Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

Rahasia Dibalik Tarian dan Gambelan Bali

Siwa Nata Raja
Siwa Nata Raja
Baru bangun iseng-iseng menonton Televisi chanel TV One salah satu televisi nasional, tampak dilayar beberapa orang yang berpakaian penari Bali dan terlihat pula berderet gambelan Bali dalam acara Apa Kabar Indonesia. Setelah jeda iklan tiba saatnya para pemain gambelan berunjuk kebolehan dimana pemainnya anak-anak dan bapak-bapak, tapi sayangnya hanya musik gambelan yang dipertunjukan tanpa menghadirkan penari padahal pemain gambelan berpakaian penari. Meski demikian tampaknya penonton cukup berdecak kagum . Kira - kira mengapa tarian dan gambelan Bali sering membuat penonton berdecak kagum bahkan membuat penonton merasa damai?, Simak uaraian berikut:
Salah satu ciri khas Hindu kususnya Hindu Bali, keseharian manusianya penuh dengan persembahan. Mengacu pada praktek tetua (leluhur), tidak saja sesajen menjadi persembahan, tarian, ukiran bahkan hidup pun serangkaian persembahan. Demikian juga gambelan adalah sarana persembahan kepada Tuhan dalam ManifestasiNya Siwa Nata Raja.
Arti kata Siwa Nata Raja : Siwa artinya manifestasi dari Tuhan, Nata artinya berkesenian dalam perspektif Hindu, Raja artinya maha besar atau maha kuasa, Siwa Nata Raja artinya berkesenian dalam rangka pemujaan kemahakuasaan Tuhan.
Kata Siwa dalam bahasa Sanskerta berasal dari kata Shiv, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai “Kasih” (Shiwa atau Siwa artinya Yang Maha Pengasih),kasih adalah tarian kehidupan yang paling indah, karena ia merupakan esensi kebebasan yang sejati.
Siwa dalam wujud Siwa Nata Raja adalah Siwa dalam postur menari. Gerakannya sangat indah, ritmis dan eksostis mistik yang menggetarkan siapa saja yang menyaksikannya. Gerakannya dalam ritmis tersebut sangat harmonis dan melahirkan keindahan. Gerakan dalam Siwa Nata Raja adalah juga merupakan simbolisasi dari Panca Aksara. Panca Aksara membentuk tubuh Siwa. Tangan yang memegang api adalah Na, kaki yang menindih raksasa adalah Ma, tangan yang memegang kendang adalah Si, tangan kanan dan kiri yang bergerak adalah Wa, tangan yang memperlihatkan abhaya mudra adalah Ya. Panca Aksara adalah kekuatan yang dapat menghapus noda dan dosa. Si Wa Ya Na Ma, adalah mantra. Si mencerminkan Tuhan, Wa adalah anugerah, Ya adalah jiwa, Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan, Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa.
Salah satu dari pertunjukan seni dalam rangka pemujaan kehadapan Siwa adalah pertunjukan seni Wayang Sapu Leger yaitu suatu paduan yang harmonis antara seni pertunjukan dengan filsafat ketuhanan.
Memuja Tuhan dengan berkesenian memuja Siwa Nata Raja adalah upaya pencarian kebenaran, kesucian, keharmonisan, melalui berkesenian (satyam, siwam, sundaram). Berkesenian di dalam kaitannya dengan Hindu adalah sebuah langkah pemujaan untuk menyatu dengan pencipta seni itu sendiri yakni Siwa (Tuhan). Berkesenian adalah sebuah upaya mencari kepuasan bhatin, mencari kesenangan, mencari keseimbangan, mencari pembebasan dalam penyatuan dengan sang pencipta, yakni sumber dari seni itu sendiri yakni Sang Hyang Siwa.
Saat ini berkeseniaan tidak lagi sebagai persembahan kepada Tuhan sehingga kehilangan spirit, akibatnya berkesenian hanya bersifat seremonial dan hura – hura yang menyebabkan huru hara , tidak lagi sebagai tangga meningkatkan daya spiritual.
Tarian di Bali diiringi oleh musik (gambelan), jika salah satu tidak ada maka tidak akan menimbulkan keindahan dan mustahil menimbulkan kebahagian.

Menurut Lontar Prekempa bahwa semua tetabuhan atau gambelan lahir dari suaraning Genta Pitara Pitu, Suaraning Genta Pitara Pitu adalah suara sejati yang berasal dari suaranya alam semesta atau bhuana , dengan kata lain berasal dari suara Tuhan, suara suara yang utama yang berasal dari suaranya semesta itu ada tujuh suara banyaknya yang disebut dengan sapta suara. Suara ini berasal dari Akasa disebut Byomantara Gosa. Ada pula suara yang disebut Arnawa Srutti yaitu suara yang keluar dari unsur Apah (air). Yang lain ada disebut dengan Agosa, Anugosa, Anumasika dan Bhuh Loko Srutti. Yang terakhir disebutkan suara yang keluar dari unsur Pertiwi.
Sapta suara yang merupakan inti dijadikan sebagai sumber yang dihimpun oleh Bhagawan Wismakarma menjadi Dasa Suara, yaitu lima suara Patut Pelog sebagai Sangyang Panca Tirta dan lima Suara Patut Selendro sebagai Pralingga Sangyang Hyang Panca Geni. Unsur Dewata yang merupakan Prabawa dari Yang Maha Tunggal yang melingga pada Dasa Suara yang dihimpun menjadi Gegambelan.
Sapta suara atau tujuh buah nada saat ini yan dikenal : dhang (jawa: nem), dhing (ji), dhong (ro), dheng (lu) dan dhung (mo) ditambah dhang alit dan dhing alit, kemudian berkembang menjadi delapan bilah nada yaitu; dhung, dhang, dhing, dhong, dheng alit, dhang alit dan dhing alit; sembilan bilah ditambah nada dheng (sebelum nada dhung); dan selanjutnya sampai sekarang berubah menjadi berbilah sepuluh dengan urutan nada: dhong, dheng, dhung, dhang, dhing, dhong alit, dheng alit, dhung alit dhang alit, dhing alit.
Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa musik dapat mempengaruhi air, sehingga musik yang indah akan membuat air membentuk kristal hexagonal yang indah. Memahami bahwa baik manusia, hewan dan tanaman mengandung air, maka suara musik akan mempengaruhi semua makhluk hidup.
Didalam badan manusia(mikrokosmos) terdiri dari 5 unsur (panca maha bhuta), demikian juga didalam alam semesta (makrokosmos), salah satu dari lima unsur tersebut adalah air, berdasarkan penelitian air didalam tubuh manusia dan alam semesta adalah 70 % sehingga apabila kita mendengarkan musik yang sesuai dengan suara alam semesta maka kita akan menemukan kebahagian.
Dari uraian tersebut diatas, baik tarian maupun musik atau gambelan akan membawa kedamaian apabila dilakukan sebagai persembahan kepada Tuhan karena musik dan tarian berasal dari Tuhan.
Labels: Kompasiana

Thanks for reading Rahasia Dibalik Tarian dan Gambelan Bali. Please share...!

0 Komentar untuk "Rahasia Dibalik Tarian dan Gambelan Bali"
Back To Top