Voice Of Merta Mupu

Voice Of Merta Mupu : Cerita Tak Tertata

Motivasi Menulis

Channel Youtube

WEDA ITU APA?


GURU.. WEDA ITU APA?

Om avignam astu
Atas rahmat Hyang Widhi, Semoga tiada rintangan

Apa itu Weda?

Secara etimologi, kata Weda berakar dari kata vid, yang dalam bahasa Sanskerta berarti "mengetahui", dalam rumpun bahasa Indo-Eropa berakar dari kata weid, yang berarti "melihat" atau "mengetahui". weid juga merupakan akar kata dari wit dalam Bahasa Inggris, sebagaimana kata vision dalam bahasa Latin

Veda digolongkan atas :

ü      Veda Sruti              Sruti berasal kata “SRU” yg berarti mendengar, jadi  Veda Sruti adalah  wahyu suci yang didengarkan oleh Para Maha Resi pada saat semadi.

ü      Veda Smerti           Smerti berasal dari kata “SMR” artinya ingat,jadi Veda Smerti adalah ajaran-ajaran suci yang patut dan dapat diingat selalu, Para Maha Resi menyampaikan ajaran – ajaran Weda Sruti dalam bentuk sutra (rumus- rumus) yang mudah diingat.

Bagaimana hubungan keduanya?
Smrti selalu merupakan bayangan dari Sruti, Smrti merupakan bentuk ulang dari Sruti, Smrti tidak boleh bertentangan dengan Sruti, bila terjadi demikian maka otoritas kebenaran kembali pada Sruti. Analogi:UU,PP,Perpu dll tidak boleh bertentangan dengan UUD.

Sruti
Sruti merupakan Wahyu dari Tuhan sumber Hukum tertinggi Hindu dan otoritas kebenaran, yang terdiri atas :
1. Rg veda :
Regweda terdiri atas 1.028 himne (atau 1.017 jika tidak ikut menghitung himne-himne valakhīlya 8.49–8.59) dalam bahasa Sansekerta Weda. Banyak himne daripadanya dimaksudkan untuk berbagai ritus kurban. Kumpulan panjang ini biasanya dipersembahkan sebagai pujaan kepada Dewata. Regweda dibagi menjadi 10 kitab yang dikenal dengan nama Mandala. Setiap mandala terdiri atas beberapa syair pujaan atau himne yang disebut sūkta (merupakan kata majemuk su+ukta dan secara harafiah artinya "resitasi indah") atau eulogi. Pada gilirannya setiap bait terdiri atas apa yang disebut dengan istilah c, jamak cas. Mandala-mandala ini tidaklah sama panjangnya atau sama usianya: "kitab-kitab keluarga", mandala 2-7 dianggap bagian tertua Regweda, dan merupakan kitab-kitab terpendek. Ditilik dari panjangnya, bagian-bagian ini jumlahnya sekitar 38% dari teks secara keseluruhan.RW 8 dan RW 9, kemungkinan memuat himne-himne yang usianya berbeda-beda dan jumlahnya sekitar 15% dan 9%. Dan akhirnya, RW 1 dan RW 10, kedua-duanya merupakan yang terpanjang dan termuda dan membentuk sekitar 37% dari teks secara keseluruhan..


2. Yajurveda:
Yajur berasal dari akar kata yajus "pengorbanan", veda "pengetahuan yang Memuat sastra suci yang terfokus pada ritual dan korban suci.


3. Samaveda:
sāmaveda, berakar dari kata sāman "irama" + veda "pengetahuan") tidak lain adalah himpunan mantra-mantra yang diberi tanda nada untuk berbagai irama. Samaveda merupakan "Nyanyian  Suci Veda” . Samaveda memuat 1875 mantram, dan dimana 1800 mantram merupakan pengulangan daripada Rgveda dan 75 mantram yang lain memang disusun dan dimuat dalam sastra ini.

4. Atharvaveda:
atharvavéda, berakar dari kata atharvān, nama seorang Maharsi, dan veda berarti "pengetahuan"). Terdapat 9 śākhā (resensi) tentang Atharvaveda, yaitu: Paippalāda, Dānta, Pradānta, Snāta, Snauta, Brahmadāvala, Śaunaka, Devadarśani, dan Caranavidyā. Namun śākhā yang masih bertahan hingga kini adalah Śaunakiya dan Paippalāda.

Yang masing-masing dikelompokkan atas atau mengandung :
a. Samhita (himpunan mantra2) : yang mengandung mantra upasana ( doa kebaktian, pemujaan, ucapan syukur, mantra2 upacara kurban) ajaran filsafat, tata susila, pendidikan dan lain lain, yang terdiri atas empat jenis yaitu :
\     Rgveda Samhita : Pengetahuan suci yang berhubungan dengan pemujaan
\     Yajurveda Samhita : Pengetahuan suci tentang upacara korban
\     Samaveda Samhita: Pengetahuan suci tentang irama
\     Atharvaveda Samhita: pengetahuan suci yang bermanfaat bagi kehidupan di dunia ini


Tiap-tiap Veda Samhita ini mempunyai kitab-kitab Brahmana ,Aranyaka dan Upanisad
misalnya :

Z     Aitareya Brahmana merupakan kitab Brahmana dari Rgveda,
Z     sathapata Brahmana merupakan Brahmana dari Yajurveda,
Z     Chandyoga Upanisad merupakan Upanisad dari Samaveda dst.

b. Brahmana : uraian panjang tetang ketuhanan/teologi, teristimewa observasi tentang jalannya upacara korban dan prosedur dari upacara kurban. Bisa dikatakan Brahmana adalah ilmu tentang upacara

c. Aranyaka : berisi tentang penjelasan tentang philosofis /arti dan makna upacara
d. Upanisad : merupakan kesimpulan dari kitab-kitab Aranyaka,karena itu upanisad disebut Vedanta, Vedanta tidak hanya berarti akhir dari Veda tetapi uga merupakan puncak tertinggi dari dari ajaran Veda. Secara formal disebutkan ada 108 Upanisad namun hanya 12 yg dikatakan penting.
Kitab-kitab Upanisad memberikan wejangan tentang rahasia teringgi terhadap umat manusia, kitab-kitab  ini merupakan intisari dari kitab-kitab Veda
Smerti
Dalam memahami Veda dan kitab-kitab yang terkait dgn Veda kita mengenal istilah Veda dan susastra Veda, susatra Veda adalah kitab2 bukan wahyu Tuhan atau kitab2 yang tergolong kitab-kitab smrti.
Dalam pengertian sempit kitab-kitab  yg dimaksud susastra Veda adalah kitab-kitab Vedanga dan Upaveda. Dalam pengertian luas Vedangga meliputi pula kitab Dharmasastra, Itihasa, Purana, Agama/ Tantra dan Darsana.
1. Vedanga adalah kitab2 berisi petunjuk2 tertentu untuk mendalami Veda, yg terdiri atas
 
ü      Siksa                : ilmu Phonetika Veda
ü      Vyakarana        : ilmu tata bahasa
ü      Nirukta : ilmu etimologi
ü      Chanda            : ilmu irama
ü      Jyotisa : ilmu astronomi dan astrologi
ü      Kalpa               : ilmu tentang upacara korban
2. Upaveda adalah kitab-kita yang menunjang pemahaman Veda.Masing-masing kitab Catur Veda memiliki kitab upaveda
1. RgVeda        ; Ayurveda : ilmu tentang kesehatan
2. Yajurveda    ; Dhanurveda : ilmu perang
3. Samaveda    ; Gandharvaveda : ilmu pengetahuan samagana ( melagukan mantra Samaveda ) dan seni musik pada umumnya.
4. Artharvaveda ; Arthaveda : ilmu tentang pemerintahan, ekonomi, pertanian, ilmu social

3 Dharmasastra
Secara garis besar merupakan Dharmasastra merupakan hasil karya manusia yang berisi penjelasan dan penerapan dari kitab – kitab sruti namun isi nya Tidak boleh bertentangan dengan sruti. Kelompok Dharmasastra
a. Manawadharmasastra
b. Yajnavalkyasmrti
c. Samkhalikhitasmrti
d. Parasarasmrti

4. Itihãsa
Ramayana dan Mahabharata.
Ramayana Terdri dari 7 kanda
Maha Bharata terdiri dari 18 Parwa.

5. Purãna
Ada 18 Mahapurana dan 18 Upapurana
Purana (Mahapurana )terdiri atas lima topik Utama ( Panca Laksana )
1. Tentang Penciptaan semesta ( pratisarga, sarga dan Pralaya),
2.Geografi
3. kisah kisah Para Dewa dan berbagai kisah lainnya
4.Manvantara (waktu, jaman yuga dan Manu )
5.Silsilah (Suryawamsa dan Chandrawamsa)

6. Darshana
Ilmu ke-filsafat-an dalam Ajaran Hindu tertuang dalam apa yang disebut 'Dharsana'.
Dharsana, sebagai ilmu sekaligus seni olah-pikir, Dharsana bukanlah sembarang ilmu yang dapat dipelajari dengan mudah. Ada 6 aliran filsafat (sad dharsana) yang terkait langsung dengan keberadaan Hinduisme, yaitu: Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisiseka, Nyaya dan Vedanta
Ada juga Dharsana yang  bersifat atheis (menolak otoritas ketuhanan veda) yaitu Carvaka (aliran filsafat materialisme), Jaina (aliran filsafat atheis) dan Budha.
7. Agama
Kitab kitab agama secara garis besar dikelompok atas:
1. Vaishnawa
2. Saiwa
3. Sakta

Bhagavad Gita
Lalu bagaimana dengan Bhagavad Gita
Ada baiknya kita simak pandangan Swami Sivananda tentang kedudukan Bhagavad Gita
Kitab kitab Upanisad adalah sari susu Veda, Bhagavad Gita adalah intisari dari kitab-kitab Upanisad, dengan kalimat yang lain, di lukiskan
Kitab-kitab Upanisad adalah lembu-lembu, Bhagavad Gita adalah susu, Shri Khrisna adalah gembala yang memerah susu tersebut, Arjuna adalah anak lembu yang menyusu, sedangkan kita bila ingin bijak minumlah susu Gita itu.
Bhagavad Gita adalah sruti dan juga Smrti.

