kejayaan masa lalu. Menurut filsafat non-dualismenya, jiva individual (jiva) adalah Brahman (Tuhan), dan dunia adalah permainan Māyā, khayalan energy Brahmā. Ia jelas seorang yang telah mencapai tingkat kesadaran diri. Tetapi pada awalnya, ia memiliki perasaan dualitas, membedakan antara kasta tinggi dan rendah. Kepercayaannya yang mutlak pada Tuhan (Brahmā) tidak terlalu kuat di dalam hatinya. Suatu hari, ia pergi ke kuil Shiva di kota suci Banāras setelah mandi di sungai suci Gangā. Dia melihat seorang kasta rendah, seorang tukang daging, membawa beban daging. Tukang daging itu menghampirinya dan berusaha menyentuh kaki Sankara dengan hormat.

Sankara berteriak marah: "Pergi! Beraninya kau menyentuhku? Sekarang aku harus mandi lagi."

"Wahai Orang Suci," kata si tukang daging, "Aku tidak menyentuhmu, engkaupun tidak menyentuhku. Jiva yang murni bukanlah tubuh atau lima unsur pembentuk tubuh." (Penjelasan yang lebih rinci ada dalam Bab 13.)

Lalu Sankara melihat wujud Deva Shiva pada di tukang daging. Deva Shiva sendiri datang pada Sankara untuk menanamkan filsafat non-dualistik dalam dirinya. Sankara menjadi orang yang jauh lebih baik mulai hari itu karena kasih karunia Deva Shiva.

Kisah ini menggambarkan bahwa kesetaraan dengan semua mahluk sangat sulit untuk dilakukan sepanjang waktu. Untuk memiliki perasaan seperti itu seseorang harus benar-benar menyadari Tuhan atau seorang Samnyāsi yang sempurna.

Bab 5 Ringkasan: Krishna menyatakan bahwa pelayanan tanpa pamerih (atau pelayanan kemanusiaan tanpa terikat pada hasil) sebagai jalan terbaik bagi kebanyakan orang. Kedua jalan, baik jalan kesadaran diri maupun jalan pelayanan tanpa pamerih, mengarah ke kehidupan yang bahagia di bumi dan di Nirvāna setelah kematian. Samnyāsa tidak berarti meninggalkan harta benda duniawi. Tetapi berarti tidak melekat pada harta tersebut. Seseorang yang tercerahkan melihat Tuhan di dalam semua mahluk dan memperlakukan semua orang sama.
JALAN PENGINGKARAN DIRI DENGAN KESADARAN

JALAN PENGINGKARAN DIRI DENGAN KESADARAN

BAB 4
JALAN PENGINGKARAN DIRI DENGAN KESADARAN

Jai: Dalam Gita dijelaskan tentang kejadian di medan perang. Siapa sesungguhnya penulisnya nek?

Nenek: Ajaran Gita berusia sangat tua. Pertama diturunkan kepada Deva Surya oleh Sri Krishna. Setelah beberapa warsa, pengetauan ini hilang. Gita yang kita pelajari sekarang merupakan pelajaran yang diberikan Krishna kepada Arjuna, 5,100 tahun yang lalu.

Jai: Jadi Sri Krishna penulisnya?

Nenek: Ya, Sri Krishna adalah pengarang Gita. Disusun oleh Rsi Vayāsa yang juga menyusun ke empat Veda. Rsi Vayāsa memiliki kekuatan untuk melihat kejadian di masa lalu dan masa datang, tapi dia tidak bisa melakukan kedua pekerjaan yaitu mengingat Gita yang diturunkan Krisna dalam medan perang sambil menuliskannya. Dia memerlukan seseorang untuk menulisnya. Deva Ganesha, sang Deva kebijaksaan, menawarkan diri untuk menuliskannya.
                                                                                                                           
Gita yang pertama kalinya diterjemahkan dari puisi Sanskerta yang asli ke dalam prosa beserta penjelasannya dilakukan oleh Maha Guru Adi Sankarāchārya sekitar 800 tahun sebelum masehi.

Jai: Kenapa Sri Krishna sangat penting?

Sri Krishna adalah inkarnasi Tuhan yang ke delapan. Tuhan turun ke dunia mengambil wujud yang berbeda dari waktu ke waktu bila kejahatan mulai mengganggu ketentraman dunia. Tuhan datang untuk meluruskannya. Beliau juga mengirim para nabi dan guru untuk membantu manusia. Kelahiran dan kegiatannya nyata dan setiap inkarnasi Avatāra datang dengan tujuan yang pasti. Dalam Shrimad Bhāgavatam (atau Bhāgavad Purāna) dijelaskan secara rinci kesepuluh Avatāra Utama Tuhan. Buddha, Moses, Jesus, Mohammad dan para nabi yang lain dari berbagai kepercayaan juga termasuk inkarnasi Tuhan dalam ruang lingkup yang lebih kecil. Pada akhir jaman yang dikenal dengan Kali Yuga, inkarnasi Kalki akan datang dari masa depan yang sangat jauh.