Bagaimana dengan yang ada di Indonesia,Bali kususnya?
Veda memperkaya budaya dimana Ia berkembang, pada jaman dulu Veda diterjemahkan ke dalam bahasa jawa kuno,disadur dan ditafsir ulang oleh leluhur (yang kemudian disebut Lontar karena ditulis di daun lontar pada jaman dulu) . inilah yang membuat Hindu Indonesia bebeda dengan India tetapi filosofisnya tetap mengacu pada Veda.
Inilah bagian lontar-lontar tersebut:
Lontar-lontar Tattwa
Lontar-lontar ini memuat ajaran Ketuhanan, disamping itu juga memuat ajaran tentang penciptaan alam semesta, ajaran pelepasan (moksa) dan sebagainya.sebagian besar lontar-lontar tattwa ini bersifat siwaistik (sivaisme) dan beberapa diantaranya telah dikaji secara kritis oleh beberapa sarjana.
Lontar-lontar jenis ini antara lain :
a.       Bhuwana kosa
b.      Ganapati tattwa
c.       Jnana sidhanta
d.      Bhuana Sangksepa
e.       Sanghyang Mahajnana
f.        Tattwa Jnana
g.       Wrhaspati tattwa
h.       Siwagama
i.         Suwatattwa purana
j.        Gong Besi
k.      Purwabhumi Kamulan

Lontar-lontar ethika
Lontar-lontar jenis ini berisi ajaran tentang ethika,kebijakan tuntunan untuk menjadi orang sadhu yaitu orang arif dan bjaksana,berbudi luhur,berpribadi mulia dan berhati suci.
Yang termasuk Lontar ini antara lain:
a.       Sarassamuscaya
b.      Slokantara
c.       Siwasasana
d.      Agastyaparwa
e.       Wratisasana
f.        Silakrama
g.       Pancasiksa
h.       Putra sasana
Lontar-lontar Yajna
Lontar-lontar ini banyak sekali jenisnya. Umumnya,lontar-lontar ini berisi petunjuk-petunjuk umum pelaksanaan Yajna, baik mengenai Banten (upakara) atau sesajennya,perlengkapanya dll.
Beberapa lontar jenis ini antara lain:
a.       Lontar-lontar petunjuk tentang pelaksanaan Dewa Yajna (deva;sinar suci tuhan):
1.      Dewa tattwa
2.      Sundarigama
3.      Wrhaspati Kalpa
4.      Catur wedhya

b.      Lontar-lontar petunjuk tentang pelaksanaan Pitra yajna (pitra;leluhur):
1.      Yama purana tattwa
2.      Yama tattwa
3.      Empu Lutuk Aben
4.      Kramaning atiwa-atiwa
5.      Indik maligya
6.      Putru pasaji
7.      Bacakan Banten Pati Urip

c.       Lontar-lontar petunjuk tentang pelaksanaan Rsi Yajna (Rsi;orang-orang suci) :
1.      Kramaning Madiksa
2.      Yajna samkara

d.      Lontar-lontar petunjuk tentang pelaksanaan Manusa Yajna (manusa; manusia)
1.      Dharma Kahuripan
2.      Eka pratama
3.      Bacakan Banten Pati Urip
4.      Janma Prawerti
5.      Puja Kala Pati
6.      Puja Kalib

e.       Lontar-lontar petunjuk tentang pelaksanaan Bhuta Yajna (Bhuta ; Roh-roh gaib):
1.      Ekadasa rudra
2.      Panca walikrama
3.      Indik Caru
4.      Bhama Kertih
5.      Lebur Sangsa
6.      Pratingkahing Caru

Lontar-lontar yang erat hubunganya dengan pelaksanaan Yajna adalah Lontar-lontar Wariga, antara lain:
1.      Wariga
2.      Purwa Wariga
3.      Wariga Gemet
4.      Wariga Krimping
5.      Wariga Pararasian
6.      Wariga Palalawangan
7.      Wariga Catur Wina Sari
Lontar-lontar Puja :
a.       Weda Parikrama
b.      Surya Sewana
c.       Argha Patra
d.      Puja Ksatrya
e.       Puja Mamukur
f.        Kajang Pitra Puja
g.       Kusuma Dewa

Jadi pemeluk Sanatana Dharma (hindu) susah-susah gampang dan gampang-gampang susah, kalo mencari rumitnya ya super rumit, kalo mencari gampangnya ya sederhana. Ajaran Weda tidak memaksakan umatnya untuk begini begitu tetapi atas dasar kesadaran sesuai petunjuk kitab suci.
Kenapa saya mengatakan “susah-susah gampang dan gampang-gampang susah, kalo mencari rumitnya ya super rumit, kalo mencari gampangnya ya sederhana”?
Hal ini mengacu pada Catur Marga(catur yoga) yaitu :



1.      Karma Yoga, yoga yang dilakukan melalui kehidupan tanpa pamrih. Para praktisinya tidak pernah mengeluh menghadapi persoalan. Semua masalah dipandang merupakan akibat dari karma, maka harus diterima dan dihadapi. Konsep ini banyak disalah-pahami sebagai konsep hidup pasip, padahal konsep ini justru membawa manusia menjadi aktip dalam menghadapi kehidupan. Karma Yoga mengajarkan pada manusia untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan, bukan melarikan diri dari persoalan.
Bila anda praktisi Karma Yoga, maka persoalan apapun yang terjadi harus anda terima, tidak melarikan diri. Melarikan diri bukan solusi, tapi justru menimbun persoalan dan membuat persoalan baru. Persoalan tidak akan pernah hilang, yang ada hanyalah penundaan dan penumpukan. Untuk menyelesaikannya, mau - tidak mau, suka-terpaksa, semua harus dihadapi. Entah kapan, yang jelas semua persoalan perlu penyelesaian. Banyak penderita stress, bahkan yang bunuh diri, dikarenakan tidak mau menerima suatu persoalan sebagai kenyataan dan menyelesaikannya, kemudian melarikan diri tanpa mau menghadapi dan menyelesaikannya.
2.      Bakti Yoga, yoga yang dilakukan dengan berbakti kepada Tuhan, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Semuanya dilakukan dengan cinta tanpa memiliki pamrih apa pun (termasuk ingin masuk sorga). Kecintaan praktisi Bakti Yoga (Bakta) bermakna luas. Bukan hanya pada Tuhan, namun juga pada semua mahluk ciptaan-NYA. Mencintai ciptaan-NYA merupakan manifestasi dari mencintai Sang Pencipta. Cinta seorang Bakta tidak membeda-bedakan ras, suku, bangsa, dan agama. Tidak membenci yang miskin - yang kaya, yang indah - yang buruk, yang pintar - yang bodoh, yang beriman - yang kafir. Semuanya dicintai, bahkan binatang, tumbuhan, dan batu-batuan pun tidak luput dari kecintaan seorang praktisi Bakti.

3.      Jnana Yoga, yoga yang dilakukan dengan jalan pengetahuan. Praktisi yoga ini adalah para intelektual, dengan cara mengkikis kebodohan manusia. Dengan terkikisnya kebodohan, maka manusia semakin pandai. Semakin pandai manusia, terhapuslah kemiskinan, ketidak-adilan, dan kesewenangan. Dengan demikian semakin damai dunia. Semua itu dikarenakan manusia tahu akan hakekat dirinya. Manusia yang tahu hakekat dirinya, maka dia akan tahu hakekat Tuhannya. Itulah tugas para praktisi Jnana Yoga.

4.      Raja Yoga, yoga yang dilakukan dengan cara mempraktekkan secara langsung tata cara pengedalian pikiran dan kesadaran indra-indra manusia. Raja Yoga memuat berbagai disiplin fisik dan pikiran, semua dilakukan dalam rangka menuju kepenyatuan seorang hamba dengan Tuhan(moksa). Hasil dari semua itu disebut Pencerahan, Manunggaling Kawula Gusti (Jw.). Makrifatullah (Is.). Apapun namanya, bukan suatu masalah yang patut diperdebatkan. Bagi praktisi yoga, yang penting adalah pelaksanaannya.
Perkembangan kemudian, hanya Raja Yoga lah yang dikenal sebagai Yoga. Bagi praktisi Raja Yoga, praktek Hatha, Japa, Mantra, Kundalini, dsb. bukanlah sesuatu yang terpisah. Sebagaimana praktek Sholat, tidak pernah memisahkan antara “bacaan” (doa-doa) dengan “gerakan-gerakannya”, semuanya sakral. Seorang praktisi Yoga yang sempurna, juga melakukan praktek Bhakti yoga, Karma yoga, dan Jnana yoga. Sebagaimana seorang yang taat beragama, tidak hanya melakukan ritual peribadatan pada Tuhan saja, tapi juga melakukan semua aturan moralitas dan hukum yang telah digariskan.

Semoga pikiran yang baik dating dari segala penjuru

Om Shanti, Shanti, Shanti Om
Atas rahmat Hyang Widhi semoga damai di hati, damai di dunia , damai di akhirat

Veda dan teknologi


Naskah-naskah kuno Veda tidak semata-mata hanya berisikan pengetahuan filsafat dan spiritual tingkat tinggi, tetapi ia juga memuat informasi tentang ilmu-ilmu materiil (material science) yang sudah maju. Jadi kita akan menyajikan daftar tentang berbagai topik yang ada di dalam ilmu pengetahuan Veda dan juga ide-ide dan pengetahuan yang sudah dikenal ribuan tahun yang lalu. Kita juga harus menyadari bahwa tanpa adanya kemajuan yang berasal dari peradaban Veda dalam berbagai bidang yang akan dibahas, dunia ini dan masyarakat kita tentunya tidak akan seperti sekarang ini. Jadi, kita berhutang banyak kepada kemajuan yang bersumber dari kearifan Veda.

Literatur Veda juga termasuk hasil karya seperti :

\     Ayur-veda, ilmu pengobatan holistik yang diajarkan oleh Lord Dhanvantari;
\     Dhanur-veda, ilmu kemiliteran oleh Reshi Bhrigu;
\     Gandharva-veda, yang membahas tentang seni musik, tari, drama, dll, oleh Bharata Muni;
\     Artha-sastra, ilmu pemerintahan dan pembangunan ekonomi;
\     Sthapatya-veda, ilmu arsitektur; dan Manu-samhita, kitab hukum Veda.
\     Shulba Sutra, perhitungan (matematika) menurut sistem Veda.

Sebagai latar belakang mari kita simak seloka Bhagawad Gita sebagai berikut:
Hanya orang bodoh membicarakan bhakti (karma-yoga) sebagai hal yang berbeda dari mempelajari dunia material secara analisis (sankhya). Orang yang sungguh-sungguh bijaksana mengatakan bahwa orang yang menekuni salah satu di antara kedua jalan tersebut dengan baik akan mencapai hasil dari kedua-duanya. Bhagavad Gita 5.4:

Sudah jelaskan? Hanya org bodoh yg membedakan agama dan logika. Agama yg asli dr Tuhan adalah agama yg ajarannya logis.
Inilah sloka atau ayat-ayat veda tentang berbagai ilmu alam dan ilmu sosial:
Suryasya rasmasyah para patanti asumat (Atharvaveda VI.105.3)
Sinar matahari terpancar dengan kecepatan tinggi.
Adhuksat pipyusim isam urjam, suryasya sapta rasmibhih (Rgveda VIII.72.16)
Tumbuh-tumbuhan memperoleh energi dari cahaya matahari.
Ugra ya visa-dhusanih osadhih (Atharvaveda VIII.7.10)
Tumbuh-tumbuhan menghancurkan pengaruh atmosfer yang beracun.
Prajnanaya naksatra-darsam (Yajurveda XXX.10)
Astronomi adalah studi tentang bintang-bintang dan planet-planet.
Ahoratre pari suryam vasane (Atharvaveda XIII.2.32)
Siang dan malam adalah karena cahaya matahari.
Trimsad dhama vira jati, prati vastor aha dyubhih (Yajurveda III.8)
Ada 30 muhurta (1 muhurta = 48 menit) dalam satu hari.
Ahoratratrair vimitam trimsad-angam (Atharvaveda XIII.3.8)
Satu bulan terdiri dari 30 siang dan 30 malam.
Dvadasa pradhayas cakram ekam, trini nabhyani ka u tac-ciketa (Rgveda I.164.48)
Ada 12 zodiak dalam satu lingkaran zodiak dan tiga poros.
Citrani sakam divi rocanani sarisrpani bhuvane javani (Atharvaveda XIX.7.1)
Semua konstelasi perbintangan yang bercahaya ini berputar sangat kencang.
Avartayat suryo na cakram (Rgveda II.11.20)
Matahari berputar seperti sebuah roda pada sumbunya.
Ayam gauh prsnir akramid, asadan mataram purah, pitaram ca prayam svah (Yajurveda III.6)
Bumi yang berbintik-bintik ini ada dan berputar di langit seperti seorang ibu, ia berjalan mengelilingi matahari sebagaimana seorang ayah.
Avaksipan arka ulkam iva dyoh (Rgveda X.68.4)
Matahari melemparkan meteor-meteor itu dari langit.
Ya apa sarpam vijamana vimrgvari (Atharvaveda XII.1.37)
Bumi bergerak berotasi dan bertranslasi.
Hiranyam ca me, ayas ca me, syamam ca me, loham ca me, sisam ca me, trapu came (Yajurveda XVIII.13)
Semoga kami mendapatkan logam-logam berikut yang terkandung di dalam bumi, yaitu emas, besi, tembaga, logam merah (tembaga), timah hitam, seng, dan timah putih
Sarvan dunamaha manih satavaro aninasat manir durnama-catanah (Atharvaveda XIX.36.1 dan 3)
Ajimat satavara (asparagus racemosus) menyembuhkan penyakit bawasir (ambeien).
Atho haridravesu te, harimanam ni dadhmasi (Atharvaveda I.22.4)
Haridra (curcuma longa linn) menyembuhkan penyakit kuning. Ia juga menyembuhkan penyakit hati (lever).
Agnim ca visvasambhuvam, apas ca visvabhesajih (Rgveda I.23.30)
Api menyembuhkan semua penyakit. Air menyembuhkan semua penyakit.
Sam vato vatu-arapa apa sridhah (Rgveda VIII.15.9)
Udara yang segar sangat berfaedah. Ia menyingkirkan penyakit dan kuman-kuman menular.
Apamivam savita savisat (Rgveda X.100.8)
Sinar matahari menyingkirkan semua penyakit.
Atharvanaya-asvina dadhice asvyam sirah pratyairayatam (Rgveda I.117.22)
Dewa Asvin (dokter kahyangan) mengganti kepala buatan seekor kuda kepada anak laki-laki, Arthavan.
Sadyo jangham ayasim vispalayai, dhane hite sartave pratyadhattam (Rgveda I.116.15)
Dewa Asvin, Engkau mengganti kaki dari besi kepada Vispala, sehingga dia (wanita itu) bisa bergerak di medan pertempuran.
Dikutip dari buku Sains Veda oleh I Wayan Suja,terbitan Raditya tahun 2006.

“Agnisomau bibhratiapa it tah” .(Atharva Veda bab III.13.5)
air terdiri atas Oksigen dan Hidrogen
“ Tam it samanam vaninas ca virudhoantarvatis ca suvate ca vivaha”
Tumbuh-tumbuhan menghasilkan udara vital yang disebut samana (Oksigen) secara teratur. ( Sama Veda)

 “Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari”
Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi). Rgveda bab II.72.4

“jala-jā nava-lakñāni sthāvara lakña-vimsati
krmaya rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksani
pasavas trimsa-laksani manusya catur-laksani”
Terdapat 900.000 jenis kehidupan dalam air (aquatic species); 2.000.000 jenis kehidupan alam bentuk tumbuhan dan pepohonan; 1.100.000 jenis kehidupan serangga; 1.000.000 jenis kehidupan bentuk burung; 3.000.000 jenis kehidupan binatang buas, dan 400.000 jenis kehidupan dalam badan manusia (Padma Purana)

Ava divas tarayanti, sapta suryasya rasmayah”
matahari memiliki tujuh jenis sinar, mereka adalah sumber hujan. (Atharva Veda bab VII.107.1)
“Susumnah suryarasmiscandrama susumnah”
sinar matahari yang disebut susumna menerangi bulan.( Yayur Veda bab XVIII.40)
Agnim samudra vasasam (rg VIII.102.4)
Api ada didalam lautan dalam bentuk tenaga (energy) dasar laut

Agnir vrtrani janghanat (rg VI.16.34)
Api menghancurkan pencemaran

Athabhavad arati rodasyaoh (rg I.59.2)
Api adlah inti (nucleus) alam semesta

Murdha divo nabhir agnih prthiv yah
(rg I.59.2)
Api adalah dasarnya langit dan intinya bumi

A yasmin sapta rasma yas talah (rg II.5.2)
Api mengandung tujuh sinar

Harayah suparna apo vasana
Vivam ut patanti (ath XIII.3.9)
Matahari mengambil air dalam bentuk uap ke langit

Ava divas tarayanti
Sapta suryasya rasmayah
Apah samudra dharah (
ath VIII.107.1)
Matahari yang tujuh itu mengambil/membawa air laut ke langit dan kemudian menyebabkan hujan

Susumnah suryarasmis candrama andharvah
(yayur XVIII.40)
Sinar matahari yang disebut susumna mnerangi bulan

Sumavavari prthivi sam usah sam u suryah (yayur XX.23)
Matahari bumi dan fajar (permulaan) berputar (berotasi)

Apam rasa mud vayasam
Surye santam samahitam
Apam rasasya yo rasah
(yayur IX.3)
Intisari air yg paling halus (zat air = hydrogen, helium) terdapat di dalam matahari.