Jai: Apakah Sri Krishna akan memberikan apapun yang kita minta dalam doa atau pemujaan?

Nenek: Ya, Sri Kirshna akan memberikan engkau apa yang engkau inginkan (Gita 4.11), seperti keberhasilan dalam studi, jika engkau memujanya dengan penuh kepercayaan. Seseorang boleh saja berdoa dan memuja Tuhan dengan segala macam nama dan bentuk. Bentuk yang diambil Tuhan disebut diety. Seseorang juga bisa memuja Tuhan tanpa bantuan bentuk.
Jai: Apakah kita masih harus belajar kalau ingin mendapat nilai bagus dalam ujian?

Nenek: Ya, engkau harus melakukan tugasmu. Lakukan yang terbaik kemudian berdoa. Tuhan tidak akan melakukannya untukmu. Engkau harus melakukan tugasmu. Tugasmu haruslah bebas dari keinginan mementingkan diri dan tidak menyakiti siapapun. Dengan demikian engkau akan terbebas dari ikatan Karmā.

Jai: Apa itu Karmā, nek?

Nenek: Karmā berasal dari kata Sanskerta yang berarti perbuatan. Karmā juga berarti hasil perbuatan. Kata 'Karmā' sering diucapkan salah yaitu 'Karmā'. Setiap perbuatan ada hasilnya yang disebut Karmā, bisa baik dan bisa buruk. Jika kita melakukan perbuatan hanya untuk kenikmatan kita saja, kita bertanggung jawab terhadap hasilnya. Jika perbuatan kita menyakiti seseorang, kita akan mendapat Karmā buruk, yang disebut juga dosa, dan kita akan menderita di neraka karenanya. Jika kita berbuat baik kepada orang, kita mendapat Karmā baik dan akan memperoleh pahala dan mendapat surga.

Karmā kita bertanggung jawab atas kelahiran kita apakah kita akan bahagia atau menderita yang merupakan hasil dari perbuatan kita. Karmā bisa diumpamakan kita mendepositkan uang yang berupa perbuatan baik dan buruk di bank. Kita tidak akan terlahir kembali bila semua Karmā kita sudah dilaksanakan. Kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian disebut kebebasan, Nirvāna, Moksha atau Mukti. Pada saat Mukti, seseorang akan menyatu dengan Tuhan.

Jai: Bagaimana kita bisa menghindari Karmā semasih hidup dan bekerja dalam masyarakat?

Nenek: Cara terbaik agar tidak mendapat Karmā adalah dengan tidak melakukan apapun untuk diri sendiri, tapi lakukan untuk kepentingan masyarakat. Ingatlah selalu bahwa alam melakukan semuanya, sesungguhnya bukan kita pelakunya. Jika kita sangat mempercayai hal ini dan bertindak sebagai abdi Tuhan, kita tidak akan mendapat Karmā, dan Karmā masa lalu kita akan terhapus dengan kesadaran diri sejati. Ketika semua Karmā habis, kita terbebas. Cara menyatu dengan Tuhan ini disebut tindakan tanpa mementingkan diri (KarmaYoga).

Jai: Bagaimana cara kita menghilangkan Karmā dari kelahiran sebelumnya?

Nenek: Ini pertanyaan yang sangat baik! Kesadaran diri sejati (atau Kesadaran Tuhan) sama seperti api yang menghanguskan semua Karmā masa lalu. (Gita 4.37). Tindakan tanpa mementingkan diri (KarmaYoga) mempersiapkan seseorang untuk menerima kesadaran diri sejati. Seorang KarmaYogi secara otomatis mendapatkan kesadaran diri sejati pada saatnya. (Gita 4.38). Seseorang dengan kesadaran diri sejati tentang dirinya dan Tuhan disebut orang dengan kesadaran diri atau berkesadaran Tuhan.

Jai: Adakah cara lain untuk mencapai kebebasan, nek?