Sam vato vatu te hrde (rg VIII.2.14)
Udara yg segar bermanfaat untuk jantunggmu

Yad ado vat ate grhe
Amrtam nihitam guha
(sama 1842)
Ya udara engkau berisi nectar (oksigen) ditempat kediamanmu

Mathid yad im vsto matarisva
Vivas advyam
(rg I.148.1)
Udara menghasilkan api melalui pergesekan

Apsu asit matarisva pravistah (atha X.8.40)
Udara ada didalam air


Shulbasutra (matematika)

Shulbasutra merupakan model-model matematika paling awal, dan tentunya pada mulanya digunakan untuk tujuan keagamaan. Pada dasarnya mereka dimasukkan sebagai sisipan dari Kalpasutra untuk aspek ritual (Shrauta), yang memperlihatkan model-model paling awal dari ilmu aljabar. Pada intinya mereka berisikan rumus-rumus matematika untuk merancang berbagai bangunan altar tempat pemujaan dalam ritual Veda. Setiap Shrautasutra memiliki Shulbasutra-nya sendiri, sehingga mungkin terdapat beberapa naskah tersebut di masa lalu, walau hanya tujuh Shulbasutra yang dikenal saat ini. Diantaranya yang terpenting adalah Baudhayana, Apastamba (yang keduanya merupakan sisipan dari Taittiriya Samhita atau Yajur-veda Hitam), dan Katyayana (yang merupakan sisipan dari Vajasaneya atau Yajur-veda Putih), sementara Manava, Maitrayana, Varaha, dan Vidula kurang begitu penting.

Tentang kapan Shulbasutra disusun, setelah membandingkan Shulba-Shulba Baudhayana, Apastamba, dan Katyayana dengan matematika dari jaman Mesir kuno dan Babylonia, seperti dijelaskan oleh N.S. Rajaram dalam Vedic Aryan and The Origin of Civilization (hal.139), adalah sekitar 2000 B.C. Tetapi, setelah memperhitungkan data astronomi sejak Ashvalayana Grihyasutra, Shatapantha Brahmana, dll, saat penyusunannya bisa dibawa jauh kebelakang mendekati 3000 B.C., mendekati saat terjadinya Perang Mahabharata dan penyusunan naskah-naskah Veda lainnya oleh Srila Vyasadeva.

Berdasarkan pandangan ini, matematika Veda tidak bisa lagi dianggap sebagai turunan dari matematikanya bangsa Babylonia kuno, yang bertajuk tahun 1700 B.C., tetapi pasti merupakan sumbernya begitu juga dengan ilmu hitung Yunani atau matematika Pythagoras.

Model-model matematika Veda jauh lebih maju dibandingkan dengan matematika yang ditemukan pada masa-masa awal peradaban bangsa Yunani, Babylonia, Mesir, atau Cina. Ternyata, rumusan geometri yang dikenal sebagai theorema Pythagoras dapat ditelusuri ke Baudhayana, bentuk Shulbasutra paling awal dari masa sebelum abad kedelapan B.C. Hal ini merupakan konfirmasi bahwa para filsuf bangsa Yunani kuno mendapatkan inspirasinya dari India. Ternyata, Prof. R.G. Rawlinson menyatakan, “Hampir semua teori, kepercayaan, filsafat, dan matematika, yang diajarkan oleh Pythagoras sudah dikenal di India pada abad keenam B.C”.

Pengakuan atas keunggulan matematika Veda juga sudah lama ditulis oleh Sebokht, Bishop dari Qinnesrin di Syria Utara yaitu tahun 662 A.D.. Sebagaimana dilaporkan dalam Indian Studies in Honor of Charles Rockwell (Harvad University Press, Cambridge, MA Edited by W.E. Clark, 1929), Sebokht menulis bahwa penemuan-penemuan bangsa India dalam bidang astronomi lebih jenius dibandingkan dengan bangsa Yunani atau Babylonia, dan sistem angka (decimal) mereka lebih unggul. (N.S. Rajaram, p.157, 1995)

Ini merupakan sistem yang berasal dari bangsa India yaitu sistem angka decimal puluhan, ratusan, ribuan, dll, dan prosedur memindahkan sisa dari satu kolom angka ke kolom angka berikutnya. Terdapat juga cara pembagian bilangan pecahan dan pemakaian tanda persamaan dan huruf-huruf untuk menunjukan faktor-faktor yang tidak diketahui. Sistem angka India ini digunakan di Arabia setelah tahun 700 A.D. dan kemudian menyebar ke Eropa dimana mereka telah secara keliru menyebutnya sebagai angka Arab. Itu hanya karena bangsa Eropa mengganti sistem angka Romawi ke sistem angka Arab yang bersumber di India sehingga banyak kemajuan bangsa Eropa dalam bidang ilmu pengetahuan dan matematika bisa terjadi.

Penemu pertama Calculus modern adalah orang India bernama Bhaskaracarya (1150 A.D.), dimana orang-orang mengira itu merupakan kontribusi dari Newton atau Liebnitz. Penggunaan aljabar, trigonometri, kwadrat dan akar pangkat tiga juga pertama kali dimulai di India. Formulasi istimewa angka “0”, merupakan hasil pemikiran ilmiah luar biasa bangsa India, yang memungkinkan terjadinya banyak kemajuan di bidang matematika yang kita miliki sekarang ini. Dan adalah Aryabhatta (497 A.D.) yang menghitung “phi” sebesar 3,1416. Banyak metode matematika tersebut bertebaran di dalam naskah-naskah seperti Shatapatha Brahmana, Baudhayanasutra, dll.



Vedic Mathematics

Vedic Mathematics adalah suatu sistem penyelesaian permasalahan matematika yang bersumberkan dari Veda, khususnya Atharvaveda. Perkembangan matematika yang bersumber dari ajaran Veda ini diprakarsai oleh Shri Bharati Krishna Tirthaji. Dengan menggunakan sistem Veda kuno ini kita dapat menyelesaikan perhitungan aritmatik dengan cepat bahkan diklaim mengalahkan metode matematika termodern saat ini.

Metode Pengkuadratan
Beberapa metode yang diajarkan dalam Veda antara lain sebagai berikut:

Metode ini sangat mudah dalam mengkuadratkan bilangan antara 10-19. Perhatikan contoh berikut :
112 = (11 + 1) .10 + 12 = 121
122 = (12 + 2) .10 + 22 = 144
132 = (13 + 3) . 10 + 32 = 169
142 = (14 + 4) . 10 + 42 = 196
........dan seterusnya.

Asal dari metode ini adalah dari rumusan (a + b)(a − b) = a2 − b2 dan
(a + b)2 = a2 + 2ab + b2.
Untuk bilangan puluhan dengan bilangan satuan 5, dapat digunakan metode berikut :
Contoh : 35 × 35 = (3 × (3 + 1)).25 = 1225
Dasar perhitungan diatas adalah sebagai berikut :
Berdasarkan persamaan dasar (a + b)2 = a2 + 2ab + b2 , jika a = 10 k, dimana k adalah konstanta dan b = 5, sehingga (10 k + 5)2 = 100k2 + 100k + 25 = 100k(k + 1) + 25.
Contoh :
Jika kita ambil 452, jadi k = 4 (10 . 4 + 5)2 = 100. 4(4 + 1) + 25 = 2000 + 25 = 2025
Metode ini juga bisa dipakai jika digit terakhir bukan 5, tapi dengan catatan masih merupakan bilangan puluhan dengan digit sebelumnya sama.
Contoh :
37 × 33 = (3 × 4) .7 × 3 = 1221
29 × 21 = (2 × 3) .9 × 1 = 609
Perhitungan ini berdasarkan persamaan (a + b)(a − b) = a2 − b2, dengan mengkombinasikan persamaan sebelumnya didapat (10c + 5 + d)(10c + 5 − d) = (10c + 5)2 − d2 = 100c(c + 1) + 25 − d2 = 100c(c + 1) + (5 + d)(5 − d).


 Desimal

Pembagian yang memerlukan perhitungan yang rumit biasanya yang tidak dapat difaktorkan dengan 2 atau 5, sehingga kita memerlukan alat bantu. Dengan sistem Veda kita dapat menghitung hal seperti ini dengan relatif mudah.
Contoh : 1/19 = ...? (9 angka di belakang koma)
Untuk menyelasikan hal ini, Veda menyediakan beberapa metode, antara lain :



1. Menggunakan perkalian
Kita mulai dari digit terakhir :
1
Multiplikasikan dengan 2 (ini adalah digit "kunci" dari Ekadhikena)
21
Multiplikasi 2 dengan 2, ikuti multifikasi 4 dengan 2
421 → 8421
Sekarang multifikasikan 8 dengan 2, (=16)
68421
1 ← carry
Multiplikasi 6 dengan 2 = 12 ditambah 1 carry sehingga menjadi 13
368421
1 ← carry
Selanjutnya
7368421 → 47368421 → 947368421
1
Sekarang kita memiliki jawaban sampai 9 digit dan dengan total 18 digit (= denominator − numerator):
052631578
947368421
Jadi hasilnya dengan ketelitian 18 angka di belakang koma adalah 0,052631578947368421
2. Menggunakan pembagian
Kita bagi 1 dengan 2, 0 dengan sisa 1
.0
Selanjutnya bagi 10 dengan 2 2
.05
Terus 5 dibagi 2 dengan sisa 1
.052
Selanjutnya12 (sisa ,2) dibagi 2 6
.0526
Dan seterusnya……

Dengan contoh lain, untuk 1/7, atau sama dengan 7/49 dengan digit terakhir adalah 9. dan digit sebelumnya 4. 4 ditambahkan 1 adalah 5. jadi kita multifikasikan/diderivatifkan dengan 5, sehingga menjadi:
...7 57 857 2857 42857 142857 .142,857 (berhenti pada 7 − 1 digits)
3 2 4 1 2
Jadi hasilnya adalah 0,142857 (dengan pembulatan)


 Ketika Samuccaya sama, maka Samuccaya adalah nol

Kata Samuccaya memiliki banyak arti dalam penerapan yang berbeda. Sebagai contoh untuk "12x + 3x = 4x + 5x", x adalah faktor yang memiliki nilai penyelesaian dengan nilai 0. Arti lain dari Samuccaya kemungkinan sebagai suatu perubah yang independen. Untuk mudahnya dapat kita ambil contoh persamaan berikut : (x + 7)(x + 9) = (x + 3)(x + 21). Samuccaya-nya adalah 7 × 9 = 3 × 21. Untuk itu nilai x = 0 adalah pernyelesaian. Arti lainnya dapat kita lihat pada penjumlahan suatu persamaan dalam bentuk pecahan seperti contoh berikut : 1/(2x − 1) + 1/(3x − 1) = 0. itu berarti 5x - 2 = 0. contoh lainnya sebagai berikut :
yang berarti 4x + 16 = 0 or x = −4.