Nenek: Ada Jai, ada beberapa cara untuk mencapai Tuhan. Cara ini disebut jalan spritual atau Sādhanā. Segala kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat disebut Yajna, Sevā atau pengorbanan. Jenis Yajna antara lain: (1) memberikan uang untuk tujuan yang baik, (2) bermeditasi, melakukan pemujaan dan yoga, (3) membaca kitab suci untuk mendapatkan kesadaran Tuhan, dan (4) mengontrol pikiran serta panca indera. (Gita 4.28)

Tuhan senang pada orang yang secara tulus melakukan salah satu dari Yajna ini dan berkenan memberikan hadiah yang berupa kesadaran diri untuk mencapai Tuhan. Orang yang demikian akan menjadi bahagia dan damai. (Gita 4.39).

Jai: Bagaimana dengan orang yang memuja lambang Tuhan setiap hari? Apakah mereka juga bisa menyatu dengan Tuhan?

Nenek: Ya, orang yang memuja lambang Tuhan dengan tulus akan menerima apapun yang dia inginkan. (Gita 4.11-12). Kebanyakan orang Hindu memuja Tuhan dengan bentuk yang disukainya untuk memenuhi keinginannya. Cara ini disebut jalan doa dan pemujaan. Ada sebuah cerita dalam kisah Mahābhārata tentang seorang KarmaYogi yang sangat berbakti dan merupakan murid ideal yang memuja gurunya untuk memperoleh yang diinginkannya.


4. Ekalavya, murid yang ideal

Guru Dronāchārya (atau Drona) adalah pengajar ilmu perang yang dipilih Kakek Bhishma untuk mengajar semua Kaurava dan Pāndava bersaudara. Beberapa pangeran lain juga belajar padanya. Drona sangat puas dengan pengabdian Arjuna dan dia berjanji pada Arjuna: "Aku akan mengajarmu agar menjadi pemanah terbaik di dunia".

Suatu hari seorang anak remaja bernama Ekalavya dari desa dekat Ashram datang kepada Guru Drona ingin belajar keahlian memanah. Dia mendengar dari ibunya tentang pemanah terbaik Dronāchārya, putra dari Rsi Bhāradvāja dan murid Rsi Parashurāma.

Ekalavya adalah seorang anak yang kesehariannya di hutan, berasal dari keluarga pemburu. Pada waktu itu, bahkan pada jaman ini, keluarga pemburu dianggap sebagai masyarakat rendah. Drona bingung bagaimana caranya mengajar pemuda dari keluarga pemburu dengan para putra mahkota. Jadi beliau memutuskan untuk tidak mengajarkan ilmu memanah pada anak ini, seraya berkata: "Nak, akan sangat sulit bagiku untuk mengajarmu. Engkau terlahir dengan keahlian pemanah. Kembalilah ke hutan dan berlatihlah dengan kemauan yang dalam. Engkau juga muridku. Semoga engkau menguasai ilmu memanah sesuai dengan keinginanmu."

Kata-kata Drona merupakan anugrah bagi Ekalavya. Dia mengerti keadaan dirinya dan yakin doa sang guru menyertainya. Dia membuat patung Dronāchārya dari tanah liat, menaruhnya di tempat terbaik di pondoknya, dan mulai memuja patung tersebut dengan hormat, dengan mempersembahkan bunga dan buah. Dia memuja patung gurunya setiap hari, berlatih memanah dan akhirnya menguasai ilmu memanah dengan sangat baik.

Ekalavya bangun pagi hari setiap hari, mandi dan melakukan pemujaan. Dia selalu mengenang kata-kata, tindakan dan ilmu Guru Drona yang dilihatnya di Ashram sang Guru. Dia dengan sangat yakin mengikuti perintah sang guru dan terus berlatih.

Sementara Arjuna secara langsung menguasai ilmu memanah dari Drona, Ekalavya mencapai tingkat keahlian yang sama dari jarak jauh. Kalau dia tidak mengerti salah satu tehnik memanah, dia akan segera mengahadap ke patung Drona, mengatakan masalahnya, dan menunggu dalam meditasinya sampai pertanyaannya terjawab. Kemudian dia melanjutkan latihannya.

Cerita Ekalavya membuktikan bahwa seseorang bisa mencapai apapun dalam hidup jika yakin dan bekerja keras mencapainya. Selanjutnya, diceritakan tentang pangeran Kaurava dan Pāndava pada suatu hari berburu di hutan. Ekalavya, seorang pemuda dengan kulit hitam, menggunakan baju dari kulit harimau dan kalung kulit kerang, sedang berlatih memanah dengan serius. Anjing pemburu yang menyertai para putra mahkota menggonggongnya. Mungkin dengan maksud memperlihatkan keahliannya, Ekalavya melepaskan tujuh anak panahnya ke rahang anjing yang sedang menggonggong dan semua anak panah tersebut menancap di mulut anjing itu. Anjing itu lari menuju tuannya.  Para putra mahkota sangat terkejut melihat keahlian orang yang memanah anjing itu. Mereka ingin tahu siapa pemanah tersebut.