Kitab-Kitab Purana

Beralih kepada kitab-kitab Purana, mereka berisikan berbagai informasi atas penciptaan jagat raya, pemeliharaannya, dan penghancurannya.Hal-hal lainnya termasuk astrologi, geographi, penggunaan persenjataan militer, organisasi kemasyarakatan, tugas-tugas dari orang-orang yang berbeda golongan, karakteristik dan aturan tingkah laku para pemimpin, prediksi mengenai masa yang akan datang, analisis terhadap elemen-elemen materi, simpul-simpul kesadaran, bagaimanan energy ilusi bekerja, praktek yoga, meditasi, pengalaman spiritual, menyadari Sang Absolut, dan banyak lagi.

Kitab-kitab Veda ditulis ribuan tahun yang lalu, juga secara tuntas mematahkan teori para ilmuwan modern yang mengira bahwa semua peradaban kuno mengajarkan bumi sebagai pusat jagat raya dan bintang-bintang dan matahari berputar mengelilinginya. Uraian di dalam Veda tentang tatanan kosmis, dijelaskan bahwa semua planet, begitu juga matahari, masing-masing memiliki lintasan orbit tertentu dalam jagat raya. Kita juga dapat menemukan di dalam Yajur-veda suatu uraian tentang bagaimana bumi bisa bertahan di dalam angkasa raya karena gaya tarik matahari yang lebih superior. Teori gravitasi juga diuraikan di dalam Siddhanta Shiromani berabad-abad sebelum kelahiran Newton, penemu barat atas hukum gaya tarik bumi (gravitasi).

Beberapa ahli telah menulis bahwa bukti atas pengamatan astronomi tercantum di dalam Rig-veda, lebih dari 4.000 tahun lalu. Tetapi, ada beberapa ahli yang menghitung bahwa observasi tersebut berasal dari antara tahun 12.500-1.500 B.C.

Di dalam Surya-Siddhanta ada catatan-catatan tentang titik-titik koordinat bintang yang berasal dari suatu periode waktu yang sangat tua. Pengetahuan tentang risalah astronomi klasik ini dikatakan pada awalnya telah dikenal sejak 13.000 tahun yang lalu. Ravindranath Ramchandra Karnik menyebut penanggalannya ke tahun 13.902 B.C. di dalam bukunya, Ancient Indian Technologies. Yang lain, menggunakan penghitungan masa kini berdasarkan keakurasian pergerakan bintang-bintang tersebut, menduga bahwa beberapa dari koordinat yang disebutkan itu pasti telah dicatat semenjak tahun 50.000 B.C. Para ilmuwan modern menyebut buku tersebut berasal dari sekitar tahun 490 A.D. Dalam banyak hal, sudah cukup maju untuk masanya. Sebagai contoh, Surya-Siddhanta (12.54) menyebutkan bahwa walau orang-orang mungkin memandang dunia ini datar, sebenarnya bumi berbentuk bulat. Pada bab tigabelas menjelaskan tentang proses pembuatan peta, bahkan sampai pada tingkat menciptakan situasi yang sebenarnya dengan menggunakan garis-garis yang mencerminkan latitude dan longitude.

Jadi apa ini maksudnya? Menurut para antropolog, bukti meyakinkan pertama tentang keberadaan manusia modern di Eropa atau Timur Tengah dapat ditarik mundur hanya ke 40.000 tahun lalu, dan perkembangan cara hidup bercocok tanam dan menetap dalam sebuah perkampungan belum terjadi sampai 10.000-7.000 tahun lalu. Jadi dari sudut pandang ini, kelihatannya bahwa orang-orang belum memiliki kemampuan intelek atau kepedulian untuk mengukur atau mencatat posisi bintang-bintang di langit sejak 50.000 tahun lalu. Oleh sebab itu, uraian-uraian yang terdapat di dalam kitab-kitab seperti Purana atau Surya-Siddhanta membuatnya jelas bahwa peradaban Veda jauh lebih terorganisir atau maju daripada yang diduga banyak orang. Apa sebabnya para Brahmin dan Rishi di jaman dahulu menggunakan perhitungan astrologi adalah untuk menentukan waktu yang paling baik untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan, dan ketika mengharapkan perubahan-perubahan di muka bumi dan tingkat kesadaran masyarakat.

Dalam hal lainnya terkait dengan sistem Veda yang pada dasarnya sudah maju di bidang astronomi, Srimad-Bhagavatam (10.82.2) menjelaskan bahwa Krishna dan Balarama pernah pergi ke Samanta-pancaka (Kuruksetra) dalam persiapannya menyongsong datangnya gerhana untuk memperoleh amalan. Ternyata, orang-orang dari seluruh India datang ke tempat itu untuk berpartisipasi melakukan ritual mandi di danau yang disucikan saat gerhana berlangsung. Ini berarti, sebagaimana bunyi ayat tersebut, bahwa setiap orang mengetahui akan terjadi gerhana jauh hari sebelumnya. Jadi, sistem astronomi yang digunakan oleh para ahli astronomi Veda 5.000 tahun lalu memungkinkan mereka untuk memprediksikan gerhana matahari dan bulan jauh hari sebelumnya sebagaimana ahli astronomi modern saat ini.

Lebih jauh lagi, dalam naskah-naskah Veda yang paling awal, seperti Atharva-veda, kita menemukan sejumlah ayat yang berkaitan dengan pemakaian dan manfaat arus listrik, seperti yang satu ini : “Bahwa daya listrik bisa menjadi sahabat aman kita, menyediakan tenaga-kuda untuk menjalankan mesin-mesin kita, cahaya untuk menerangi rumah kita, dan tenaga untuk bercocok tanam di ladang. Marilah kita pakai untuk kemakmuran dan kemudahan bagi kita melalui aliran sejumlah arus (listrik)”. (Atharve-veda, Buku 20, Hymne 7, ayat 3)

Ilmu-ilmu lain yang disebutkan di dalam Yajur-veda, seperti beberapa ayat berikut :

“O muridku, seorang murid yang belajar ilmu pemerintahan, penangkapan ikan di laut yang berarus, terbang di udara dengan pesawat, mengetahui Tuhan sebagai Pencipta melalui Catur Veda, mengendalikan pernafasan melalui yoga, melalui astronomi bisa mengetahui manfaat siang dan malam, menguasai seluruh Catur Veda, Rig, Yajur, Sama, dan Atharva, melalui unsur-unsur pokoknya.

“Melalui astronomi, geografi dan geologi, pergilah engkau ke negara-negara di dunia di bawah kolong langit ini. Keagungan bisa engkau capai melalui pengajaran yang baik kepada para negarawan dan artisanship, melalui ilmu pengetahuan medis memperoleh pengetahuan tentang semua tanaman obat-obatan, melalui ilmu pengetahuan hidrostatis mempelajari beragam manfaat air, melalui kelistrikan memahami cara kerja penerangan yang menyala terus-menerus. Camkanlah petunjuk-petunjukku dengan baik… (Yajur-veda, 6.21)

Diantara berbagai macam ilmu yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, hal ini mungkin mengejutkan menemukan sebuah referensi tentang pesawat terbang, atau vimana (wahana). Tetapi, kenyataannya, penyebutan pesawat terbang sering kali dijumpai dalam literatur Veda, termasuk ayat-ayat berikut dari Yajur-veda menjelaskan pergerakan mesin-mesin seperti itu :

“O para insinyur kerajaan yang terampil, bangunlah kapal-kapal laut, dibuat bergerak di atas air oleh para ahli kita, dan pesawat-pesawat udara, bergerak dan terbang ke atas, menembus awan yang terletak di wilayah pertengahan, yang terbang sebagai perahu yang terus bergerak di atas permukaan laut, yang terbang tinggi di atas dan di bawah awan yang berair. Jadilah engkau, dengan demikian, kemakmuran dunia ini yang diciptakan oleh Tuhan Yang hadir dimana-mana, dan melayang baik di udara maupun di dalam cahaya. (Yajur veda 10.19)

Di dalam Brihad Vimana Sastram dalam ayat-ayat Sanskrit disertai terjemahannya dalam bahasa Inggris, diedit oleh G. R. Josyer dari Mysore, kita dapat menemukan penjelasan tentang 37 buah model pesawat terbang vimana dengan perlengkapan untuk mengumpulkan informasi melalui perangkat nir-kabel, dan dengan kemampuan membuat dirinya tidak terlihat (invisible). Ia juga menjelaskan jenis-jenis makanan yang dikonsumsi oleh para navigator dan awak pesawat dalam penerbangan antar planet.