Melihat hal ini, Arjuna, tidak hanya terkejut tapi juga khawatir. Dia ingin dikenal sebagai pemanah terbaik di seluruh dunia.

Para putra mahkota mulai mencari pemanah yang mampu memanah anjing mereka dalam waktu yang sangat singkat dan menemukan Ekalavya.

Arjuna berkata: "Keahlian memanahmu sangat luar biasa. Siapakah gurumu?"

"Guruku Dronāchārya," jawab Ekalavya dengan rendah hati.

Arjuna terkejut mendengar nama Drona. Benarkah? Dapatkah guru yang sangat dicintainya ini mengajarkan demikian banyak ilmu pada pemuda ini? Kalau benar, bagaimana dengan janji yang telah diucapkan gurunya kepadanya? Kapan Drona mengajar pemuda ini? Arjuna tidak pernah melihat Ekalavya di Ashram.

Ketika Drona mendengar cerita ini, dia ingat pada Ekalavya dan pergi menemuinya.

Drona berkata: "Engkau telah belajar dengan sangat baik nak. Aku sangat puas dengan hasilnya. Dengan pemujaan dan latihan, engkau telah mencapai hasil yang luar biasa baik. Semoga keberhasilanmu menjadi contoh bagi yang lainnya."

Ekalavya sangat bahagia dan berkata: "Terimakasih, oh Gurudeva! Aku juga muridmu. Kalau tidak, aku tidak yakin bisa mencapai keahlian seperti sekarang."

Drona berkata: "Jika engkau menerima aku sebagai gurumu, engkau harus membayar kewajiban setelah latihanmu selesai. Pikirkanlah."

Ekalavya dengan tersenyum berkata: "Apa yang perlu dipikirkan Guru? Aku muridmu dan gurulah guruku. Mohon katakan apa yang guru inginkan. Aku akan mempersembahkannya walaupun aku harus  mengorbankan nyawa untuk itu."

"Ekalavya, aku harus meminta pengorbanan yang sangat tinggi darimu untuk memenuhi janjiku kepada Bhishma dan Arjuna bahwa tidak seorangpun akan mampu menandingi Arjuna dalam hal memanah. Maafkan aku, nak! Bisakah engkau memberikan ibu jari tangan kananmu sebagai bayaranku?"

Ekalavya menatap Dronāchārya beberapa saat. Dia bisa memahami masalah Sang Guru. Dia kemudian berdiri, berjalan ke arah patung Drona dengan mantap, meletakkan jempol kanannya di atas sebuah batu, dan memotongnya dengan panah yang digenggam di tangan kirinya.

Drona merasa menyesal melihat luka yang diderita Ekalavya dan sangat tersentuh oleh pengabdiannya yang sangat besar. Drona memeluknya dan berkata: "Nak, kasihmu pada guru tak tertandingi. Aku sangat puas memiliki murid sepertimu. Tuhan selalu memberkatimu!"

Ekalavya mendapat kemenangan dalam kekalahan! Tanpa jempol kanan, ia tidak bisa lagi menggunakan busur dengan baik. Tapi dia melanjutkan berlatih menggunakan tangan kirinya. Dengan pengorbanan tertinggi, ia menerima kasih karunia Tuhan dan menjadi pemanah kidal terbaik. Ia membuktikan bahwa tidak ada yang bisa menghentikan upaya yang benar-benar tulus. Dengan tindakan dan perilaku, Ekalavya, menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kedudukan tidak ditentukan oleh masyarakat, tetapi oleh visi, kualitas pikiran dan hati.

Drona seorang guru besar, Jai. Tetapi ada banyak guru palsu di dunia yang akan mencoba untuk menipumu.

Jai: Apakah kita perlu seorang guru untuk mencapai Tuhan?

Nenek: Kita pasti butuh guru untuk belajar semua subjek, spiritual atau material. Tetapi untuk menemukan guru yang nyata tidak begitu mudah. Ada empat jenis guru: pertama - yang mengetahui suatu subjek (guru), kedua - guru palsu, ketiga - seorang Sad Guru dan ke-empat - Parama-Guru. Ada banyak guru palsu yang hanya berperan sebagai seorang guru. SadGuru adalah guru yang mempunyai kesadaran Tuhan dan sangat sulit ditemukan. Krishna disebut JagadGuru atau ParamaGuru, guru alam semesta.

Ketika engkau lulus dari perguruan tinggi dan memasuki kehidupan berkeluarga, engkau perlu menemukan seorang guru atau pembimbing rohani. Sementara itu, ikutilah kitab suci dan budaya dan jangan pernah menerima kekalahan dalam hidup.

Bab 4 Ringkasan: Tuhan turun ke dunia dari waktu ke waktu dalam wujud kehidupan untuk memperbaiki keadaan di bumi. Tuhan memenuhi keinginan orang-orang yang menyembah Beliau. Ada empat jenis praktek-praktek spiritual atau Yajna. Baik pelayanan tanpa pamrih maupun kesadaran diri sejati membebaskan jiva dari belenggu Karmā. Tuhan memberikan kesadaran diri untuk mereka yang melakukan pelayanan tanpa pamrih. Kesadaran diri membakar semua Karmā masa lalu kita dan membebaskan kita dari roda atau siklus kelahiran dan kematian.
KARMA-YOGA, JALAN TUGAS (PELAYANAN TANPA PAMRIH)

KARMA-YOGA, JALAN TUGAS (PELAYANAN TANPA PAMRIH)



BAB 3
KARMA-YOGA, JALAN TUGAS (PELAYANAN TANPA PAMRIH)

Jai: Mengapa kita harus mengendalikan keinginan kita, nek?

Nenek: Bila engkau memilih jalan yang salah (untuk mengejar kenikmatan), engkau harus menerima akibatnya. Itu sebabnya pekerjaan harus dilakukan untuk kesejahteraan semua dan bukan hanya untuk memuaskan keinginanmu atau untuk keuntungan pribadi. Seorang yang melakukan praktek KarmaYoga disebut KarmaYogi. Seorang KarmaYogi menemukan cara yang tepat untuk melayani dan menjadikan karyanya sebagai pemujaan. Dalam KarmaYoga, tidak ada pekerjaan yang lebih penting atau kurang penting daripada pekerjaan lain.

Jai: Paman Hari meninggalkan keluarga dan rumahnya dan pergi ke sebuah Ashram tahun lalu untuk mencari Tuhan. Apakah kita harus meninggalkan rumah untuk mencari Tuhan?

Nenek: Tidak. Dalam Gita, Krishna telah memberi kita jalan untuk menyadari adanya Tuhan. Jalan yang engkau pilih tergantung pada sifatmu. Secara umum, ada dua jenis orang di dunia: tipe pendiam (serius, introvert) dan tipe aktif. Untuk orang introvert seperti Paman Hari, jalan kesadaran rohani adalah yang terbaik. Pengikut jalan ini pergi ke guru spiritual atau seorang guru di mana mereka belajar kitab suci Veda di bawah bimbingan yang tepat. Di jalan ini, kita belajar siapa diri kita dan bagaimana kita dapat menjalani hidup bahagia dan damai.

Jai: Apakah kita harus membaca semua kitab suci untuk memahami dan menyadari Tuhan?
Nenek: Ada banyak kitab suci dalam agama kita, seperti 4 Veda, 108 Upanishad, 18 Purāna, Rāmāyana, Mahābhārata, berbagai Sutra dan banyak lainnya. Membaca semua sulit bagi kita. Krishna telah memberi kita semua yang perlu kita ketahui tentang Tuhan dalam Gita. Gita mengandung esensi dari semua Veda dan Upanishad untuk jaman modern ini.

Jai: Paman Puri adalah seorang petani dan tidak memiliki minat dalam mempelajari Gita. Dia mengatakan Gita sulit dan tidak untuk orang-orang biasa seperti dia. Jadi bagaimana Paman Puri bisa menyadari Tuhan?

Nenek: Paman Puri harus mengikuti jalan kedua, jalan KarmaYoga yang dijelaskan dalam Gita, pada bab ini. Ini adalah jalan tugas atau pelayanan tanpa pamrih. Jalan ini lebih baik bagi kebanyakan orang yang bekerja keras untuk mendukung keluarga dan tidak punya waktu atau minat untuk membaca kitab suci. Pengikut jalan ini tidak harus meninggalkan pekerjaan dan pergi ke sebuah Ashram. Mereka memasrahkan hasilnya dan melakukan pekerjaan untuk kebaikan masyarakat, bukan hanya untuk diri mereka sendiri.

Jai: Tetapi orang-orang akan bekerja lebih keras jika mereka mempunyai keinginan pribadi, bukankah begitu, nek?

Nenek: Memang benar orang akan menghasilkan lebih banyak jika mereka bekerja untuk memenuhi keinginan pribadi, tetapi mereka tidak akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang permanen. Hanya mereka yang melakukan tugas tanpa pamrih untuk kebaikan semua orang akan menemukan kedamaian dan kepuasan sejati.

Jai: Jika orang tidak bekerja untuk keuntungan pribadi, apakah mereka masih melakukan yang terbaik dan tidak menjadi malas?