Rig-veda, Ramayana, Mahabharata dan teks-teks Veda lainnya juga memuat sejumlah referensi sejenis vimana, mesin-mesin terbang, dan bahkan kota terbang. Dalam Raghuvamsham, Kalidasa menyajikan suatu uraian yang gamblang dan akurat tentang penerbangan Sri Rama dari Sri Lanka (Alengka) ke Ayodya dalam sebuah pesawat terbang. Dengan tambahan ilmu pengetahuan ilmiah yang disajikan dalam teks-teks Sanskrit, menjadi jelas bahwa terbang dengan mesin sudah dikenal di jaman India kuno.

Penemuan-penemuan lain di bidang teknologi modern yaitu energi atom dan produk-produk sampingannya. Kebanyakan orang sepakat bahwa tidak ada peradaban sebelum kita yang memiliki pengetahuan tentang hal itu. Tetapi berkali-kali kita temukan dalam literatur Veda berbagai uraian tentang persenjataan, seperti brahmashtra, yang memiliki daya ledak mirip sebagaimana bom atom dewasa ini. Untuk apa lagi beberapa ayat dari Atharva-veda berikut ini ditujukan selain daripada penjelasan tentang prinsip-prinsip dasar energi atom?

“Energi Atom pembelahan sembilan puluh sembilan elemen, lintasannya diselimuti oleh neutron-neotron yang bergerak sangat aktif tanpa henti atau rintangan.... Dalam hal ini jelas-jelas para ilmuwan mengetahui daya tembak tersembunyi mirip dengan sinar matahari yang bekerja pada orbit bulan”. (Atharva-veda, 20.41. 1-3)

Hal lain yang menggambarkan kemajuan yang berasal dari peradaban Vedic Aryan adalah konsepsi mereka tentang skala waktu yang universal. Faktor waktu dihitung yang mana pengaruhnya berbeda untuk berbagai tingkatan jagat raya. Sebagai contoh, dikatakan bahwa satu hari demigod sama dengan enam bulan manusia di planet bumi. Dan satu tahun dihitung 360 hari manusia, sementara 12.000 tahun para dewa dikatakan sama dengan satu kedipan mata Maha-Vishnu. Untuk Brahma, demigod tertinggi dari semua demigod, satu siang sama dengan seribu kali siklus gabungan catur-yuga; Satya, Treta, Dvapara, dan Kali-yuga. Ini berjumlah 4,3 milyar tahun, yang pada akhir jamannya disambung dengan malam Brahma yang berdurasi sama ketika itulah terjadi annihilasi jagat raya secara parsial, termasuk planet bumi. Setelah malam Brahma, siang Brahma dimulai lagi, dan apa yang telah dihancurkan diciptakan atau dibangkitkan kembali. Menariknya, ilmu pengetahuan modern memperkirakan bahwa umur planet bumi adalah sekitar 4 milyar tahun. Vedic Aryan bisa memahami rentang waktu yang sangat panjang itu lebih dari 3.500 tahun lalu yang gambarannya mirip dengan perkiraan ilmu pengetahuan modern saat ini.

Mengenai waktu dan penghitungan jangka panjang, bahkan Dr. Carl Sagan menulis di dalam bukunya, Cosmos (Balentine Books, New York, 1980), “Agama Hindu merupakan satu-satunya keyakinan besar di dunia yang mengemukakan ide bahwa jagat raya itu sendiri mengalami suatu pemuaian, termasuk kematian dan kelahiran kembali dalam jumlah yang tidak terbatas. Ia merupakan satu-satunya agama yang membahas skala waktu, tidak diragukan lagi, seperti halnya kosmologi ilmiah modern. Siklusnya dimulai dari siang dan malam waktu kita sebagaimana biasanya sampai kepada siang dan malam Brahma, 8,64 x 10^9 tahun lamanya, lebih panjang daripada umur bumi atau matahari dan sekitar separuh waktu sejak Big Bang”.

Tentunya, kita tidak menerima bahwa kalkulasi seperti itu ditemukan secara kebetulan. Dari imajinasi macam apa sehingga bisa mendapatkan sebuah angka tertentu yang ternyata cocok dengan ilmu pengetahuan modern? Angka-angka tersebut telah disampaikan oleh Lord Krishna dalam Bhagavad-gita dan kitab-kitab Purana lainnya, jadi tidak mungkin diterima sebagai sebuah angka yang muncul secara tiba-tiba. Jadi bagaimana ilmu pengetahuan Veda dari jaman purba bisa memuat kalkulasi seperti itu?

Alasan kenapa hal ini bisa terjadi bukan karena hasil dari sebuah pemikiran spekulatif tentang kehidupan oleh para pertapa suci ribuan tahun yang lalu, tetapi karena pengetahuan Veda, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, ditetapkan oleh Yang Kuasa sehingga mahluk hidup dapat memahami posisi mereka di dunia ini. Jadi, pengetahuan ini telah diwariskan sepanjang masa, siap untuk digunakan oleh siapapun yang memiliki kualifikasi untuk mengamalkannya. Melalui contoh-contoh di atas, kita bisa melihat bahwa banyak dari ilmu pengetahuan dan penemuan yang kita banggakan sekarang ini, mengira itu sebagai pencapaian belakangan ini, ternyata sudah diketahui bertahun-tahun yang lalu. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati jangan menganggap bahwa tidak ada peradaban sebelum kita yang sebegitu majunya. Dari literatur Veda sudah cukup bukti bahwa kita telah gagal melihat bahwa apa yang kita ketahui dan miliki saat ini, melalui pengorbanan yang sangat besar dan berbagai macam penelitian, sebenarnya hanya sekedar menemukannya kembali.

Ilmu Pelayaran

Vedic Aryan juga sudah cukup maju dalam pelayaran samudra. Sementara para pelaut dan saudagar bangsa Eropa kebanyakan tidak mengetahui jalur-jalur pelayaran dari Eropa ke India sampai dengan abad ke-enambelas, literatur dan epos-epos bangsa India menjelaskan gambaran bentuk bumi dan benua dan lautan ribuan tahun sebelumnya. Dan bangsa India kuno mengetahui bagaimana cara mencapai daerah seberang melalui jalur-jalur laut.

Sebagaimana dikemukakan dalam buku World-Wide Hindu Culture oleh Dr. Venu Gopalacharya (hal. 102), diketahui bahwa kapal-kapal dagang berukuran besar bangsa India biasa membawa para pelaut dan saudagar dari India ke daerah-daerah koloninya di Jawa, Sumatera, Borneo, Kepulauan Philipina, dll, sejak jaman dahulu kala sampai dengan Indian Ocean dikuasai armada dagang bangsa Eropa di abad ke-18. India lebih dari sekedar mahir dalam pelayaran dan penjelajahannya di luar batas-batas perairannya ke tiga arah. Petikan dari surat perintah larangan bahwa seorang suci, dan yang lainnya, untuk tidak bepergian melalui jalur laut ke negara lain mulai berlaku pada abad ke-14 A.D. dan seterusnya. Hal ini terjadi karena orang-orang di Malaysia dan Indonesia telah di-Islamkan dan perjalanan lewat laut menjadi sulit karena adanya fakta yang menimpa orang-orang tertentu yang melakukan perjalanan ke negeri seberang akan dipaksa untuk berganti keyakinan atau bahkan nyawanya terancam.

Yuktikalpataru, sebuah hasil karya Sanskrit dari masa pre-Kristen, memberikan aturan tata-cara membangun berbagai model kapal laut. Kitab Jataka menjelaskan bahwa penguasa dari Bengal, Simhabala, berangkat ke Sri Lanka di abad ke-enam B.C. dalam sebuah kapal membawa anaknya, Vijaya, diikuti oleh tujuh ratus awak kapal. Simhabala memiliki kapal lainnya yang mengikutinya di belakang dengan mengangkut 1.000 orang tukang kayu. Jadi ini bukanlah kapal kecil. Kapal-kapal mereka dikatakan dilengkapi dengan Matsya Yantra, yang adalah jarum magnetik yang terapung di dalam minyak yang bisa menunjukan arah haluan yang benar. Ini kemudian dikembangkan menjadi kompas modern. Tetapi, para pelaut barat baru mengetahui marine kompas setelah abad ke-16, kemungkinan setelah adanya kontak dengan pelaut India.

Keahlian bangsa India di bidang pembangunan kapal secara khusus disebutkan oleh orang Inggris, yang begitu tertarik terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan arsitektur kapal perang, dan menyebut setiap kapal bangsa India sangat bagus untuk ditiru. Sir John Malcolm menulis bahwa kapal-kapal India, “benar-benar disesuaikan dengan tujuan penggunaannya, tidak diragukan lagi merupakan keunggulan pengetahuan mereka. Bangsa Eropa, selama dua abad berhubungan dengan bangsa India, tidak bisa memperkirakan atau paling tidak menerapkan secara sukses satu perbaikan”.

Dalam bidang ilmu kemiliteran, Ramayana dan kitab-kitab Purana seringkali menyebut Shataghni, atau canon, karena diletakan di atas menara dan digunakan pada saat emergensi. Sebuah canon disebut “Shataghni” karena itu berarti senjata api yang bisa membunuh seratus orang dengan sekali tembakan. Mereka mengasalkan agniyastra, atau senjata api itu kepada Visvakarma, arsitek dari epos-epos Veda. Senjata roket juga merupakan penemuan bangsa India dan digunakan oleh tentara pribumi saat bangsa Eropa datang pertama kali. Dalam Dante’s inferno, Alexander Yang Agung menyebutkan dalam sebuah surat kepada Aristotles bahwa kilatan nyala api yang sangat mengerikan ditembakkan kepada tentaranya di India.

Shukra Neeti adalah sebuah naskah kuno Sanskrit yang berkenaan dengan pembuatan berbagai jenis senjata seperti senapan dan meriam. Dalam buku The Celtic Druids (hal. 115-116), Godfrey Higgins menyajikan bukti-bukti bahwa orang-orang Hindu telah mengetahui bubuk mesiu sejak jaman dahulu kala. Jadi anggapan bahwa bubuk mesiu pertama kali ditemukan oleh bangsa China adalah keliru.
Juga terdapat berbagai macam kemajuan teknologi dalam berbagai bidang pengetahuan di dalam pustaka Veda. Pilar besi pada bangunan Kutab Minar dekat New Delhi merupakan saksi atas pengetahuan ilmiah Veda pada masa silam. Bukti memperlihatkan bahwa pilar itu tadinya adalah Garuda Stambha dari sebuah kuil Vishnu. Ada yang memperkirakan itu berasal dari abad ke-empat A.D., sementara yang lain memperkirakan berumur lebih dari 4000 tahun. Pilar itu berdiameter 16 inci dan tinggi 23 kaki. Walaupun ada di ruangan terbuka selama berabad-abad, ia tidak berkarat. Itu terbuat dari besi murni, yang bahkan saat ini hanya bisa dibuat dalam jumlah kecil melalui proses elektrolisa. Pilar seperti itu akan sangat sulit dibuat bahkan untuk masa kini. Jadi, pilar itu menantang penjelasan!
Vedic Aryan juga mencapai penguasaan di bidang ilmu astronomi, matematika, yoga dan pengendalian nafas, arsitektur dan tata kota. Teks-teks seperti Mayamata, Samarangana-sutradhara (dari abad ke-11 A.D.), dan Vishnudharmottara (450-650 A.D.) membahas hal-hal yang berkaitan dengan ilmu arsitektur. Munasara (dari abad ke-11 sampai ke-15 dalam formatnya yang sekarang) juga menyebut tentang sebuah istana raja berlantai 12. Jadi gedung pencakar-langit bukannya tidak dikenal pada waktu itu. Lebih jauh lagi, Arthashastra (2.3,4) memuat informasi tentang bangunan benteng, gerbang menara, gopuram, istana, kuil Deity, dan pemukiman untuk berbagai tipe penduduk.
Shilpa Shastra juga teks klasik Veda tentang arsitektur, konstruksi rumah,, dan tata kota. Yang disebut belakangan ditemukan dalam Vastu Vidya. Beberapa informasi yang ditemukan dalam Vastu Vidya adalah cerita tentang Jataka dan aturan Buddhis Pali. Kemiripan ini membenarkan bahwa Vastu Vidya ada pada saat dan setelah kematian Sang Buddha, dari tahun 500 B.C., sampai 100 A.D. Lebih jauh lagi, kalau kita simak penjelassan mengenai bangunan-bangunan mewah dan tata perkotaan dari kota Dwaraka dalam Canto Kesepuluh Bhagavata Purana, kita dapat mengerti bahwa pengetahuan seperti itu telah ada dan dipakai beberapa ribu tahun lalu.

Vastushastra, bersama dengan referensi di dalam epos-epos Veda, Arthashastra, dan Jataka juga menyebut tentang bahan-bahan bangunan dan berbagai ukuran batu bata dan batu yang digunakan dalam membangun menara, pintu masuk, dan atap kubah. Vrikshayarveda bagian dari Agni Purana membahas model-model irigasi memakai saluran dan kanal

Ilmu Pertanian n Botani.

Ilmu pertanian dijelaskan dalam berbagai naskah yaitu Brihatsamhita, Arthashastra, dan secara lebih eksklusif di dalam Krishiparashara. Karya ini menjelaskan segala sesuatunya sejak pembibitan, menanam anak pohon, panen dan penyimpanan biji-bijian hasil panen. Vrikshayarveda dari Agni Purana juga membahas model irigasi, pembangunan saluran dan kanal, mengairi tanaman, dan berbagai hama tanaman dan cara penanganannya, dll.

Ilmu Botani juga dikenal pada jaman Veda dahulu kala. Pustaka kuno Veda seperti Rig-veda (10.97.21) dan Mahabharata menjelaskan bahwa tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa dan dapat merasakan. Sir J. C. Bose membuktikannya secara ilmiah di dalam laboratorium. Karya-karya lain, seperti Upavanavinoda dari Sharngadhara-paddhanti dari abad ke-13, bersama dengan bagian-bagian dari sekian banyak Purana, seperti Agni, Padma, Matsya, Bhagavata, dan Arthashastra, Brihatsamhita, dll, membahas tentang penanganan tanaman dan penyakitnya. Informasi yang disampaikan termasuk penggunaan pupuk untuk kesuburan tanaman, penyebab penyakit dan penanganannya, bagaimana agar tanaman berbuah lebat, bagaimana bunga berbau semerbak, reaksi tanaman terhadap panas, dingin, petir, ciuman dan sentuhan, dan bagaimana memanfaatkan air dan angin dan tehnik okulasi. Bahkan ide tentang rotasi tanaman dibahas di dalam Taittiriya-samhita (5.1.7.37). Bahkan, penggunaan obat dari daun-daunan seperti ophium untuk anastesi digunakan pertama kali di India.

Pengetahuan tentang batu permata dan lapidary dapat ditemukan di dalam Garuda dan Agni Purana, yang merupakan tulisan pertama yang menjelaskan tentang kualitas dan kelas batu permata, bagaimana cara menemukan dan mengolahnya, dan bahkan bagaimana mereka bisa dipakai untuk melawan aksi dari pengaruh astrologi planet-planet.

Terdapat juga penjelasan tentang pembagian waktu, molekul-molekul, atom-atom, dan peluru, yang kesemuanya merupakan istilah-istilah Sanskrit. Naskah yang disebut Agastya Samhita berisikan ayat yang menjelaskan bahwa kain sutera adalah bahan yang sangat bagus untuk balon dan parasut karena elastisitasnya. Ayat lain menjelaskan bahwa seseorang dapat membubung tinggi di angkasa dengan memakai baju kedap udara yang diisi hidrogen. Ayat lain dalam teks-teks Veda menjelaskan proses pembuatan kawat lampu dan kabel, tekstil kedap udara, baterai, motor, dan tehnik penyepuhan logam. Lebih jauh lagi, Silpa Samhita menjelaskans teleskop dengan cara ini: “Pertama-tama buatlah kaca dengan cara dipanggang. Masukkan kaca-kaca tersebut pada bagian akhir dan bagian tengah tabung berongga. Ini bisa dipakai sebagai turi-yantra untuk mengamati badan-badan celestial jarak jauh.”

Teks-teks Vedic lainnya juga menunjukkan bagaimana cara membuat suatu barang yang kita dapatkan secara gratis sekarang ini, tetapi sulit untuk dibayangkan bahwa mereka sudah ada ribuan tahun lalu. Sebagai contoh, sebuah copy dari manuskrip Silpa Samhita di dalam perpustakaan Jain di Anhilpur, Gujarat, sebagaimana dilaporkan oleh P.N. Oak dalam World Vedic Heritage (hal.152), menjelaskan bagaimana sebuah termometer bisa dibuat dengan bantuan mercuri, benang, minyak, dan air. Sebuah naskah yang disebut Bhoj-Prabandh menyebutkan sebuah kuda kayu milik Raja Bhoj yang dapat melakukan perjalanan sejauh 22 mil dalam 24 menit, dan sebuah fan yang dapat berputar tanpa perlu bantuan secara manual untuk membuat hembusan angin sepoi-spoi.


Ilmu Pengobatan-Ayurvedic

Kebudayaan Hindu kuno juga memiliki sebuah sistem yang sudah maju tentang obat-obatan. Beberapa referensi paling awal mengenai bangsa India dan obat-obatan herbal untuk menangani penyakit ditemukan di dalam Rig-veda (Buku Sepuluh, Bab 97, dan 145). Penyakit demam juga disebutkan di dalam Atharva-veda (5.22.12-14 & 7.116.1-2), dan uraian tentang berbagai jenis demam daftarnya disebutkan dalam Vajasaneyi-Samhita [White Yajur-veda](12.97). Taittiriya Samhita (2.3.5) menyebutkan pentingnya perhatian terhadap makanan dan pernafasan.

Pengetahuan tentang nadi dan arteri disebutkan di dalam Atharva-veda (1.17.1-4), dan pembedahan didiskusikan di dalam Rig-veda (1.116.15) yang mana Asvin memasang sebuah kaki palsu terbuat dari besi kepada Vispala, seorang yang buntung kehilangan kakinya dalam peperangan, dan membantu orang pincang untuk bisa berjalan dan orang buta bisa melihat (1.112.8), dan menangani patah tulang (10.39.2). Perkembangan Ayurveda membawa ilmu pengobatan pertama ke tatanan yang lebih baru.

Dalam ilmu pengobatan terdapat ilmu Embriology. Tulisan pertama yang membahas embriology ditemukan di dalam Rig-veda dan Atharva-veda. Walaupun bukan pembahasan yang berkembang, tetapi dalam Bab 31 dari Kanda Ketiga Bhagavatam Purana kita benar-benar menemukan penjelasan menyeluruh tentang bagaimana entitas kehidupan memasuki kandungan pada saat terjadi pembuahan, dan bagaimana sperma bercampur dengan sel telur lalu terbentuk embriyo, dan pertumbuhannya di dalam kandungan sampai saat kelahirannya. Bahkan membahas pikiran dan perasaan si jabang bayi semasih di dalam kandungan, dan bahkan bagaimana ia terpengaruh oleh perubahan emosi sang ibu dan jenis-jenis makanan yang dikonsumsi sang ibu, dan bagaimana ia merasa kesakitan saat ibunya makan makanan pedas.