Nenek: KarmaYogi sejati bekerja keras bahkan tanpa keuntungan pribadi. Hanya orang yang bodoh bekerja hanya untuk keuntungan pribadi. Dunia bisa berjalan lancar karena orang-orang melakukan tugas mereka. Orangtua bekerja keras untuk mendukung keluarga mereka, dan anak-anak melakukan bagian mereka. Tak seorang pun dapat tetap tidak aktif atau diam sepanjang waktu. Kebanyakan orang terlibat dalam beberapa kegiatan dan melakukan apa yang mereka bisa. Brahmā, sang pencipta, memberikan pelajaran pertama kepada manusia ketika berkata: Biarlah semua orang maju dan sejahtera dengan membantu sesama dan dengan melakukan tugasmu dengan benar. (Gita 3.10-11)

Jai: Apa yang terjadi jika orang bekerja keras hanya untuk keuntungan mereka sendiri?
Nenek: Mereka melakukan dosa, Jai. Suatu kesalahan jika melakukan tindakan secara egois tanpa mempertimbangkan efeknya pada orang lain. Krishna menyebut orang seperti itu pencuri, tidak berguna, dan berdosa. (Gita 3.12-13) Kita tidak boleh bekerja hanya untuk diri kita sendiri. Kita harus membantu dan melayani satu sama lain.

Jai: Apa keuntungan seseorang yang mengikuti ajaran Tuhan Brahmā dan bekerja untuk kebaikan masyarakat?

Nenek: Orang seperti itu mencapai kedamaian dan kesuksesan dalam hidup ini, mencapai Tuhan setelah mati dan tidak lahir lagi di dunia ini.

Berikut ini adalah kisah modern bagaimana pelayanan tanpa pamrih, dibahas dalam Bab 3, bisa terjadi secara ajaib dalam hidup.


3. Sir Alexander Fleming

Tersebutlah seorang petani Skotlandia yang miskin. Suatu hari, sewaktu sedang bekerja untuk menghidupi keluarganya, ia mendengar teriakan minta tolong yang berasal dari rawa terdekat. Dia melemparkan alatnya dan berlari ke rawa. Di sana, dilihatnya seorang anak laki-laki ketakutan, tenggelam sampai ke pinggang di rawa, berteriak-teriak dan berjuang untuk membebaskan dirinya. Petani Fleming menyelamatkan anak itu dari kemungkinan mati tenggelam secara perlahan dan menakutkan.

Keesokan harinya, sebuah kereta mewah berhenti di depan rumah sederhananya. Seorang bangsawan berpakaian bagus melangkah keluar dan memperkenalkan dirinya sebagai ayah dari anak laki-laki yang telah diselamatkan Fleming.

"Aku ingin berterima kasih dan membalas kebaikan Anda," kata si bangsawan. "Anda telah menyelamatkan hidup anakku."

"Aku tidak bisa menerima bayaran atas apa yang aku lakukan," jawab petani Skotlandia itu, menolak tawaran tersebut.

Pada saat itu, anak si petani masuk ke pintu gubuk.
"Apakah itu anak Anda?" tanya bangsawan.

"Ya," jawab petani dengan bangga.

"Aku akan membuat kesepakatan. Biarkan aku memberikan pendidikan padanya setingkat dengan pendidikan anakku. Jika anak itu seperti ayahnya, dia akan tumbuh menjadi seorang laki-laki yang dapat kita berdua banggakan."

Dan itu ia lakukan. Anak petani Fleming mengikuti pendidikan di sekolah terbaik dan lulus dari St Mary's Hospital Medical School di London dan kemudian menjadi terkenal di seluruh dunia sebagai Sir Alexander Fleming, penemu Penisilin.

Bertahun-tahun kemudian, anak bangsawan yang sama yang diselamatkan dari rawa itu terserang radang paru-paru. Apa yang menyelamatkan nyawanya ? Penisilin. Dan nama bangsawan itu? Lord Randolph Churchill. Nama putranya? Sir Winston Churchill yang terkenal.

Ada dikatakan: Apa yang disemai akan dituai. Ini adalah hukum universal Karmā, hukum sebab dan akibat. Dengan membantu memenuhi mimpi seseorang, maka impianmu akan dipenuhi juga oleh Tuhan!

Jai: Tolong beri aku contoh-contoh KarmaYogi sejati, nek.