Naskah-naskah lainnya, seperti Garuda Purana dan Manu-Samhita, membahas tentang cara meyakinkan apakah si jabang bayi laki-laki atau perempuan. Dengan bantuan buku-buku tersebut dan informasi tambahan dari naskah-naskah lain, seperti Aitareya Aranyaka dan Chandogya Upanishad, kita menemukan sebuah sistem yang benar-benar lengkap yang menguraikan terbentuknya semen dengan segala aspeknya sampain kelahiran sang bayi. Ini menunjukan bahwa para ilmuwan Veda di jaman dahulu mempunyai pemahaman tentang embriology bahkan ketika orang-orang dari bangsa-bangsa lain tidak mengetahuinya.

Dorothea Chaplin menyebutkan di dalam bukunya, Matter, Myth and Spirit, or Keltic and Hindu Links, (hal. 168-9), “Jauh sebelum tahun 460 B.C., saat Hippocrates, bapaknya obat-obatan bangsa Eropa dilahirkan, orang Hindu telah membangun sebuah pharmacopoeia besar dan telah melakukan penanganan terhadap berbagai jenis pengobatan dan pembedahan . . . Keajaiban pengetahuan orang-orang Hindu di bidang pengobatan dalam banyak hal sejauh mungkin menghindarkan si pasien dari tindakan pembedahan yang mengakibatkan kerusakan pada sistem pembuluh darah, yang mana sistem ilmu pengobatan mereka bisa mengatasinya, menghasilkan sebuah tindakan bahkan tanpa melalui krisis pendahuluan”.

Pentingnya kajian ini adalah bahwa Ayurveda sebagai sebuah sistem pengobatan Vedic adalah sebuah sistem ilahi dimana penanganannya didasarkan kepada hukum alam. Sistem ini juga tidak mahal, meminimalkan tindakan, sangat manjur, dan rasa sakit yang minimal. Sistem ini juga mengarah pada penanganan penyakit selain hanya menangani simpul saraf atau mengurangi rasa sakit. Tetapi, dalam kasus-kasus tertentu ketika perlu dilakukan pembedahan, ahli-ahli bedah India jaman dahulu sangatlah mahir.

Bahkan sejak jaman Rig-veda (1.116.15) nampaknya bahwa mereka mengetahui seni pembedahan untuk menangani luka-luka korban peperangan dan bahkan dapat membuat organ tubuh palsu dari bahan logam untuk dipasang di tubuh pasien. Seperti dijelaskan oleh A.L. Basham dalam bukunya, The Wonder That Was India (hal. 502), “Ilmu bedah bangsa India masih di depan bangsa Eropa sampai abad ke-18, ketika para ahli bedah East India Company (British) tidak malu-malu mempelajari ilmu bedah plastik (rhinoplasty) dari orang-orang India”.

Pada halaman 30-31 dari buku Bharat (India) As Seen and Known by Foreigners karya G.K. Deshpende (1950), Dr. Sir William Hunter mengamati, “Perawatan dokter-dokter bangsa India tempo dulu adalah sangat mahir dan ahli. Mereka melakukan tindakan amputasi, menghentikan pendarahan dengan tekanan, perban pembalut dan minyak mendidih, mempraktekan lithotomy, melakukan operasi pada organ bagian dalam dan uterus, menangani hernia, fistula files, memperbaiki tulang patah dan salah posisi dan cekatan dalam memisahkan unsur-unsur asing dari tubuh.

Sebuah cabang khusus ilmu bedah adalah ilmu bedah plastik (rhinoplasty), sebuah operasi untuk memperbaiki telinga dan hidung yang bentuknya tidak bagus dan membuat hidung baru, suatu tindakan operasi yang sangat bermanfaat yang mana sekarang ini dipinjam oleh bangsa Eropa. Ilmu bedah bangsa India kuno juga memberikan petunjuk tentang tindakan penanganan neuralgia, sama dengan cara-cara jaman modern dalam memotong saraf ke-lima di atas alis mata. Mereka ahli dalam kebidanan, tidak takut melakukan operasi yang paling kritis”.

Mr. P.N. Oak menjelaskan dalam bukunya World Vedic Heritage (hal. 360), “Operasi kantung prostat yang dilakukan di jaman modern, para ahli bedah Barat secara persis mengikuti tahapan-tahapan prosedur operasi yang dilakukan oleh Sushrut, ahli bedah Hindu, ribuan tahun yang lalu. Bahkan istilah kantung prostat adalah istilah Sanskrit Prasthita granthi, menunjuk kepada sebuah kantung (gland) yang terletak di depan kantung kemih”.

Ilmu bedah plastik juga dilakukan di India pada ratusan tahun yang lalu. Ini dijelaskan dalam sepucuk surat kepada editor majalah Gentlemen’s Magazine (tersedia di perpustakaan “Wellcome Institute for History of Medicine”, 183 Euston Road, London). Isi surat itu menjelaskan bahwa pernah ada seorang pengemudi bernama Cowasjee, yang membantu melayani tentara Kerajaan Inggris di India di tahun 1792. Sebelumnya, ia pernah dipenjara oleh tentara Tipu Sultan, dimana mereka mencopot hidungnya karena prilaku barbar penguasa Muslim dalam menyiksa dan melumpuhkan tawanan. Sekembalinya di rumahnya di Pune setahun kemudian, seorang ahli bedah Ayurvedic Hindu menanganinya dengan memasangkan sebuah hidung baru. Thomas Cruso dan James Trindlay, merupakan dua orang dokter Inggris yang menjadi saksi mata operasi bedah yang mencengangkan tersebut. Mereka menjadi saksi hidup atas operasi-operasi ajaib yang sangat umum dilakukan di India bahkan selama mereka di sana.

Pada halaman 360-70 dari buku World Vedic Heritage, Mr. Oak menyajikan sebuah daftar perbandingan kata-kata antara bahasa Inggris dan Sanskrit. Ini memperlihatkan seberapa banyak kebudayaan barat berasal dari pengetahuan Vedic/Sanskrit di bidang pengobatan begitu juga berapa banyak kata-kata Sanskrit telah diambil ke dalam bahasa Inggris.


English >================ Sanskrit
fever >================= jwar, kemudian menjadi jever, kemudian fever
entrails >================ antral
nasal or nose >============ naas
herpes >================ serpes
gland >================== granthi
drip, drop, drops >========== drups
hydrocephalus >============ andra-kapaalas (otak/kepala ber-uap air)
hiccups >================ hicca
muscle >================= mausal (gemuk)
malign, malignant >========= mallen
osteomalacia >============ asthi-malashay (kontaminasi tulang)
dyspepsia >============== dush-pachanashay (pencernaan tidak baik)
surgeon >================ salya-jan (pemakaian peralatan tajam)
fertility >================ falati-lti (menghasilkan buah)
anesthesia >============== anasthashayee (terbaring tidak sadarkan diri)
homeopathy >============= Samaeo-pathy (treatment parallel terhadap symptom)
allopathy >=============== alag-pathy (treatment yang berbeda dengan symptom)


Dalam buku World Vedic Heritage karya Mr. P.N. Oak menjelaskan : “Apabila kita menyimak lebih dekat tentang terminologi-terminologi allopathi, apakah itu jenis-jenis penyakit, organ-organ fisik, symptom, rehabilitasi, atau peralatannya ternyata bahwa semua itu didasarkan kepada Ayurveda karena semasa dunia masih bersatu di bawah naungan administrasi Veda hanya ada Ayurveda yang merupakan satu-satunya sistem pengobatan yang dipakai di seluruh dunia.

Dengan mandeknya sistem pengobatan dunia setelah Perang Mahabharata, penggalan-penggalan dari sistem pengobatan Ayurveda bisa bertahan di tempat-tempat tertentu di dunia yang dianggap sebagai bentuk cara-cara pengobatan tradisional atau sebagai sistem-sistem tandingan seperti homeopathy dan allopathy.

Hal yang sama terjadi pada theologi dan agama dimana setelah tercerai-berainya theologi peradaban Veda, muncul aliran-aliran yang mengkultuskan dewa dan dewi tertentu, seperti misalnya Mithraisme, Jainisme, Judaisme, Buddhisme, dan Shivaisme, yang pertama muncul secara damai dan masih sejalan atau mirip dengan peradaban Veda.

NOTE:
 Zaman sekarang, manusia susah-susah mengorbankan uang untuk tahu angkasa luar. Padahal dengan membuka Veda saja sudah tahu.Mana lebih baik, cari tahu tentang dunia luar dengan mengorbankan dana miliaran dolar atau menggunakan dana punia tersebut untuk berdana punia pada mereka yang tidak mampu?
Di dunia ini ada bermacam-macam ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan tentang atma melebihi semua ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi. Pengetahuan mengenai diri yang sejati ini adalah pengetahuan yang utama dan suci. Pengetahuan duniawi memungkinkan engkau memperoleh sejumlah kesenangan duniawi yang sementara sifatnya, tetapi hanya dengan pengetahuan mengenai diri yang sejati engkau akan dapat mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan abadi yang merupakan sifatmu yang sesungguhnya.
Dikutip dari berbagai sumber
Back To Top