Nenek: Engkau telah membaca kisah Rāmāyana. Ayah mertua Rāma adalah Janaka, Raja Janakapur. Ia mencapai Tuhan dengan melayani umat-Nya sebagai anak-anaknya sendiri, tanpa pamrih dan tanpa keterikatan pada hasil-hasil tindakannya. Dia melakukan tugasnya sebagai sebuah pemujaan kepada Tuhan. Pekerjaan yang dilakukannya tanpa pamrih. Hanya melaksanakan tugas, menjadi pemujaan kepada Tuhan, karena membantu Tuhan menjalankan dunia.

Mahātmā Gandhi seorang KarmaYogi sejati, yang bekerja tanpa pamrih dan tanpa motif pribadi seumur hidupnya, hanya untuk kebaikan masyarakat. Dia memberi contoh bagi para pemimpin dunia lain untuk mengikutinya. Ada banyak contoh lain orang tanpa pamrih.

Jai: Begitukah seharusnya para pemimpin kita bekerja?

Nenek: Ya, seorang KarmaYogi yang benar menunjukkan contoh pribadi bagaimana menjalani hidup tanpa pamrih dan mencapai Tuhan dengan mengikuti jalan KarmaYoga. (Gita 3.21)

Jai: Jika aku ingin menjadi KarmaYogi, apa yang harus aku lakukan?

Nenek: KarmaYoga mengharuskan kita melakukan tugas dalam hidup kita dengan sebaik-baiknya, tidak egois dan tanpa keterikatan dengan hasilnya. Seorang KarmaYogi tetap tenang dalam kesuksesan dan kegagalan dan tidak memiliki perasaan suka atau tidak suka pada seseorang, tempat, benda, atau pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan sebagai pelayanan tanpa pamrih untuk kesejahteraan umat manusia tidak menghasilkan Karmā baik atau buruk dan membawa seseorang kepada Tuhan.

Jai: Sulit untuk bekerja tanpa ingin mendapatkan sesuatu secara pribadi. Bagaimana kita melakukan ini, nek?

Nenek:  Seseorang yang tidak mengerti jalan spiritual bekerja hanya untuk diri mereka sendiri. Orang bijak bekerja untuk kesejahteraan semua. Orang bodoh bekerja untuk menikmati hasil kerja mereka dan menjadi melekat padanya karena mereka pikir mereka adalah pelaku. Mereka tidak menyadari bahwa semua kerja yang dilakukannya karena kuasa Tuhan yang diberikan kepadanya. Dengan kekuatan untuk melakukan tugas dan intelek untuk memilih antara tindakan yang benar dan salah, kita bertanggung jawab atas tindakan kita. Orang bertindak keliru karena mereka tidak menggunakan kecerdasan mereka dan tidak memikirkan hasil tindakan mereka terhadap orang lain.

Orang bijak mempersembahkan semua pekerjaan mereka kepada Tuhan tanpa menginginkan hasil untuk diri mereka sendiri. Orang bodoh bekerja hanya untuk memenuhi hasrat pribadi mereka. (Gita 3.25)

Jai: Dapatkah orang biasa sepertiku melakukan apa yang orang-orang hebat seperti Raja Janaka dan Mahātmā Gandhi lakukan?

Nenek: Dengan usaha, siapa pun dapat mengikuti jalan KarmaYoga. Pikirkan bahwa semua pekerjaan apapun yang sedang engkau lakukan sebagai hadiah bagi masyarakat. Jika engkau seorang mahasiswa, tugasmu adalah bersekolah, mengerjakan pekerjaan rumah, menghormati orangtua, guru, dan orang tua lain, dan membantu saudara-saudara, teman dan teman sekelas. Sebagai mahasiswa, persiapkan diri untuk menjadi warga negara yang baik dan produktif dengan memperoleh pendidikan yang baik.

Jai: Apa jenis pekerjaan yang harus aku lakukan ketika aku lulus, nek?
Nenek: Pilihlah pekerjaan yang engkau sukai dan dapat engkau lakukan dengan baik. Pekerjaanmu harus sesuai dengan sifatmu. (Gita 3,35, 18,47) Jika engkau memilih pekerjaan yang bukan merupakan keahlianmu atau yang tidak menjadi daya tarikmu maka peluang suksesmu akan terbatas. Engkau tahu apa yang dapat engkau lakukan dengan baik. Mencoba menjadi orang lain merupakan penyebab terbesar kegagalan dan ketidakbahagiaan.

Jai: Tapi tidak bolehkah aku mencoba mencari pekerjaan yang baik, seperti teknik, mengajar atau di pemerintahan?

Nenek: Tidak ada yang namanya pekerjaan baik atau buruk. Semua jenis pekerjaan diperlukan agar semua bisa tetap berjalan. Beberapa pekerjaan dibayar lebih daripada yang lain, tetapi pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi biasanya lebih sulit dan lebih menyebabkan stres jika engkau tidak memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan itu. Jika engkau memenuhi syarat untuk pekerjaan dengan gaji lebih rendah, jalani hidup sederhana dan hindari keperluan yang tidak perlu. Hidup sederhana berarti tidak menginginkan terlalu banyak materi. Batasi dirimu untuk kebutuhan dasar kehidupan. Kendalikan keinginanmu. Sang Buddha berkata: Keinginan adalah penyebab dari segala kejahatan dan penderitaan.

Jai: Apakah keinginan merupakan alasan mengapa orang melakukan perbuatan buruk?

Nenek: Ya Jai, keinginan kita untuk kenikmatan adalah penyebab dari segala kejahatan. Jika kita tidak mengendalikan keinginan kita maka keinginan kita yang akan mengendalikan kita, dan kita akan menjadi korban keinginan kita sendiri. Kontrol keinginanmu karena apa pun yang engkau inginkan, juga menginginkanmu!

Jai: Kalau begitu, apakah semua keinginan buruk?

Nenek: Tidak, tidak semua keinginan buruk. Keinginan untuk melayani orang lain adalah suatu keinginan luhur. Keinginan untuk menikmati kesenangan itu buruk karena dosa dan mengarah pada kegiatan-kegiatan ilegal. Selalu ingat bahwa hasrat tidak akan pernah berakhir setelah engkau mendapatkan apa yang engkau inginkan. Keinginan baru akan muncul lagi dan ini mengarah pada keserakahan. Dan jika engkau tidak mendapatkan apa yang engkau inginkan, maka engkau menjadi marah. Orang bisa melakukan hal-hal buruk ketika mereka marah.

Jai: Bagaimana kita bisa mengendalikan keinginan kita untuk menikmati kesenangan?
Nenek: Salah satu cara adalah dengan pengetahuan yang diberikan dalam Gita dan dengan kekuatan pikiran. Sebelum engkau mengikuti keinginanmu, selalulah pikirkan hasil tindakan itu. Keinginan dimulai dalam pikiran dan tinggal di sana. Engkau dapat mengendalikan pikiran dengan kecerdasan dan penalaranmu.

Ketika masih muda, pikiranmu menjadi kotor seperti air jernih dalam kolam yang menjadi keruh selama musim hujan. Jika kecerdasanmu tidak mengendalikan pikiranmu, maka pikiran akan berjalan menuju kenikmatan rasa. Hal ini akan mencegahmu mencapai tujuan-tujuan hidup yang lebih tinggi. Jadi tetapkan tujuan yang tinggi dalam kehidupan untuk menjaga pikiran tidak menjadi kotor oleh kesenangan sensual seperti merokok, alkohol, narkoba, dan kebiasaan buruk lainnya. Kebiasaan buruk sangat sulit untuk disingkirkan. Jadi hindarilah kebiasaan itu dari awal. Bergaullah dengan orang baik, baca buku yang baik, hindari orang jahat, dan pikirkan akibat jangka panjang dari tindakanmu.

Jai: Nek, setelah kita bisa membedakan yang benar dan yang salah, mengapa kita tidak bisa menghindari melakukan kesalahan?

Nenek: Jika kita tidak mengendalikan pikiran kita, pikiran akan mencoba melemahkan kita dan membawa kita ke jalan yang salah dengan mengejar kesenangan sensual. Kita harus mengawasi pikiran kita dan tetap di dalam jalur yang benar.

Bab 3 Ringkasan: Tuhan Krishna menyebutkan dua jalan utama untuk kedamaian dan kebahagiaan hidup. Jalan yang dipilih tergantung pada masing-masing individu. Lebih mudah bagi kebanyakan orang untuk mengikuti jalan KarmaYoga, jalan pelayanan tanpa pamrih. Untuk membantu satu sama lain adalah ajaran pertama sang pencipta. Hal ini menyebabkan kehidupan terus berjalan dan masyarakat semakin maju. Kita semua harus melakukan tugas kita sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan kita. Pilihlah karir yang paling sesuai dengan sifatmu. Tidak ada pekerjaan yang kecil. Bukan apa yang engkau lakukan, tapi bagaimana engkau melakukannya, itu yang penting. Akhirnya, Krishna mengatakan bahwa kita harus mengendalikan keinginan kita untuk mengejar kesenangan. Hasrat untuk mencari kesenangan yang tidak terkontrol akan membawa kita kepada kegagalan dan penderitaan dalam hidup. Kita harus berpikir mengenai hasil dari suatu tindakan sebelum mengambil tindakan itu. Dengan segala cara, hindari berteman dengan orang jahat
Back To Top